Perasaan gusar terus menyelimuti hatinya, takut, dan khawatir menjadi satu, tak henti kuku jarinya ia gigit sebagai bentuk pelampiasan.
Hari semakin sore dengan langit yang mulai berubah warna, padahal ia masih memerlukan waktu untuk mempersiapkan diri menghadapi hal yang mengerikan. Sebentar lagi hanya akan ada dirinya sendiri didalam rumah besar keluarga Na.
Renjun tidak bisa tenang, dirinya terus berjalan mondar mandir didalam kamarnya, tepat pukul 7 malam Siwon, Yoona, juga Jaemin akan pergi ke kerajaan utama.
Tak menyangka, ia pikir malam mengerikan ini akan terjadi beberapa hari lagi, Renjun belum siap. Ia belum siap menerima apa yang akan terjadi pada dirinya nanti, semuanya masih samar dan abu abu.
Otaknya sudah dipenuhi dengan pikiran pikiran buruk, membuat suasana hatinya semakin tidak tenang. Keringat dingin pun membasahi kedua pelipisnya, Renjun sepanik ini untuk menghadapi malam bulan purnama merah yang terjadi secara mendadak.
"Berhenti mengigit, kuku mu akan habis"
Mendengar suara dari arah tangga, Renjun menoleh dan mendapati Jaemin, dengan pakaian rapi, bakhan memakai dasi pada bajunya, apa ritual masuk peti saat malam purnama merah mereka harus berpakaian rapi? Jawabannya iya, karena dewa mengawasi dan memperhatikan mereka.
"Tenanglah, Renjun" ucap Jaemin, dirinya sudah berdiri tepat dihadapan Renjun.
Bisa Jaemin lihat keringat yang membasahi pelipis dan anak rambut anak itu, Renjun benar benar belum siap.
"Bagaimana aku bisa tenang? Malam ini aku ditinggal sendirian didalam rumah besar ini! Kalian akan pergi, lalu bagaimana diriku? Apa yang akan terjadi? Bagaimana kalau aku tertangkap oleh mereka? Bagaimana kalau aku mati dan tidak ada yang menolongku?"
Tindakan yang terlalu cepat membuat Renjun terhuyung, Jaemin menarik lengannya dan merengkuh tubuh yang butuh ketenangan tersebut.
Memeluknya dengan lembut, memberikan usapan agar Renjun tak khawatir dengan apa yang dirinya sendiri ucapkan.
Ia tahu hal tersebut memang menakutkan, namun mengingat percakapannya saat bersama sang ayah, dirinya hanya pasrah.
Bagaimanapun juga Jaemin harus mengikuti ritual yang sudah menjadi kewajiban yang turun temurun, jika ia melanggar maka akan terjadi sesuatu padanya. Hukuman dari dewa.
Tentu saja dalam lubuk hatinya Jaemin sangat ingin tetap disini, disamping Renjun, melindungi anak itu dari bahaya yang akan menghampirinya.
"Tenanglah, aku yakin kau akan baik baik saja" serunya secara halus.
Renjun seketika terdiam, merasakan pelukan hangat Jaemin serta elusan pada punggungnya, ketenangan mulai menyelimuti hatinya.
Memejamkan mata, Renjun membalas pelukan Jaemin dengan erat, seakan ia membagi kekhawatirannya dan berharap ketenangan dari Jaemin menghilangkan itu.
"Aku takut, Jaemin"
"Tidak ada yang perlu ditakuti, aku bersamamu"
"Bagaimana bisa kau bersamaku? Sedangkan sekarang saja kau akan pergi"
Jaemin melonggarkan pelukan diantara mereka, sebelah tangannya masih setia pada pinggang ramping anak itu, dan sebelah tangannya lagi ia taruh pada dada kiri Renjun.
"Disini, aku disini bersamamu"
Merasakan tangan besar Jaemin didadanya, Renjun lantas menatap tangan tersebut, ikut memegangnya dan mengalihkan pandangannya pada wajah Jaemin.
Mereka saling menatap satu sama lain, Jaemin berusaha memberikan tatapan yang meyakinkan Renjun agar dirinya tidak perlu merasa khawatir lagi.
Tangannya yang berada pada dada anak itu berpindah posisi memegang sebelah pipi Renjun dengan halus.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLACE OF BLOOD [JAEMREN]✓
Fanfictionhidup Renjun sangat berantakan dan sekarang semakin berantakan setelah dirinya dibuang oleh orang tuanya, kesialan tak sampai disitu, dimana ia harus bertemu dengan sebuah keluarga yang sangat aneh dan misterius baginya. "Kau terlalu candu, Renjun" ...