🐰Chapter 1 - Kesempatan Kedua

32 7 10
                                    

Perlahan-lahan kedua mata Qiu Yan terbuka. Gadis itu bangkit dari posisi berbaring menjadi posisi duduk. Setelah beberapa saat barulah rasa pusing di kepalanya menghilang.

"Apa aku sudah berada di surga?" tanyanya dengan suara yang pelan.

"Apa dosaku terlalu banyak? Sehingga barang-barang yang aku dapatkan begitu jelek dan usang?" tanyanya dengan dahi yang berkerut bingung. Tatapan matanya masih menatap beberapa barang perabot yang ada di sekitarnya yang sudah tua dan hampir tidak layak pakai.

Tiba-tiba terdengar suara pintu yang terbuka yang menampilkan seorang gadis. Gadis itu menatap Qiu Yan dengan tatapan lega dan juga senang.

"Syukurlah, akhirnya Nona sadar juga," ujarnya penuh rasa syukur.

Kalimat itu membuat Qiu Yan berpikir keheranan. "Apa maksudnya?" ujarnya yang tak paham.

"Nona tidak ingat kalau Nona habis tercebur di sungai?" An Nuwa malah balik bertanya.

"Tercebur di sungai?" Ulang Qiu Yan masih dengan ekspresi yang sama.

"Bukankah aku sedang berada di rumah sakit?" ujarnya dengan pelan yang hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

An Nuwa pun mengangguk. "Nona sebentar, Nubi akan memanggil tabib terlebih dahulu," pamitnya dengan sopan. Setelah itu berjalan keluar dari ruangan kamar yang tak terlalu luas.

Qiu Yan terdiam untuk beberapa saat untuk mencerna sekaligus mengingat rangkaian kejadian. Seingatnya dia berada di salah satu ruangan rumah sakit yang ada di ibukota. Dimana saat itu ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya sedang duduk di sisi kiri dan sisi kanan ranjangnya menemaninya. Dia sudah lama dicuci darah untuk mempertahankan hidupnya selama lebih kurang satu tahun setengah. Lima menit yang lalu, Qiu Yan mengembuskan napas terakhir karena tubuhnya sudah tak sanggup lagi bertahan. Dia masih ingat suara tangisan keluarga kecilnya menangisi kepergiannya yang terbilang terlalu cepat. Ya, memang terlalu cepat, dia meninggal di usianya yang ke sembilan belas tahun.

Pikiran Qiu Yan kembali melayang pada kalimat yang diucapkan oleh gadis muda yang baru saja keluar tadi. Gadis itu mengatakan dia baru saja tercebur di sungai. Itu sangat tidak masuk akal! Setelah kematiannya seharusnya dia berada di surga.

Dan surga itu kata orang tempatnya bagus dan indah. Qiu Yan memutuskan untuk melihat lebih teliti perabotan di sekitarnya dan ranjang yang sedang dia duduki.

"Huh, apa ada surga sejelek ini? Bahkan ranjangnya pun sudah tua?"

Pintu terbuka dan kali ini menampilkan dua orang laki-laki dan seorang gadis yang tadi. Seorang pria muda dan satunya pria yang sudah tua. Pakaian panjang membalut tubuh mereka. Aroma obat-obatan tercium di udara.

"Apa setelan pakaian panjang ini peraturan dari surga?" Qiu Yan tak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Tangannya menunjuk pakaian yang tiga orang itu kenakan.

Gadis muda saling berpandangan dengan laki-laki muda yang berada di sampingnya. Wajah mereka tampak kebingungan. "Nona, kita bukan berada di surga," ujar gadis muda membantah.

"Bukan di surga? Bukankah aku sudah mati?" Qiu Yan berkata dengan ringan.

"Nona, tolong jangan katakan itu!" ucap laki-laki muda dengan nada memohon.

Tabib berdehem sebentar untuk menarik perhatian ketiga orang muda di dalam ruangan. "Aku harus memeriksa keadaannya terlebih dahulu."

Tabib duduk di dekat ranjang, tangan besarnya meletakkan tangan Qiu Yan di atas bantal berukuran kecil. Dia mulai memeriksa denyut nadi gadis itu.

"Bahkan di surga pun bisa diperiksa juga ya?" ucap Qiu Yan melihat tabib yang sedang fokus memeriksa keadaannya. Tabib tak menjawab ucapan Qiu Yan.

Tabib meletakkan kembali tangan Qiu Yan setelah selesai diperiksa. Laki-laki yang sudah tidak lagi muda itu kemudian bangkit dari posisi duduk, berjalan keluar dengan diikuti dua orang yang lebih muda. Pintu kamar tak lupa ditutup oleh gadis muda.

Qiu Yan bangkit dari posisi duduknya, dan berjalan mendekati pintu kamar. Dia menempelkan indra pendengarannya di pintu. Dia yakin orang yang memeriksanya tadi itu pasti bicara soal dirinya.

"Tabib, bagaimana keadaan Nona kami?" tanya sebuah suara mengawali. Dari suaranya pasti gadis yang pertama kali datang tadi.

"Untung saja kalian berdua cepat menyelamatkan Nona Shen sehingga dia masih bisa hidup saat ini."

"Denyut nadi dan detak jantungnya normal, keadaan Nona Shen baik-baik saja." Terdengar tabib menghela napas sebelum melanjutkan kalimatnya.

"Ada apa tabib?" tanya gadis muda bersamaan dengan laki-laki muda yang berada di sampingnya dengan nada khawatir.

"Hanya saja dari reaksi yang ditunjukkan, dia sepertinya melupakan ingatannya karena terbentur oleh benda keras," jelas tabib sambil menatap kedua anak muda secara bergantian.

"Maksud tabib, Nonaku melupakan semua ingatannya?" Kali ini yang bertanya laki-laki muda.

Tabib mengangguk sebagai jawaban. "Namun kalian jangan khawatir! Ingatan Nona Shen perlahan-lahan akan kembali. Aku akan membuat resep obat agar tubuh Nona Shen sehat."

Untuk beberapa saat tabib menulis sebuah racikan obat dan memberikan pada salah satu anak muda. "Ingat, obat ini harus diminum dua kali dalam sehari," pesannya.

Qiu Yan yang mencuri dengar percakapan antara tiga orang tersebut, ada terlintas sebuah pemikiran gila dan aneh. Dia berpikir akan suatu hal yang paling memungkinkan dan paling masuk akal yang sedang terjadi padanya saat ini. Dia bukan berada di surga dan dia masih hidup. Jika tak salah tebak jiwanya telah berpindah ke tubuh orang lain yang lebih sehat terbukti dari Qiu Yan yang tak merasakan sakit di bagian pinggang tepatnya di bagian ginjalnya. Jika benar itu terjadi, dia ingin tahu seperti apa fisik tubuh barunya ini? Qiu Yan segera melihat ke arah cermin yang ada di salah satu sudut kamar.

"Wajah ini sepertinya lebih muda dari umurku yang sebenarnya." Tangan Qiu Yan terangkat memegang pipinya yang tirus.

"Wajah ini tampak imut dan menggemaskan berbeda dengan wajahku yang dulu." Qiu Yan mengangkat tangannya membentuk angkat v di depan cermin sambil berpose tersenyum. Dia juga bisa merasakan jantungnya berdetak di rongga dadanya.

"Hanya saja wajah ini tampak kurang sehat, mungkin saja itu terjadi akibat tercebur di sungai seperti yang dikatakan oleh gadis yang tadi itu."

Qiu Yan sangat senang Sang Pencipta memberi kesempatan hidup yang kedua untuknya. Dia tentu saja merasa sangat bersyukur dan berterima kasih. Di kehidupan keduanya ini dia akan berusaha menikmati hidupnya dengan lebih baik. Qiu Yan tak bisa pungkiri bahwa dia juga menginginkan kehadiran ayah, ibu, dan kakak laki-lakinya di sini. Namun seperti ini saja sudah sangat bagus, dia tak boleh terlalu serakah dan meminta berlebihan pada Sang Pencipta.

Qiu Yan masih berada di depan cermin baru saja selesai menyisir rambut hitam panjangnya yang berantakan saat dua orang yang lainnya berjalan masuk. Rambutnya terasa lembut di tangan dan halus.

"Nona kenapa bangkit dari ranjang, seharusnya 'kan Nona banyak istirahat," ucap An Nuwa membantu Qiu Yan untuk kembali istirahat di ranjang.

"Aku mau duduk saja, tidur membuatku bertambah pusing," sahut Qiu Yan menolak. Dia sudah berhari-hari tiduran di ranjang rumah sakit sebelumnya. Dan tiduran itu membuat tubuhnya capek dan kaku.

***

My Beloved PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang