Kylie hanya bisa menahan emosi. Ingin sekali aku tonjok mulutnya yang sombong itu, ucap Kylie dalam hati. Ia hanya bisa memalingkan wajah, tubuhnya tak bias bergerak sedikit pun.
"Hei, tatap aku!" ucap pria itu.
"Enggak usah percaya diri ya, aku mau cium kamu. Aku hanya mau bilang, kalau kamu mau ganti rugi semuanya, nanti jam istirahat datang ke ruang bangsawan. Aku harap kamu tepat waktu. Kalau sampai terlambat, aku enggak akan segan-segan membalas perbuatanmu," ucap pria itu.
Dilepaskannya kedua tangan Kylie dari genggamannya. "Dasar lelaki berengsek!" ucap Kylie. Didorongnya badan pria itu hingga terjatuh.
"Kamu memang punya mobil dan orang kaya, tapi enggak usah seenaknya sendiri memperlakukan orang. Mobil aja masih minta, bukan kerja kerasmu sendiri," ucap Kylie sambil menunjuk wajah pria itu.
Dibalik perkataan dan tingkahnya, tatapan sinis ingin membunuh diarahkan kepadanya oleh para siswi.
"Hei, ini mobil sport terbaru! Kamu gadis miskin mana mungkin bisa beli mobil kayak gini?!" teriak pria itu.
"Dasar sombong," jawab Kylie. Ia langsung pergi tanpa mengucapkan sepatah kata.
"Itu gadis siapa sih? Berani-beraninya dia dekat dengan lelaki terpopuler di sekolahan?" ucap salah satu siswi.
"Hei, gadis sialan! Pergi saja kamu!" sahut siswi lainnya
"Iya pergi saja!," jawab semua siswi yang melihatku.
"Dasar gadis-gadis enggak berguna! Percuma kalian teriak-teriak, enggak ada gunanya. Aku tetap di sini, tetap sekolah di sini. Kalian enggak berhak mengusirku!" teriak Kylie.
Semua siswi hanya terdiam mendengar ucapan Kylie. Ia segera pergi menuju ke ruang kepala sekolah.
"Hei! Awas ya kalau kamu enggak datang! Aku enggak segan-segan membalas perbuatanmu ini!" teriak pria itu. Kylie terus berjalan tanpa mempedulikan pria itu.
Beberapa menit kemudian.
Terdengar suara gemuruh kelas yang sangat ramai tanpa guru yang mengajar mereka. Mereka bersorak ria hingga terdengar dari luar kelas.
Tok! Tok! Tok!
Diketuknya pintu kelas itu oleh guru matematika yang berdiri di sampingku. Semua anak terdiam dan kembali di tempat duduknya masing-masing. Ia dan guru matematika sekaligus wali kelasku yang baru melangkah masuk ke dalam kelas.
"Pagi anak-anak. Kali ini kita kedatangan murid baru dari Surabaya," ucap wali kelasku di depan kelas. Semua hanya diam memandang ke arahku dan sosok pria yang pernah aku temui pagi tadi, dia duduk tanpa melihat ke arahku sedikit pun.
"Kamu mulai perkenalkan namamu," ucap wali kelas padaku.
"Iya, Bu," jawabku. Aku segera memperkenalkan namaku dengan berdiri di depan kelas.
"Pagi teman-teman! Namaku Kylie, panggil saja aku Kay," ucapku dengan senyum manisku sapa mereka.
"Bukannya itu gadis yang tadi pagi di halaman sekolah?" ujar gadis meja depan.
"Silakan duduk di dekat ketua kelas. Gio, kamu pindah ke belakang!" ucap wali kelas itu.
"Apa? Dia duduk di samping ketua kelas yang cool itu?!" teriak salah satu siswi di kelasku.
"Tapi pendiam banget," sahut wanita yang lain. Tanpa mendengar ocehan mereka, Kylie segera duduk di samping ketua kelas itu.
"Hai, aku Gandhi. Kalau butuh bantuan apa-apa tanya ke aku ya," ucap lelaki di depan Kylie dengan senyuman lembutnya.
Kylie menatap lelaki yang duduk di sampingnya. Lelaki itu masih tak memandang Kylie sedikit pun. Ia memberanikan diri berkenalan dengannya. Diulurkannya tangan kanannya di depan wajahnya yang masih serius dengan bukunya.
"Hei, aku Kay! Kamu siapa?" ucap Kylie.
