9. Bertemu Ummi

3 1 0
                                    

Desir angin malam terasa dingin membelai kulit dengan lembut. Diiringi rintik hujan yang mulai berjatuhan menyentuh tanah kering nan tandus. Davina memperhatikan gerimis di balik jendela kamarnya. Sontak matanya terbelalak, ia hampir lupa.

“Maaf ya telat joinnya.”

“Gapapa, tolong oncam ya.”

“Oke.”

Davina mengikat rambutnya yang sempat terurai. Lalu mengaktifkan kamera zoomnya.

“Udah siap mau belajar?” Tanya seseorang yang tak lain adalah Haris si paling tutor.

“Siap dung.”

Malam ini, Haris menjelaskan materi tentang besaran skalar dan besaran vektor. Dua jam sudah berlalu, pemuda itu masih bersemangat untuk mentransfer ilmunya tapi Davina yang sudah hanyut dalam dunia mimpi, membiarkan Haris berbicara sendiri dan menjawab sendiri.

“Jadi setelah setelah gue jelasin, lo bisa nyimpulinkan apa bedanya besaran vektor dan besaran skalar?”

“Hallo?”

“Kok diam sih, woii?”

“Apa udah tidur nih orang?”

“Astagfirullah.”

Haris menepuk jidatnya kesal, saat melihat Davina yang sudah tertidur pulas di balik layar. Emosinya hendak meledak, sia-sia ia menjelaskan panjang kali lebar kali tinggi untuk orang yang tidak sadar diri alias tidur. Baru saja mulutnya ingin memaki tapi terhenti saat melihat wajah lemas Davina yang tambak kelelahan. Bagaimanapun juga Haris masih memiliki hati nurani.

“Dav, bangun.”

“Davina.”

“Bangun Dav.”

Ucap Haris berulang kali, tapi tetap lembut.

“Hah? Apa? Eh loh udah siap jelasinnya, maaf gue ketiduran,” ujar Davina sembari mengusap matanya yang masih ngantuk.

“Udah, lo kayaknya capek banget ya. Tidur yuk.”

“Iya gue capek banget hari ini. Kuy lah.”

“Semoga mimpi indah, good night.”

“To…”

Zoom berakhir. Davina mematikan ponselnya dan merapikan buku-buku yang baru saja ia tiduri, kemudian melanjutkan tidurnya kembali. Dilain sisi ada Haris yang masih duduk mermanggu menunggu kepulangan orang tuanya. Jam sudah menunjukan pukul 23.50 malam tapi tidak ada tanda-tanda mereka akan pulang. Ia memilih untuk tidak mengirim pesan, takutnya menganggu pekerjaan atau mungkin menganggu dalam berkendara saat mereka masih di jalan.

“Asaalamualakum,” ucap wanita cantik berhijab syar’i.

“Waalaikumsalam, ehh ummi abi, udah pulang.”

Haris berlari memeluk keduanya penuh kerinduan. Kasih sayangnya harus terbatas antara siang dan malam. Belva dan Arya sangat memanjakan putra semata wayangnya ini.

“Tebak kami pulang bawa apa?”

“Pasti sate kambing kesukaan Haris.”

“Pintar.”

Arya hanya melemparkan senyumnya. Karena bagaimanapun sifatnya memang seperti ini, tak banyak bicara dan kalem.

***

“Jadi apabila sebuah gelas berisi air pada suhu missal 600° C, di atas suhu lingkungan sekitar (missal dalam ruang ber AC pada suhu 250° C). Benda akan berusaha mencapai kesetimbangan termal sehingga suhu air dan suhu ruangan menjadi sama.”

Rasa yang Terarsipkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang