Chapter 1

6.1K 241 15
                                    

Hari itu adalah hari kedua setelah Sari menjalankan MOS selama tiga hari di sekolah barunya. "Sekolah baru, teman baru. Berarti gue harus beradaptasi lagi dong!" Begitulah yang di pikirkan oleh Sari.

"Gila! Ini sekolah atau pesantren sih?!" gumam Sari dalam hati saat melihat beberapa anak perempuan kelas sebelas dan dua belas yang mengenakan jilbab.

"Mana jilbabnya pada panjang-panjang lagi. Udah kayak Uztadzah yang ada di tv-tv. Gak modern banget!" vonis Sari dalam hati.

"Assalamu'alaikum, adik-adik." ujar beberapa kakak kelas yang memasuki kelas Sari.

"Wa'alaikumussalam."

"Kami ingin memberitahukan bahwa pekan ini seperti biasanya akan diadakan kajian mingguan, yakni pada Ahad pagi pukul delapan di masjid sekolah. Bagi yang ingin ikut bisa datang langsung pada hari Ahad. Ada yang ingin ditanyakan?" tanya kakak kelas yang berkerudung panjang itu lembut.

Hening.

"Baiklah, kalau tidak ada yang ingin ditanyakan. Sekian pemberitahuan dari kami. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

"Eh, gue denger kakak kelas yang ganteng itu salah satu panitia yang ngadain kajian mingguan, lho." ujar Indah, salah satu teman Sari yang duduk dibelakangnya.

"Demi apa, lo? Kalo gitu gue dateng ahh.. Otomatis, yang namanya panitia kan bakal dateng." tanggap Zulfa.

"Gue juga." ujar Indah.

"Sst! Berisik banget sih kalian!" gerutu Sari.

"Yeu.. Iri aja lo!" ketus Indah.

"Tau nih!" timpal Zulfa.

"Haha! Ngapain gue iri sama kalian? Nggak banget! Lagipula, nggak ada juga yang bisa di-iriin dari lo berdua!" balas Sari.

Zulfa dan Indah langsung melengos.

Seperti biasanya, Sari pulang sekolah dengan jalan kaki. Ayahnya sedang ada di Kalimantan. Sedangkan keluarga Sari tidak memiliki supir. Alhasil, terpaksa pulang dengan jalan kaki.

"Cantik. Mau pulang yaa? Abang anterin yuk!" goda salah satu seorang lelaki yang tengah duduk di depan warung kopi.

Sari tidak menanggapinya. Doi terus jalan. Doi seakan terbiasa dengan hal yang kayak gitu. Yah, karena doi memanglah seorang gadis yang cantik. Walaupun dirinya tidak memakai make-up.

Sejujurnya, hati kecil Sari sangat benci di goda seperti itu. Doi sangat malu. 'Tapi mau bagaimana lagi, bukankah ini anugerah yang diberikan oleh Tuhan?'

"Lho? Itu bukannya kakak kelas yang tadi ngumumin soal kajian mingguan ya?" tanya Sari dalam hati saat ia melihat seorang gadis keluar dari rumah sebelah.

"Lho? Kakak bukannya tadi yang ngumumin soal kajian mingguan yaa?" tanya Sari polos.

"Iya." jawab gadis itu lembut.

"Kok kakak bisa ada di sini?" tanya Sari lagi.

"Iya, aku dan keluargaku baru pindah ke rumah ini tadi pagi. Oiya, kenalin namaku Nida. Kamu?"

"Sari."

"Ahad minggu ini bisa ikut kajian kan?" tanya Nida lembut.

"Mmm, nggak tau deh, Kak. Kak, aku masuk dulu ya. Capek nih." ujar Sari sebelum masuk ke dalam rumahnya.

Sementara itu, Nida hanya tersenyum.

Malam harinya ...

"Sari, hari Minggu nanti lo ikut kajian?" suara Dian dari telepon.

"Nggak tau deh. Kayaknya sih enggak." jawab Sari cuek.

"Gue denger, kakak kelas yang tadi ngumumin di sekolah itu rumahnya di sebelah rumah lo, ya?"

"Gila! Cepet banget tuh berita nyebarnya. Emang sih, dia baru pindah tadi pagi."

"Gini-gini lo bakalan ketularan alimnya dong? Hahaha jangan sampe deh!" ejek Dian.

Lama Sari terdiam.

"Halo Sar? Lo masih di sana kan? Halo?"

"Eh, udahan dulu ya. Gue di panggil ama nyokap nih."

Piip!!

Sari menutup teleponnya.

Dirinya tersentak oleh kata-kata Dian tadi.

'Gini - gini lo bakalan ketularan alimnya dong? Hahahaha, jangan sampe deh!'

"Apa kata-kata seperti itu yang keluar dari mulut seorang teman yang baik?" tanya Sari dalam hati.

-------

Halo teman-teman! Wah wah, kita ketemu lagi nih. Maaf ya agak lama terbitnya. Maklumlah, pemula. Oiya sobat, jangan cuma baca aja yaa . Silahkan atuh vote dan komentarnya :)

Jejak HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang