Part Two

71 5 0
                                    

"Memuakkan!!! Sumpah, kemarin itu memuakkan banget!!" teriak Frea dari depan pintu kelas. Dari pagi tadi, Frea tidak bisa diam. Dia berjalan kesana-kemari, maju-mundur tidak menentu. Dan setiap langkahnya ia selalu mengeluarkan kata-kata "MEMUAKKAN".

Wajahnya memerah, dan emosinya menggebu-gebu. Ia ingin melontarkan amarahnya pada Dino, yang kemarin sore tega meninggalkan Frea dijalan demi mengantar Mitha pulang.

"Udah kek Fre, marah-marahnya. Lagian, dengan elo jalan gak menentu kayak gitu gak bisa menyelesaikan masalah juga kan? Mending elo duduk diam, turunin semua emosi lo. Nanti kan bisa ditanya baik-baik ke Kak Dinonya, kenapa dia kemarin tega ninggalin elo demi nganterin Kak Mitha pulang. Semua pasti ada alasannya Fre, jadi gak usah dijadiin masalah." Tukas Tisha, mencoba membuat Frea tenang.

Frea melirik Tisha, tatapan matanya begitu tajam. "Tenang?!! Gimana gue bisa tenang coba, kalau hal ini udah sering banget terjadi. Dan semuanya itu gara-gara Kak Mitha! Harusnya dia sadar diri dong, kalau dia itu gak pantes minta dianterin Kak Dino pulang. Secara, Kak Dino itu kan pacar gue! Coba kalau elo jadi gue, pasti elo juga bakalan marah!"

Tisha memegang pundak Frea, "Gue tau kok masalah elo sekarang, gue tau perasaan elo kayak gimana. Tapi, setiap masalah yang elo dapat itu pasti ada jalan keluarnya. Sekarang, lo tenang dulu. Jangan langsung kebawa emosi gini. Kalau lo marah terus, alhasil pikiran lo makin sumpek jadinya lo gak bisa dapetin jalan keluarnya. Kalau elo tenang, pasti nanti elo bakalan dapet jalan keluarnya. Percaya deh sama gue."

Frea menepis tangan Tisha dari pundaknya. Ia berjalan keluar kelas menjauhi Tisha. Sedangkan Tisha, hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan sahabatnya yang satu itu. Tisha lebih memilih berdiam diri dikelasnya, daripada harus mengejar Frea sambil terus berdebat. Tisha yakin, sahabatnya itu saat ini sedang kalut. Seandainya Tisha berdebat dengan Frea, ia yakin Frea pasti akan semakin marah. Karena, sifat Frea begitu keras kepala. Alhasil, hubungan persahabatan mereka yang akan mejadi korbannya. Dan Tisha tidak ingin itu semua terjadi. Oleh karena itu, ia membiarkan Frea pergi untuk menenangkan dirinya sejenak.

Cinta berlari kearah Tisha. Matanya berbinar-binar, senyumnya terukir lebar. Dengan semangat ia duduk disamping Tisha.

"Sha! Frea mana?" tanya Cinta sambil menoleh kesana-kemari.

"Lagi pergi tadi dia, gak tau tuh kemana. Kenapa memangnya?" Tisha balik bertanya.

Cinta mengangguk pelan, lalu kembali tersenyum lebar. "Gue mau cerita nih."

Tisha menyengakkan mata kirinya, "Cerita apa?" tanya Tisha lagi.

"Tentang Reza!" jawab Cinta, "Dia nembak gue! Jadi, sekarang gue gak jomblo lagi. Yeiyyy!!" teriak Cinta dengan keras, membuat seisi kelas menoleh padanya.

Tisha mengangguk, lalu tersenyum. "Selamat lah ya."

"Sekarang, gue udah jadian sama Reza. Frea pacaran sama Kak Dino. Terus, giliran elo kapan Sha? Perasaan dari dulu gini-gini aja, gak ada perubahan. Cari pacar kek Tish, biar gak sendirian muluk elonya. Elo pernah suka sama cowok gak sih?" tanya Cinta, membuat Tisha tersentak kaget.

Ia menutup bukunya, lalu menoleh kearah Cinta. Ia tidak tau harus berkata apa pada sahabatnya itu. Di satu sisi, Tisha memang ingin bercerita tentang perasaannya pada Fiko kepada sahabat-sahabatnya. Tapi disisi yang lain, Tisha tidak ingin sahabat-sahabatnya menertawakannya karena ia menyukai Kakak kelasnya yang bernama Fiko. Karena, Fiko berada jauh diatas Tisha. Dan untuk mendapatkan hatinya, perlu perjuangan yang keras.

"Heh! Ditanya kok malah diam? Jawab kek Sha." Tukas Cinta, membuyarkan lamunan Tisha.

"E,,,e,,,eh! Kekantin aja yuk Cin, gue udah laper banget ni." Ajak Tisha, mengalihkan pembicaraan.

Love One DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang