"Raka!" Sesosok perempuan berkerudung, terdengar memanggil namanya.
"Kenapa, sayang?" Balas Raka, menorehkan sebuah senyuman lembut yang menenangkan.
"Kangeennn" Wanita itu berlari memeluk Raka.
"Maaf ya, aku ga bisa ada di samping kamu terus. Pasti berat kan, nunggu aku selama itu" Raka mengelus kepala perempuan itu.
"Ga papa, yang penting aku milik kamu. " Wanita itu tersenyum manis.
"Bisa aja kamu, sayaaang"
"Aku, pengen itu" Perempuan itu menunjuk kedai eskrim yang berdiri kokoh di seberang jalan.
"Mau es krim? Biar aku beliin, tunggu yaa.. " Raka beranjak dari pelukan erat perempuan tersebut.
"Aku mau sendiri. Biar bisa milih.. " Tolak perempuan manis berkerudung itu, menarik lengan suaminya.
"Ga papa? Tapi hati hati yaa" Pasrah Raka, yang tampak sedikit risau, melepas sang istri.
"Iya, sayaaang.. Tenang ajaa" Perempuan itu menenangkan Raka, dengan senyuman manisnya.
Raka memperhatikan bidadarinya menyebrang dari jauh. Tapi..
TIIN! TIN! TIIIN!.. BRAK!
"FATHIIN!!!"
_______/\___________/\_______
Raka terbangun.
"Huh.. Cuma mimpi. Tapi, kenapa Fathin? Kenapa dia yang jadi istri gue?" Gumam Raka.
Sayup sayup, terdengar suara adzan subuh yang telah berkumandang.
"Sholat subuh dulu ah.. Bismillah"
Raka beralih ke kamar mandi, untuk mengambil air wudhu.
Kemudian, menarik sarung, dan menunaikan kewajibannya.
Selesai sholat, Raka Menangkupkan kedua telapak tangannya, membuatnya seperti mangkuk yang akan diisi oleh doa doa tulus dari sang empu.
Disetiap ucapan doanya, ia sisipkan sebuah nama yang menjadi harapan terbesar untuk masa depannya kelak.
Tak lupa, dia mengamini doanya sendiri. Berharap doanya di dengar oleh sang rabbi.
Lengkungan singkat, terbentuk jelas dibibirnya. Sebuah senyuman tulus, dari hati nya, yang kini sedang berdebar, membayangkan wajah seorang Fathin Amara.
Sosok wanita, yang sangat ia kagumi.
☘️☘️
" Assalamu'alaikum. Fathin, untuk 3 hari kedepan, mbak boleh kah ambil cuti?" Tanya Ema ragu, dalam telponnya.
"... "
"Eung.. Kakaknya mbak mau nikah, mbak harus jadi among tamunya, thin. Boleh?" Kata Ema.
"... "
"Makasih ya, thin."
"... "
"Iya, in syaa Allah, mbak sampaikan.. Sekali lagi, makasih yaa.. Wassalamualaikum"
"... "
Panggilan terputus.
"Gimana, Em? Dapet ijin?" Tanya Aca meyakinkan.
"Ya dapet dong.. Masa iya Fathin tega nolak gue.."
"Etdah, ni bocah. Mentang mentang mau makan makanan hajatan, belagu bener.. Eee... Jan lupa oleh oleh" Sahut Naufal dengan mulutnya yang menye menye.