"Apa kamu bilang?" ujar Ibu Sari dengan nada tak percaya.
"Sari mau pakai jilbab, Bu. Sari mau berubah menjadi yang lebih baik." ujar Sari.
"Tidak boleh!!" ujar Ibunya marah.
"Ibu.."
"Bicara saja pada ayahmu!" bentak Ibu Sari.
---
Tok!!Tok!!Tok!!!
"Ayah." panggil Sari saat masuk ke ruang kerja ayahnya.
"Sari? Ayo masuk. Ada apa, nak?" tanya Ayah Sari.
"Ayah, Sari mau minta izin pada Ayah. Sari ingin pakai jilbab. Tolong izinkan Sari, Yah." ujar Sari.
"APA?!!"
"Sari mau pakai jilbab, Yah." ulang Sari.
"Hey, nak! Kamu sakit?! Sampai kapan pun Ayah tidak akan mengizinkanmu pakai jilbab! Ayah tidak mau keluarga kita di rendahkan oleh orang lain hanya karena kamu pakai jilbab!" bentak Ayah Sari.
"Astaghfirullah!" teriak Sari.
Sari sendiri tercengang karena spontan kalimat istighfar terucap dari mulutnya.
"Ayah.."
"Keluar! Keluar!!" bentak Ayah Sari.
Di kamar nya, di dalam balutan mukena yang dipakainya, ia menangis sejadi - jadinya. Ia mengadu pada Allah atas kesedihan hatinya. Tak henti - hentinya ia memohon ampun kepada Allah untuk dirinya dan kedua orangtuanya. Ia sangat takut kalau nantinya Allah tidak akan memaafkan dirinya dan orangtuanya.
---
Keesokan harinya, Sari lebih memilih untuk diam. Dirumah maupun saat di sekolah. Bahkan saat Indah dan Zulfa mengoceh pun, doi tidak lagi berkomentar. Pikirannya kini dipenuhi dengan pertanyaan 'bagaimana caranya agar orangtuanya dapat mengerti akan kemauannya' atau 'bagaimana caranya agar dirinya bisa mentaati Allah dan juga orangtuanya'. Tapi, pada akhirnya doi tetap pada pendiriannya bahwa ia akan memakai jilbab.
"Assalamu'alaikum." sapa seseorang.
"Wa'alaikumussalam." jawab Sari.
"Kamu kenapa? Kok wajah kamu murung gitu? Ada masalah?" tanya Nida.
Sari hanya terdiam. Kini di masjid hanya ada mereka berdua.
"Kak, apa salah aku ingin berjilbab?" tanya Sari tiba-tiba.
Nida yang mendengar pertanyaan Sari seperti itu kaget bukan main.
"Nggak kok. Kata siapa itu salah?" tanya Nida.
Sari tidak menjawab pertanyaan Nida. Namun, airmatanya terus menerus mengalir.
"Mereka tidak mengizinkanku. Aku bingung. Aku benar-benar bingung. " ujar Sari.
"Mereka? Maksudmu orangtuamu?" tanya Nida.
"Kalau aku pakai jilbab, apa benar akan direndahkan oleh orang lain?"
"Sari sayang, kamu nggak boleh ngomong seperti itu. Jika orangtuamu belum mengizinkan, tetaplah berlaku baik terhadap mereka dan terus berdoa agar Allah memberikan kemudahan. Beritahu mereka apa alasanmu ingin berjilbab secara perlahan - lahan. InsyaAllah, sedikit demi sedikit mereka akan mengerti. Dan juga tunjukkan pada mereka kalau kamu ingin berubah menjadi yang lebih baik." jelas Nida.
"Kak, bagaimana jika sudah berjilbab namun masih melalaikan kewajiban yang lain?"
"Jilbab itu salah satu kewajiban yang Allah perintahkan. Tentunya, seorang muslimah yang shalihat akan malu jika dirinya sudah berjilbab namun ia masih melalaikan kewajiban yang lain, contohnya shalat. Oiya, jilbab itu juga sebagai perisai kita dari mata - mata manusia yang jahil, lho." ujar Nida sambil tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak Hijrah
SpiritualSari Widia Astuti, atau yang akrab dipanggil Sari, ialah seorang gadis polos dengan tipikal kritisnya. Tumbuh dalam lingkungan yang menjunjung tinggi prestasi, namun minim pengetahuan tentang agama. Figur keluarga pun juga tak bisa menjamin Sari unt...