6. Perguruan

9 2 2
                                    

Malam ini adalah malam Minggu, biasa disematkan sebagai malam impian yang selalu ditunggu-tunggu anak muda untuk berkencan dengan gebetannya. Tapi tidak untuk si jomblo seperti Davina. Baginya malam ini sama halnya dengan malam-malam Minggu sebelumnya. Membosankan.

Davina masih setia duduk di blakon kamar, menikmati angin malam. Sambil menyaksikan orang sebayanya lewat di jalanan bersama sang kekasih. Kini tatapannya beralih ke layar handphone, seperti biasa dan telah menjadi rutinitas setiap hari, tidak ada notifikasi spesial dari siapapun, hanya menjadi penonton story yang berisi keromantisan teman-temannya, apalagi di momen malam Minggu ini seakan dunia hanyalah milik berdua. Berbagai quotes-quotes bucin dipublikasikan membuat jiwa para jomblo meronta-ronta saat membacanya, sama halnya yang dirasakan Davina saat ini.

"Gue kapan kayak gini ya?" batin gadis itu saat melihat story wa teman sekelasnya, sedang makan malam di cafe. Sangat romantis, dimana tangan cowoknya dilingkarkan ke perut si cewek.

"Sayangnya gue gak seberuntung cewek lain," ia menyadari dirinya tidak tahu bagaimana cara merawat diri bahkan berdandan agar bisa memikat hati para lelaki. Hingga wajahnya kusam dan dipenuhi jerawat. Tapi semakin ke sini dirinya menyadari bahwa semakin dewasa ia membutuhkan seseorang yang bisa dijadikan sebagai rumah, tempat berbagi cerita ketika hati sedang dirundung kesedihan, ya harus diakui seorang Davina Handayani yang dulunya sangat memandang remeh soal hati, kini mulai menginginkan penyemangat layaknya pacar.

Sedangkan di sebuah kamar tampak sangat berantakan, di mana buku-buku pelajaran tergeletak di atas lantai. Haris mengigit bibirnya sambil menggerutu kesal.

"Giliran butuh aja ngilang."

Sudah hampir satu jam lelaki itu sibuk mencari buku Kimia catatannya. Kamar juga sudah seperti kapal pecah saking berantakannya. Ia memegang prinsip tak akan menyia-nyiakan waktu yang ada dengan bersantai, karena ujian akhir sekolah belum kelar dan masih ada satu Minggu lagi.

"Sial!!!"

Akhirnya Haris kelelahan lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Rasa kantuk kini membelai manja matanya padahal jam masih menunjukkan pukul 08.14 wib. Tak sanggup untuk bertahan lama lagi, kini ia memutuskan untuk tidur.

Baru mulai menutup matanya ke alam mimpi, seketika ponselnya berbunyi tepat di samping telinga. Membuat ia membulatkan mata penuh kaget. Dengan rasa malas dibukanya lah layar putih kemudian memasukkan password kata kunci, muncul 100+ notifikasi dari WhatsApp. Haris tidak berniat untuk membuka chat yang dikirimkan ke dirinya kecuali dari grup kelas, guru-guru, teman laki-laki yang sefrekuensi, dan keluarga. Sekalipun jika ia membalas chat dari lawan jenis pasti sangat penting dan tegang kemungkinan.

Lelaki itu mencoba mematikan data selulernya yang aktif, tapi tiba-tiba ada chat baru yang masuk dari instagram.

Entah kenapa, rasa kepo telah menyelimuti hati seorang Haris. Dilihatnya profil yang mengirimkan chat tersebut namun kosong atau tidak ada foto sama sekali, hanya nama pengguna yang tertera di sana.

Degg......

Entah kenapa saat mengingat tentang wanita itu, jantung dan tubuhnya refleks bergetar tak karuan.

Davinahandayani71 :

Hy?

"Balas nggak? Balas aja kali ya? Enggah gih, entar macam-macam lagi tuh cewek. Tapi kalo gak dibalas takutnya dia tersinggung, mana dia baik lagi walaupun nyesalin sih. "

Harus menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya perlahan.

Ketik.....

Hapus lagi.....

Rasa yang Terarsipkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang