Pagi yang sangat cerah menyambut Desa Balugan, yang tadi malam diguyur hujan deras dan menyisakan genangan air yang dilewati oleh warga untuk menjalankan aktifitas mereka pagi hari ini.
Dari jauh, dari balik awan biru yang indah. Pagi ini seorang pria yang hanya berdiri beralaskan sepatu kulit berjalan-jalan dilangit menembus beberapa awan yang tampak tenang.
Dia adalah Walkren. Prajurit Raja Radeus yang sedang menuju ke Istana untuk mengabarkan keadaan pasar Desa pukul 7 pagi hari ini.
"Keadaan pasar terpantau baik-baik saja pada pukul 7 pagi, Raja. Laporan saya tutup, dari penyampai Walkren Brown."
Walkren segera meninggalkan istana setelah Raja Radeus mengangguk tanda menerima informasi yang di berikan Walkren dengan setuju.
Walkren kemudian memutuskan untuk berjalan-jalan di Desa. Hitung-hitung juga untuk mengawasi keadaan disana.
Karena juga tugasnya sudah selesai untuk saat ini dikarenakan laporan pasar diatas jam 7 dibawa oleh Akire, teman Walkren.
Kedua netral hitam milik laki-laki ber-rambut hitam itu menyusuri jalanan desa yang padat oleh aktifitas warga, disisi kanan tampak terlihat beberapa prajurit menunggu pria tua memasukkan karung beras kedalam gerobak yang di tarik kuda.
"HEY WALKER BAGAIMANA KEADAAN PASAR?!?" Seru salah satu prajurit yang melambaikan tangannya disisi kanan jalan itu.
Walkren balas melambaikan tangan dan menjawab, "YA, KEADAANNYA BAIK!"
Ia lalu melanjutkan perjalanannya. Didepan sana terdapat air mancur yang di tengahnya terdapat patung Raja Radeus tengah mengangkat pedang, Walkren sengaja mempercepat langkahnya ketika dirinya juga melihat anak-anak kecil tengah bersenang-senang disana.
Ia ingin menyapa mereka, namun semakin dekat jaraknya dengan air mancur Walkren memelankan langkahnya, dan akhirnya berhenti sebelum sampai di air mancur.
Untuk sekian banyaknya gadis-gadis yang dirinya jumpai di Desa ini. Ini adalah kali pertama Walkren. Melihat. Gadis cantik, yang berbeda dari lainnya.
Rambut coklat pendek, mata indah, dan juga senyum yang manis. Dialah gadis yang Walkren inginkan, dan kini gadis itu telah berjalan pergi setelah sempat mengobrol kecil dengan anak-anak di air mancur.
Langkah Walkren kini tak tertuju kepada anak-anak kecil yang bermain di dekat air mancur tetapi kini dirinya membuntuti gadis itu.
"Hey, permisi!" Gadis itu tak mendengar suara Walkren, mungkin gara-gara ramai warga yang sedang berlalu lalang diantara mereka.
Namun hal itu tak menggoyahkan komitmen Walkren untuk mengejar gadis itu. Tapi sayangnya semakin dikejar semakin menjauh.
Walkren akhirnya kehilangan jejak gadis itu setelah berdesakan dengan para warga.
"Ah aku kehilangan jejaknya," Walkren menggelengkan kepalanya sedih.
Saat membalikkan badannya Walkren dikejutkan oleh sosok Akire yang sudah berdiri dibelakang entah sejak kapan.
"Boom!" Akire kemudian tertawa puas melihat wajah terkejut Walkren temannya.
Sedangkan Walkren, pria itu lalu merubah mimik wajahnya datar. Dia pikir siapa, ternyata itu Akire.
"Bisa-bisanya kau sampai kesini, bukankah saat ini waktunya kau menjaga pasar?" Tanya Walkren mulai melangkah kembali ke air mancur yang di susul oleh Akire.
"Memang. Aku tadi izin buang air besar dulu, tapi kurasa toko roti yang baru buka didekat air mancur itu mempunyai anak gadis yang imut hehe," Akire semakin memelankan suaranya diakhir kalimatnya.
Walkren hanya geleng-geleng kepala saja. Nampaknya bukan dirinya sendiri yang tengah jatuh cinta saat ini. Akire temannya pun tampak sedang jatuh cinta juga.
"Semoga beruntung, atau jika tidak mungkin gadis itu akan menampar mu karena telah menakutinya hahaha."
"Ada-ada saja kau ini, aku kan bukan monster."
Begitulah obrolan kecil antara Walkren dan Akire, mereka berdua kemudian berpisah karena berbeda jalan tujuan. Akire yang hendak ke toko roti dan Walkren yang baru mendapatkan ide untuk menanyakan identitas gadis tadi kepada anak-anak kecil di air mancur.
✧♪✧♪✧♪✧
Bulan ini adalah bulan panen yang merupakan bulan dimana para petani merasa sengsara dan terbebani, mengapa? Karena 50% hasil panen mereka wajib di serahkan ke kerajaan. Begitulah aturan dari Raja Radeus yang tak adil.
Di limbung kerajaan Walkren tercengang melihat tumpukan karung beras yang melebihi jumlah biasanya, namun disisi lain Walkren juga merasa sedih mengetahui ini adalah hasil jerih payah dari petani di Desa, dan lebih parahnya lagi Raja tidak memberi bayaran sepeser pun untuk para warga.
"Tebak, berapa karung beras bulan ini?" Tanya Daruma, atasan Walkren yang kini telah mengambil posisi berdiri disamping Walkren menghadap tumpukan karung-karung beras dihadapan mereka.
"200?"
"Mendekati. Jumlahnya 226."
Walkren mengangguk dan pergi meninggalkan lumbung setelah berpamitan dulu kepada Daruma. Sore ini tugas Walkren menjaga perbatasan Utara, kaki-kaki jenjangnya terangkat keatas untuk terbang ke langit.
Bagi Walkren lebih menyenangkan berjalan atas langit dari pada di jalanan, karena dirinya bisa dapat melihat pemandangan luar biasa diatas sana.
Walkren adalah prajurit yang tidak mendaftar diri, tetapi Raja Radeus lah yang menyuruhnya menjadi prajurit di istana barunya yang di berikan oleh sang ayah atas hasil kemenangan perang.
Walkren kemudian berpindah ke Desa ini untuk berkerja dengan Raja Radeus meninggal keluarganya di Desanya yang dulu. Jarak yang jauh membuat Walkren jarang berkunjung dan hanya berkirim surat dengan sang ibunda nya.
Jika harus jujur Walkren juga tidak mau berkerja seperti ini. Melihat kemampuannya yang hebat tidak masuk akal jika dirinya hanya menjadi prajurit Raja, minimal panglima? Hahaha tampaknya pikiran Walkren telah kemana-mana.
Tapi syukurlah disini dirinya dapat bertemu teman-teman baru seprajurit dengannya yang membuatnya bisa tertawa renyah, membuatnya yang kelaparan menjadi kenyang dengan candaan saja, dan sebagainya.
'Masa lalu memang dirindukan, namun keadaan yang saat ini tidak bisa disia-siakan begitu saja,' Walkren menutup kedua matanya membiarkan angin yang berhembus dilangit menerpa wajahnya, tak lama kemudian Walkren tersenyum dan berkata, "Aku sudah tau siapa namamu. Liola, adalah namamu."
Setelah mengatakannya wajah Walkren menjadi tersipu malu sendiri ia lalu berputar-putar dilangit karena merasa bahagia telah mengetahui nama gadis tadi dan juga tempat tinggalnya, Walkren benar-benar berterimakasih kepada anak-anak kecil di air mancur tadi pagi.
HAI, TERIMAKASIH TELAH MEMBACA CERITA AKU.
JANGAN LUPA VOTE+KOMEN, DAN TAMBAHIN KE PERPUSTAKAAN AGAR DAPAT NOTIF UPDATE SELANJUTNYA, BYE👋.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tempat Persembunyian Mortaint
ФэнтезиMortaint, remaja laki-laki berusia 17 tahun yang memiliki tempat persembunyian di padang rumput dekat sebuah sungai kecil, mendadak mendapatkan sihir setelah dirinya menemukan sesuatu yang bercahaya terkubur didalam tanah. Itu adalah benda yang memi...