Langit cerah berawan, di mana waktu ini adalah titik paling sejuk untuk menikmati suasana alami, bentuk dari sebuah ketenangan, per-istirahatan sebuah mesin pikiran berasap, otak.
Itulah yang saat ini ada di dalam benak Ozon salah satu siswa sekolah menengah kejuruan Cakrawala biru.
Namun keadaan berkata lain, untuk remaja seusianya, waktu-waktu saat ini adalah di mana mereka masih dalam kegiatan belajar mengajar.
Gazi duduk pada kursi semen keramik panjag sedang Ozon berdiri bersender pada sebuah saka bangunan sekolah. Mereka berdua mencari angin segar pada sela-sela pergantian pelajaran.
"Zi, aduh ga bisa ini aku Zi, saat ini aku butuh healing, pahamkan kamu Zi. Akhir-akhir ini otakku telah bekerja keras melebihi kapasitas." Ozon terus mengeluh dengan akting tangan di kening dan menggeleng ringan.
Gazi tanpa jawaban, namun ozon terus menggoda hal-hal menarik seputar pantai wisata yang baru saja dibuka.
Pantai pluto selatan. Dikabarkan bahwa pantai ini belum lama ini ditemukan, sehingga masih terlihat bentuk alaminya.
Pasirnya yang putih bersih, gulungan ombak biru, angin sepoi-sepoi menyejukkan. Ditambah suasana hari cerah berawan seperti ini.
Rugi rasanya jika suasana seperti ini hanya untuk belajar. Bujuk rayu Ozon.
"Memang kamu tahu jalannya?"
"Engga tahu jalannya gimana? Astaga Gazi kamu yang aku pikir cukup cerdas, cukup lebih pintar dari enam puluh persen penduduk sekolah ini. Dan tidak tahu teknologi modern? Tsk tsk jaman ini teknologi itu disebut Google Map!"
"Map itu peta, tapi setidaknya kamu pernah dengar kan Zi? Apa perlu aku keluarin ponsel buat ngajarin kamu?" Syok melekat jelas pada wajah seorang Ozon, gestur tubuh bermain tangan seakan masih tidak percaya.
Gazi menghela nafas panjang, dia tiba-tiba merasa gerah, jari jempol dan telunjuk kanannya menarik-narik sisi baju bagian dada untuk sekedar mendapatkan angin.
"Memangnya Google map tahu rute cara kita keluar dari bangunan sekolah ini tanpa ketahuan?!"
Ozon gelagapan mendengar jawaban santai dari Gazi, lagi pula rute rahasia telah diketahui oleh satpam dan sekarang sudah diberi batu bata dengan lapisan semen.
"Hehe, google map tidak seagung itu."
"Haaah~" Gazi menghela nafas panjang kembali "Lagi pula kemarin kita sudah ketahuan, jika kedapatan sekali lagi aku pikir kita benar-benar dapat hukuman. Sudah tidak ada konseling lagi. Tapi... mungkin beda cerita jika kamu bisa mengajak yang lain. Ya minimal kita tidak benar-benar terlalu mencolok."
"Tapi tetep saja sebelum berpikir kesitu, memangnya kamu mau lewat mana?" Gazi menengadah keatas, pikiranya beralih pada hal lain. Tentang sebuah misteri dunia yang berusaha dia ungkap. Lagi pula dia tidak mau repot-repot berpikir ide bodoh Ozon.
"Siapa bilang aku tidak tahu jalan." Ozon tersenyum misterius. "Baik sekarang kita masuk ke Step 2 seperti katamu. Mencari sekutu."
Kebetulan dari jauh ada teman sekelas mereka, dia adalah Ahmet yang baru balik dari toilet.
Ahmet adalah siswa paling agamis dikelas mereka. Tidak pernah ada hal buruk tentang reputasinya. Dia patuh, sopan, jujur dan disenangi banyak guru.
"Met! Met sini met!" Ozon mengayunkan tangannya dengan penuh antusias.
Pikir Ozon, Ahmet adalah target yang tepat untuk mempengaruhi pondasi kelasnya. Dia adalah kiblat kebaikan.
Ahmet tak dapat mengelak, lagi pula jika dia ingin masuk kembali ke dalam kelas, dia harus melewati Gazi dan Ozon.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Small Story.
Historia CortaMenceritakan kejadian haru yang dialami oleh remaja sekolah.