"Zi, ayam tadi, hubungannya apa sama misteri dunia?"
"Bukannya kamu melihat sendiri tadi? Melihat raut muka ayam yang tiba-tiba panik. Dan memaksa menyeberang?"
"Iya, tapi misterinya apa? Bukannya itu normal?"
"Ini nih, jangan semua hal-hal kecil kamu anggap normal. Coba deh kamu pikir selain ayam mana ada hewan yang mau mempertaruhkan nyawanya untuk hal sepele menyeberang. Burung misal.."
"Burung terbang Zi... engga nyeberang."
"Lainnya lah, tikus, musang, kucing banyak. Nggak ada kan, itu tuh keanehan ayam. Diam tidak bergerak sekali bergerak mengganggu pengendara."
"Terserah kamu lah Zi, ngomong-ngomong kita sekarang kemana nih? Sekolah gerbangnya uda ditutup pasti. Kalau lewat tembok yang tinggi enggak kejangkau dari luar. Bisanya dari dalam."
Gazi melambaikan tangannya kepada Ozon, menyuruhnya mendekat. Gazi membisikkan sesuatu.
Ozon terlihat bingung dengan ide tersebut. Namun Gazi enggan untuk menjelaskannya sekarang.
"Udah lakukan aja, lagian ga ada pilihan lain."
"Persentase berhasilnya berapa?"
"Hampir 70%."
"Ya udah ayok kita lakukan."
_
Bapak Bill Gates, seorang profesional satpam yang telah menggeluti dunia keamanan lebih dari 20 tahun. Banyak penangkapan dan penemuan lubang-lubang pelarian anak sekolah Cakrawala Biru.
Meskipun umurnya hampir setengah abad, namun stamina tidak dapat dianggap remeh.
Bapak Bill Gates adalah orang yang sangat disiplin dan lurus. Dia sangat tidak suka dengan murid yang malas dan menyia-nyiakan masa muda. Di antara para satpam lainnya dia adalah yang paling senior/berumur dan tegas.
Dari kejahuan terlihat seorang murid yang sedang berlari secepat yang dia bisa. Dia berlari semangat seakan menunjukkan niat besar dalam bersekolah.
Dia adalah Gazi.
Saat ini Gazi tengah berdiri di depan gerbang sekolah yang telah tertutup.
Wajahnya memandang jauh bangunan yang ada di dalamnya. darinya penuh keringat dan nafasnya tersegal-segal.
Pandangan itu memiliki kekecewaan yang mendalam. Bukan kecewa atas siapapun melainkan dirinya sendiri.
Bapak Bill Gates yang melihat Gazi. Tidak secuil-pun merasa simpati. Dia mengangkat tangan kiri dan menoleh untuk melihat jam saat ini. Lebih dari 30 menit.
Tidak perlu ada kata yang terucap keluar. Telat berarti menyia-nyiakan kesempatan hari ini untuk belajar. Itu sudah sangat jelas, semua sadar akan hal itu.
Pandangan Gazi dan Bapak Bill Gates bertemu.
Gazi tidak merengek mengemis masuk layaknya murid-murid lainnya. Namun sorot matanya tersembunyi jejak-jejak penyesalan. Itu dengan mudah tertangkap oleh mata Seorang Profesional.
'Ketangguhan seorang pria' dalam batin.
Bapak Bill Gates tersenyum sangat kecil. Sampai tidak ada yang menyadari kecuali dirinya sendiri. Dalam benaknya dia menilai Gazi sedikit lebih baik dari kebanyakan murid. Sedikit.
Setidaknya Gazi masih memiliki rasa tanggung jawab atas tindakannya. Dia tahu konsekuensi tanpa harus menawar untuk masuk dengan paksa.
Gazi berjalan mendekat kepada Bapak Bill Gates.
Kemudian tangan kanannya mengulurkan sesuatu, itu terlihat keresek transparan yang di dalamnya terlihat ada makanan. Pecel bungkus.
"Untuk apa ini, saya tidak menerima pemberian apa-pun." Bapak Bill Gates berkata dengan cuek dan langsung mengalihkan pandangannya.
Hatinya teguh dengan penolakan untuk hal suap-menyuap.
"Tidak aku tidak bermaksud apa-pun. Aku tadi kebetulan menolong seseorang dan orang tersebut memberikanku sebungkus makanan. Namun karena itu saya telat dan tidak dapat bersekolah. Saya pikir ini sia-sia. Jadi saya kan memberikannya kepada Bapak untuk sarapan."
"Ohh mohon maaf, saya tidak bermaksud menyuap. Saya hanya murid baru dan kebetulan sudah tahu mengenai karakter bapak. Saya sangat terpuji danteguh pendirian. Ini adalah salah satu bentuk apresiasi saya, meskipun dengan hal konyol seperti ini. Mohon diterima"
Bapak Bill Gate sama sekali tidak menanggapi. Dia juga tidak menerima pemberian apapun.
Namun Gazi meletakkan Kresek berisi nasi pada gagang gerbang sebelum langkah demi langkah menjauh.
Dia menoleh pada bangunan yang berada di dalam untuk terakhir kalinya hari ini.
Sebelum Gazi dapat melangkah lebih jauh. Terlihat seorang Murid yang juga telat sama seperti Gazi.
Namun tidak ada keringat yang berada di tubuhnya. Dia terlihat santai tanpa beban ataupun sebuah penyesalan. Sangat berbanding terbalik dengan Gazi sebelumnya.
Dia adalah Ozon.
"Yah.. sudah ditutup ya gerbangnya?"
Ozon melihat dengan seksama tingginya gerbang sekolah, melihat bapak satpam sebelum kemudian pandangannya jatuh ke pada Gazi.
"Kamu juga telat? Hahaha. Tidak perlu menyesal begitu." Ozon mendekat dan melingkarkan lengannya pada leher Gazi.
Ozon mulai bercerita mengenai kehidupan sisi-lain saat jam sekolah berlangsung, yang seratus persen lebih jauh lebih baik.
Kamu dapat menghabiskan uang jalan untuk hal-hal baru, bermain, merokok, sekedar berkenalan dengan anak-anak jalanan.
"Ngomong-ngomong anak jalanan ini baik-baik. Ayo lepas seragammu dan pergi bersamaku. Bagaimana?"
Gazi terlihat masih ragu-ragu tetapi Ozon mulai memaksa. Sebelum pada akhirnya perdebatan mereka disela.
"Berhenti!" Teriak Bapak Bill Gates.
Bapak Bill Gates melihat semua, bagaimana dominasi Ozon yang akan menjerumuskan siswa baik seperti Gazi.
Dia merasa cukup sayang, jika siswa yang dinilainya cukup baik barusan harus meyeleweng di depan matanya.
Bapak Bill Gates langsung menjewer Ozon tinggi-tinggi. Ozon cukup kesakitan.
"Kalian masih kecil bukannya, menyesal karena tidak disiplin. Malah mau menjadi tidak benar."
"Sadar engga kalo kalian salah, kalian pikir sekolah gratis? Inget orang tua."
Ozon dan Gazi tersembur omelan tegas dan hukuman fisik yang cukup banyak. Meskipun tidak separah Bapak Ares namun hukuman ini cukup membuat keringat bercucuran.
Pada akhirnya mereka berdua di bolehkan masuk. Dan makanan yang diberikan oleh Gazi dikembalikan.
"Bapak sangat berterima kasih atas niat baikmu. Sekarang makan ini agar tenagamu terisi kembali. Jangan telat kembali atau bapak akan benar-benar tidak peduli."
"Baik pak, terima kasih."
_
Sebelum masuk Gazi dan Ozon makan di salah satu gazebo sekolahan.
Ozon juga membeli nasi bungkus layaknya Gazi. Hanya saja nasinya diletakkan dalam ransel.
"Njirrr.... sukses, kok bisa berhasil sih Zi. Kayaknya 10 tahun ini hanya kita deh yang berhasil menembus Pak Bill. Haha"
"Jelas, kamu pikir siapa aku."
"Kamu kok bisa tahu perasaan batu Pak Bill Gates dari mana Zi?"
"Tidak ada orang tua mana pun yang bisa tetap diam melihat seorang anak yang akan terjerumus. Terlebih di depan mata mereka."
Ozon mengangguk.
"Terlebih juga Bapak Bill yang sangat menjunjung tinggi kebenaran."
"Kamu benar."
Mereka berdua tertawa lebar, menghabiskan makanan sebelum masuk kedalam kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Small Story.
Short StoryMenceritakan kejadian haru yang dialami oleh remaja sekolah.