"Enggak usah banyak bicara, kalau mau tau namaku tanya anak depan bangkumu itu," jawab lelaki itu tanpa memandang ke arah Kylie.
"Kay, dia emang gitu sifatnya, jangan dimasukkan hati ya. Namanya Kaleo, panggil saja dia Leo," kata Gandhi.
"Iya, makasih," jawabku. Segera aku keluarkan buku di dalam tasku.
***
Beberapa jam berlalu bel istirahat pun berbunyi.
Kring! Kring!
Kylie tiba-tiba ingat dengan ucapan lelaki yang ia temui di dekat gerbang sekolah tadi.
Dia bilang aku harus ke ruang bangsawan, memang ada ya di sekolahan ini yang namanya ruang bangsawan? ucapku dalam hati. Segera Kylie masukan semua buku yang ada di mejanya. Ia mulai beranjak pergi tanpa ia tahu di mana ruang bagsawan itu. Ia terus berjalan.
Ia melihat salah satu ruangan yang menurut perasaannya adalah ruang bangsawan itu. Ia mengintip di balik pintu masuk ruangan itu. Aksinya itu pun ketahuan oleh lelaki yang ditemuinya tadi.
"Ngapain lo di situ? Masuk!" ucap lelaki itu.
Dengan menundukkan kepala ia berjalan masuk ke dalam ruangan itu. "Iya, ada apa?" ucapnya yang masih menundukkan kepala ke bawah.
"Angkat kepalamu, tatap aku!" ucap lelaki itu.
Dilemparnya secarik kertas di atas meja. "Kamu lihat itu? Cepat tanda tangan!" ucap lelaki itu yang masih duduk di depannya.
"Itu sebagai ganti rugi karena kamu sudah merusak mobilku dan menendang mobil kesayanganku. Kamu harus jadi pembantuku selama bersekolah di sini. Pasti uang jajanmu dalam seminggu tidak akan cukup untuk mengganti mobilku yang lecet," ucap lelaki itu.
"Aku tidak mau tanda tangan, kamu bilang jadi pembantumu? Aku tidak mau menjadi pembantumu. Beri waktu aku 1 bulan, aku akan ganti rugi," jawab Kylie.
"Aku tidak mau tahu! Atau, kamu memang ingin mendapat konsekuensi atas perbuatanmu itu? Kalau kamu setuju, mulai hari ini kamu tanda tangan kontrak dan mulai bekerja dengan membersihkan tempatku ini," ucap lelaki itu, yang mulai beranjak berdiri dari tempat duduknya. Ia berjalan mendekat ke arah Kylie. Ia duduk di atas meja dengan memandang ke arah Kylie.
Hah, sial banget sih hari pertamaku sekolah. Papa kenapa harus hukum aku, sih? Jadi enggak bisa kan aku menampar mulut lelaki itu dengan uang, ucapnya dalam hati.
Dengan terpaksa Kylie menerima tawarannya. Tanpa pikir panjang lagi ia menandatangani surat perjanjian itu.
"Baik, aku akan tanda tangan," ucap Kylie yang mulai menandatanganinya.
"Hey Bisma ayo kita ke kantin," ucap temannya yang mulai berjalan masuk ke ruangan itu.
"Wah, siapa gadis ini? Pembantu baru kamu ya?" ucap Kairos salah satu temannya.
"Iya, kalau kalian mau beli sesuatu di kantin, suruh saja dia," ucap Bisma yang masih duduk di atas meja dengan menggenggam surat perjanjian itu.
"Hei, Cantik, belikan aku mie ayam ya di kantin?" Valent.
"Kalau aku belikan kopi," sahut Kairos.
Kylie segera berjalan pergi keluar dari ruang itu menuju kantin.
"Hei, lo mau ke mana? Kenapa kamu enggak tanya aku sekalian mau beli apa?" ucap Bisma.
"Dasar lelaki gila." Kylie berbicara dengan nada pelan.
"Apa katamu?" ucap Bisma.
"Kamu kalau dilihat tampan juga," ucap Kylie dengan terpaksa.
Dalam hati Kylie berkata, 'Ih, ogah banget gue bilang dia tampan!'
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's My Love?
RomanceKylie seorang gadis remaja yang ingin mencari cinta, namun entah kenapa terhalang masa lalu. Hingga akhirnya ia menemukan cintanya yang nun jauh di negeri orang. Siapakah cintanya itu? Dan apakah itu benar-benar cintanya atau cinta yang bertepuk seb...