Chapter 2

2.5K 218 9
                                    

"Gila! Kemarin kan gue dateng ya ke kajian, kakak kelas yang ganteng itu beneran ada ya!" pamer Indah saat sedang upacara bendera.

"Serius?! Lo foto dia nggak?" tanggap Zulfa.

"Lo sih nggak dateng." ujar Indah.

"Udah deh, cepetan! Lo foto dia nggak?" ujar Zulfa dengan nada yang sedikit tinggi.

"Sst! Bisa diem nggak sih kalian?! Lagi upacara juga." ujar Sari yang sedari tadi merasa risih.

"Ihh, lo tuh ya dari kemaren nyari gara-gara aja!" bentak Zulfa.

"Biasa kalo orang miskin kasih sayang kayak gitu tuh!" ledek Indah.

"Apa lo bilang?" bentak Sari.

"Emang bener kan kalo orang tua lo tuh nggak meratiin lo? Ihh, kasian banget!" ujar Indah.

"Ehh, lo ngomong apa tadi?! Bukannya kebalik ya? Lo tuh yang kurang kasih sayang! Nggak pernah diajarin ngomong yang sopan sama orang lain!" balas Sari.

Secara spontan Indah menarik rambut Sari. Begitu juga sebaliknya. Tarik-menarik rambut pun terjadi. Alhasil, mereka berdua menyedot perhatian dari guru-guru dan teman-teman yang lain.

---

"Kalian ini! Baru seminggu masuk ke sekolah ini udah bikin onar. Lihat saja, kalau kalian sekali lagi berbuat onar, kalian akan diberikan sanksi!" ujar Bu Kristin, selaku guru BK.

"Ahh, rambut gue." rintih Sari ketika keluar dari ruang BK.

"Sakit ya?" terdengar suara laki - laki.

"Lho? Ini bukannya kakak kelas yang diomongin sama Indah dan Zulfa ya?" tanya Sari kepada dirinya sendiri.

"Yaiyalah, namanya juga di jenggut." jawab Sari cuek.

"Coba pakai jilbab . Kan nggak bakal bisa di jenggut rambutnya." ujar kakak kelas itu.

"Ini semua tuh gara - gara kakak." ujar Sari.

"Gara - gara saya? Kok bisa?"

Sari tidak menanggapi pertanyaan itu. Ia langsung beranjak pergi meninggalkan laki - laki itu sendiri.

Sejak hari itu, Sari lebih banyak diam ketimbang berkomentar. Ia merasa kalau selama ini ada yang salah dalam dirinya.

'Coba pakai jilbab. Kan rambutnya nggak bakal bisa di jenggut.' Kata - kata kakak kelas itu kembali terngiang di kepalanya.

"Pakai jilbab? Apa bisa?  Sementara gue aja belum pernah pakai jilbab. Saat shalat?  Gue aja jarang shalat."

Saat ini pikirannya benar - benar kacau balau.

"Assalamu'alaikum, Sari." sapa Nida.

"Eh, Kak Nida. Wa'alaikumussalam. "

"Oh iya, kak! Ada yang ingin Sari tanyain ke kakak. "

"Apa?"

"Kakak nggak panas apa pake jilbab?" tanya Sari polos.

Mendengar pertanyaan Sari, Nida tertawa pelan.

"Nggak kok, malah adem." jawab Nida.

"Masa sih? Emang kakak dari kapan pakai jilbabnya? Pasti pertama - tamanya panas ya?"

"Beneran. Emm, pertama kali aku pakai jilbab itu pas kelas dua SMP. Memang pertamanya gerah, panas. Ya, namanya juga godaan. Lebih baik panas di dunia kan daripada panas di akhirat. Iya kan? Na'udzubillahimindzalik."

"Sari kapan pakai jilbabnya?" tanya Nida.

Pertanyaan ini langsung menusuk hati Sari. Namun, doi menanggapi pertanyaan itu dengan sebuah senyuman.

"Oiya, InsyaAllah kajian mingguan pekan ini ngebahas tentang jilbab. Datang ya." ajak Nida.

Lagi - lagi Sari hanya menanggapinya dengan senyuman.

-------

Wahwah udah chapter 2 aja nihh. Mana nih vote dan komentarnya??? Buat yang udah, makasih yaa. Nah, buat yang belum? Ayo dong di vote atau komentar. Vote dan komentar kalian sangat berarti buat Authornya lho :)

Jejak HijrahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang