"Belikan aku cappuccino, cepetan! 10 menit harus sudah di sini." Bisma memerintah.
Ia segera berlari keluar ruangan tak sengaja ia menabrak seseorang di depannya.
Bruk!
"Maaf. Maaf ya, aku enggak sengaja," ucap Kylie dengan menundukkan kepalanya. Pria itu hanya terdiam, ia segera mengangkat kepalanya melihat siapa yang ia tabrak.
"Ketua kelas?! Maaf, tadi aku benar-benar enggak sengaja," ucap Kylie dengan nada memohon.
"Terserah kamu." Leo langsung pergi meninggalkan Kylie.
Kylie yang merasa belum mendapat maaf darinya berlari mengikuti setiap langkahnya.
"Hei, tadi maaf, aku benar-benar enggak sengaja nabrak kamu. Apa kamu benar-benar marah?" ucap Kylie dengan berjalan sangat cepat mengikuti langkah Leo.
Dia tetap terus berjalan sambil menggunakan earphone dan berlalu, tak menghiraukan keberadaan Kylie yang terus mengikutinya dari belakang. .
"Hei! Hei!" Kylie mencoba melambaikan tangan ke wajah Leo.
Di tariknya tangan kanan Kylie, disudutkannya gadis di tembok dengan wajah tepat di depan Kylie.
Apa dia mau menciumku ya? Hah? Apa sih pikiran ini? Aduh! Pikiran mesum, pergi jauh-jauh sana! Tapi kenapa jantung ini tak beraturan, sih? Dia seperti seseorang yang aku kenal, ucap Kylie dalam hati. Tanpa sadar ia menutup matanya.
"Kenapa kamu tutup mata? Aku cuma bilang jangan bicara kalau enggak terlalu penting," ucap Leo yang mulai melepaskan tangannya.
"Wah, aku lupa," ucap Kylie. Ia segera berlari menuju kantin dengan napas tak beraturan, ia memesan mie.
"Maaf mie ayamnya masih ada enggak?" tanya Kylie.
"Tinggal satu, Non." Pegawai kantin itu menjawab.
"Iya sudah, buatkan satu, sekalian cappuccino-nya 2," ucap Kylie.
5 menit kemudian. "Ini, Non, sudah," ucap penjual itu.
"Iya, berapa semuanya?" tanya Kylie.
"50 ribu, Non," ucap penjual itu.
"Apa? Iya, sudah ini," ucap Kylie dengan menyodorkan selembar uang pada penjual itu.
"Sialan itu lelaki, uang jajan kuhabis. Harus bilang apa ke papa sama mama besok kalau minta lagi," ucap Kylie. Ia segera kembali ke ruang bangsawan. Sesampainya di ruang itu mereka masih duduk menunggu pesanannya. Tanpa banyak bicara Kylie menyodorkan pesanan itu ke meja di depan mereka.
"Ini pesananmu, aku sudah belikan semua," ucap Kylie.
Brak! Dipukulnya meja itu hingga ia terkejut.
"Kamu telat 10 menit," ucap Bisma.
"Maaf, tadi aku enggak tau arah ke kantin," jawab Kylie.
"Sudahlah, biarkan saja, yang penting makananku sudah sampai," ucap teman Bisma.
"Otak lo itu makan terus," ucap Bisma.
"Ya sudah, lo pergi sana sebelum aku berubah pikiran!" ucap Bisma pada Kylie yang masih berdiri di depannya.
Tanpa menjawab Kylie segera berlari kembali ke kelasnya.
"Hah, akhirnya bebas dari lelaki sialan itu," gumam Kylie.
"Oh ya, tadi ketua kelas kalau diperhatikan ganteng juga, tapi dia nyebelin banget, buat greget aja. Sifat cueknya bikin tambah penasaran juga, sih," gumam Kylie dengan terus berjalan menuju ke kelas.
Ia segera masuk ke dalam kelas, tak terlihat ketua kelas itu di tempat duduknya.
***
Beberapa jam kemudian bel pulang pun berbunyi.
Kylie mengeluarkan handphone di dalam tasnya, terlihat ada panggilan telepon dari Stella sahabatnya dulu dari kota asalnya.
"Hallo Stella, ada apa?" ucap Kylie.
"Kay, aku kangen kamu, kenapa pindah sekolah sih? Gimana kalau aku ikut kamu pindah ke sana? Nanti aku bilang ke orang tuaku," jelas Stella.
"Wah! Aku jadi punya teman di sini. Kamu tau enggak, di sini itu anak-anaknya pada rese," ucap Kylie.
"Tenang, tunggu aku. Aku akan segera pindah ke sana," jawab Stella.
"Baiklah, aku tunggu," jawab Kylie. Gadis itu langsung mematikan teleponnya. Ia segera beranjak dari tempat duduknya dan keluar dari ruang kelas. Ia mencoba berkeliling di sekitar sekolah, melihat satu demi satu setiap sudut ruangan di sekolahan. Langkah kakinya terhenti di lapangan basket, terlihat Leo si ketua kelas sedang bermain basket di depannya.
"Bukannya itu ketua kelas? Ternyata dia jago main basket juga," ucap Kylie memandang ke arah Leo.
Ia segera pergi dari tempatnya berdiri. Setengah jam ia melewati pepohonan dan kota untuk pulang ke rumah.
"Bi, aku pulang," ucap Kylie sambil meletakkan tas yang dibawanya di atas sofa.
"Eh, Non, tumben jam segini sudah pulang?" ucap pelayannya.
"Bi, gimana enggak pulang kalau uang sudah habis, mobil disita, mau ke mana lagi coba?" ucap Kylie. Sambil duduk melepas septunya.
"Sabar, Non," ucap pelayan Kylie.
"Ya sudah, Bi. Aku pergi mandi dulu, istirahat, aku capek," ucap Kylie. Ia segera berdiri dengan membawa tas dan sepatunya ia berjalan menuju kamarnya.
"Iya, Non. Apa Non mau makan? Biar bibi siapkan sekalian!" teriak pelayan itu.
"Sudah, enggak usah, Bi!" teriak Kylie yang terus berjalan naik tangga menuju kamarnya.
Dibuka pintu kamarnya pelan. Ia segera masuk dan melemparkan tasnya ke atas ranjang. Dengan wajah lesu dan capek, Kylie berbaring di atas ranjangnya.
Terlintas di bayangan Kylie wajah ketua kelas yang ia tatap tadi.
"Hah, hapus-hapus! Aku lagi mikirin apa, sih?"
"Enggak boleh mikirin sesuatu tentang dia!" ucapnya sambil mengacak-acak rambut panjangnya.
Ia berbaring hingga tertidur lelap, dengan baju sekolah yang masih menempel di badannya.
***
"Bi, aku berangkat dulu! Oh ya, apa papa mama sudah pulang?" tanya Kylie ia mengambil roti panggang di piring.
"Belum, Non. Orang tua Non masih di Belanda. waktu kemarin nyonya telepon, bibi mau membangunkan Non, tapi enggak berani soalnya Non sudah tidur pulas," ucap pelayan di rumahnya.
"Ya sudah, Bi, enggak apa-apa. Lain kali kalau ada hal penting bangunkan saja aku, enggak apa-apa, Bi. Enggak usah takut." Kylie beranjak pergi, dia sangat terburu-buru.
"Iya, Non," jawab pelayannya.
***
Hari ini waktunya pergi sekolah, lagi. Ya, seperti biasa aku harus jalan kaki menuju ke sekolah, benar-benar melelahkan, namun apa boleh buat sih. Demi masa hukuman cepat berakhir, aku harus menuruti papa aku deh. Pagi ini sangat cerah, desiran angin pagi hari yang bikin udara semakin sejuk. Aku harus berjalan menelusuri pepohonan ini lagi setiap hari.
"Bukannya itu ketua kelas jutek? Ngapain dia di situ?"
"Aku datangi enggak, ya?" ucap Kylie menghentikan langkah kakinya dan berjalan mundur, untuk melihat dengan jelas apa benar dia ketua kelas jutek itu.
"Hm, sebaiknya enggak usah deh, daripada nanti dia marah. Percuma, dia juga mana mungkin mau mengajakku ngobrol," ucap Kylie beranjak pergi melangkahkan kakinya lagi.
Aku pun terus melanjutkan perjalanan, tanpa menghiraukan ketua kelas yang duduk sendiri di bawah pohon itu.
Setengah jam kemudian, akhirnya aku sampai juga di gerbang sekolah.
Hwus! Tiit!
Pyur!
Terdengar suara air yang menyiprat ke bajunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Where's My Love?
RomanceKylie seorang gadis remaja yang ingin mencari cinta, namun entah kenapa terhalang masa lalu. Hingga akhirnya ia menemukan cintanya yang nun jauh di negeri orang. Siapakah cintanya itu? Dan apakah itu benar-benar cintanya atau cinta yang bertepuk seb...