7. Viola: He's Weird

37 14 9
                                    


Viola: Gue butuh koreksi, bukan pujian. Apalagi doa, Petir.

Viola: Jadi, apa yang perlu gue perbaiki di cerita gue?

Viola: Kenapa lo lama banget balesnya?

Viola mengunyah es batu dengan kesal sambil memandang layar ponselnya yang begitu terang, agar ia tidak mengantuk. Ia lumayan kesal karena Petir mendoakan hal yang paling Viola hindari. Yaitu, kembali dengan cowok brengsek itu.

Boro-boro kembali bertemu, bertegur sapa di sosial media saja Viola ogah. Cih. Memangnya dia siapa, sampai harus gue duluan yang negur?

Petir: Sorry, Viol. Ini pertama kalinya gue disuruh mengoreksi cerita. Jadi, gue lumayan bingung.

Viola: hmm, apa lo butuh waktu lebih?

Petir: Nggak, ini gue baru mau ngasih koreksi sesuai pendapat amatir gue ya.

Petir: Cerita lo udah bagus, tapi karakter cowok yang lo buat itu terlalu sempurna. Jadi, lo harus kasih karakter itu kekurangan, agar lebih berasa nyata.

Viola: Kekurangan? Gimana kalau dia aslinya memang nggak ada kekurangan? Masa harus gue buat-buat? Eh, maksud gue, di awal cerita ... menurut gue dia memang sesempurna itu.

Petir: Ya gapapa, mungkin Lo bisa nambahin kekurangan itu di next chapter. Lagian, tuh cowok yang asli nggak akan baca cerita lo ini kan? Jadi, selow ajaaaaa.

Viola: Bener juga. Apa ya kekurangan yang cocok buat dia?

Petir: Gimana kalau ... bego?

Viola: Ranking satu tapi bego, gitu? Nggak bisa dong wkwk

Petir: Kalo jorok? Suka makan upil?

Viola tanpa sadar langsung tertawa puas. "Ini dia serius ngasih saran apa ngelawak, sih?"

Viola: Gue nggak tega nulisnya kalo kekurangan dia kayak gitu wkwk

Petir: Apa dong? Gue juga ikut bingung nih.

Viola: Gimana kalau ... gampang capek? Nggak jago olahraga itu apa bisa disebut kekurangan?

Petir: Nggak jago olahraga? Olahraga apa? Jadi, fisik dia lemah?

Viola: Semua olahraga. Dia bahkan pernah hampir tenggelam pas praktik renang. Padahal badan dia tinggi.

Viola: Kasihan kan?

Petir: Wah, dia gak bisa renang?

Viola: Bisa, tapi dia tenggelam karena capek katanya.

Petir: Capek? Serius?

Viola: Itu yang dia bilang pas gue tanya. Kenapa? Lo curiga dia punya trauma gitu?

Petir: Hmm, ya, sedikit.

Viola: No, he's fine. Buktinya pas praktik renang semester berikutnya dia jago banget dan mecahin rekor di kelas dengan waktu tercepat.

Petir: Viol, can you stop it? Jangan bahas cowok itu lagi. Entah kenapa gue merasa nggak nyaman setelah lo cerita semakin banyak tentang dia.

Viola: Why? Jealous? haha

Petir:! Ofcourse wkwk. Hmm, balik ke cerita lo lagi aja. Jadi kekurangan dia nggak jago olahraga ya? Oke, bagus, gue setuju.

Viola: Terus, ada masukan lain nggak? Kayak, alurnya, mungkin?

Petir: Lo mau cerita ini pakai alur cepet atau lambat? Karena gue merasa lambat banget loh.

Viola: Memang di awal gue mau bikin lambat, tapi pas dipertengahan mungkin akan ada time skip kenaikan kelas. Menurut lo gimana?

Petir: Nice

Viola mengernyit. "Kenapa cuma nice? He's getting weird. Again."

Petir: Selebihnya, gue suka cerita lo. Just keep going, gue penasaran dengan apa yang akan terjadi di bab berikutnya :)

Viola akhirnya tersenyum. Merasa senang dengan komentar Petir.

Viola: Whoa, thanks!

Petir: Ah, gue juga penasaran sama alasan lengkap lo bisa sebenci itu sama Galang in real life hahah.

Viola: Yeah, we'll see...

[]

[]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Dating AppTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang