"Baik, Sunghoon. Kau bersedia untuk membantu kami?" Tanya Sang Raja yang duduk di kursi tahta Raja.
Tadi sang Ratu mengantarkan Sunghoon di hadapan Sang Raja. Kini mereka berada di dalam Istana Kerajaan tersebut.
"Bersedia, Yang Mulia."
"Mohon lakukan yang terbaik."
Kemudian dua prajurit memberikan sebuah pedang dan tameng cermin kepada Sunghoon. Sunghoon mengernyit bingung. Tameng cermin? Namun ia hanya terdiam dan berpikir ia akan mengerti sendiri nanti. Kemudian Sunghoon dan keluarga Jang berjalan hingga kini berada di depan pintu portal dengan warna merah muda.
Putri Wonyoung terbang ke arah Sunghoon dan mendarat ke bahu lelaki tersebut. Sang Raja membuka pintu portal tersebut. Nampaklah sebuah tempat yang dikelilingi oleh banyak bunga.
Sang Raja berkata, "Hati-hati. Jaga diri kalian baik-baik."
"Iya, Ayah. Ngak."
"Baik, Yang Mulia. Hamba akan berusaha melakukan yang terbaik."
"Jika nanti kau ingin bertanya, kau bisa bertanya kepada Putri Wonyoung. Aku yakin kau tidak akan mengecewakan kami. Semoga berhasil." Kata Sang Ratu.
Sunghoon tersenyum. Ia telah dipercaya oleh keluarga Jang untuk melakukan tugas yang menurutnya tugas tersebut amat berat. "Baik, Yang Mulia."
Sunghoon melangkahkan kakinya masuk ke tempat penyihir tersebut.
🌸
Sunghoon melangkahkan kakinya cukup lama. Ia melihat-lihat sekitar. Ada banyak macam bunga disana dan banyak rumah yang berbentuk unik. Bunga yang ada disini jauh berbeda dengan yang ia ketahui. Entah apa nama bunga-bunga tersebut. Sunghoon terpukau melihatnya.
"Tuan Putri, bunga yang ada disini sangat indah. Apa kau tahu nama semua bunga ini?"
"Di saat seperti ini kau masih memikirkan bunga??? Ngak."
Sunghoon menutup satu telinganya. "Argh. Tak perlu berbicara dengan keras, Tuan Putri. Telingaku masih berfungsi dengan baik."
"Ngak. Aish, tak bisakah kau membicarakan hal yang penting saja? Ngak ngak."
"Ah, baiklah. Kau tahu dimana Hueningkai berada?"
"Kau jalan saja terlebih dahulu. Nanti jika ada persimpangan, belok kanan."
Sunghoon menganggukkan kepalanya. Tiba-tiba ada banyak penyihir yang menghalangi mereka. Sunghoon sudah mempersiapkan pedang dan tamengnya jika para penyihir tersebut menyerang mereka. Para penyihir yang curiga pun menyerang Sunghoon dengan sihir mereka. Sunghoon melindungi diri dengan menghadapkan tameng kaca tersebut ke depan. Sihir-sihir tersebut yang mengenai tameng tersebut seketika memantul ke arah para penyihir. Para penyihir tersebut tersungkur ke tanah.
"Siapa kau?" Tanya salah satu penyihir.
"Aku hanya rakyat yang diutus oleh Raja Jang untuk menemui Hueningkai."
Para penyihir membiarkan Sunghoon untuk menemui Hueningkai. Para penyihir tersebut hanya mengetahui keakraban antara Hueningkai dengan keluarga Jang.
Sunghoon terus berjalan hingga ada persimpangan jalan, ia belok kanan. Tak ada satupun rumah yang nampak. Tak lama kemudian mereka menemukan sebuah rumah yang jauh lebih besar dan megah dari rumah penyihir yang lain.
"Ini rumahnya?"
Putri Wonyoung hanya mengangguk.
Pagar rumah tersebut tidak dikunci. Sunghoon membuka pagar tersebut dan memasuki rumah Hueningkai. Seketika alarm berbunyi dan banyak kekuatan sihir dari berbagai arah menyerang Sunghoon. Karena tidak siap, Sunghoon maupun Putri Wonyoung yang terkena serangan sihir tersebut pun tersungkur ke tanah.
"Putri Wonyoung..."
"Aku tidak apa-apa. Ngak."
"Ternyata Putri Wonyoung datang kemari membawa teman baru. Siapa kau?" Sang pemilik rumah keluar dan menatap tajam ke arah Sunghoon.
Sunghoon berdiri melindungi Putri Wonyoung ketakutan. Bukannya menjawab, Sunghoon justru berkata, "Hilangkan kutukan terhadap Putri Wonyoung!"
Hueningkai semakin tidak suka dengan Sunghoon, "Siapa kau berani-beraninya menyuruhku seperti itu?" Hueningkai menyerang Sunghoon dengan sihirnya.
Sunghoon menghadapkan tamengnya ke depan dan sihir tersebut mengenai Hueningkai.
"Argh... Kalau begitu, singkirkan tameng itu! Mari kita bertarung dengan pedang." Hueningkai menciptakan pedang dengan sihir yang berasal dari telapak tangannya.
Sunghoon melempar tameng tersebut ke sembarang arah. Mereka berdua bertarung. Beberapa menit kemudian Sunghoon tersungkur. Ketika Hueningkai ingin menusuk pedang tersebut ke perut Sunghoon, Putri Wonyoung segera menyerang Hueningkai dengan mematuk ke arah yang ia jangkau.
Melihat hal tersebut, Sunghoon segera bangun. Hueningkai menyerang Putri Wonyoung dengan sihirnya. Hal itu membuat Sunghoon naik pitam dan menyerang Hueningkai tanpa ampun.
Hingga Hueningkai tersungkur. Sunghoon menginjak dada Hueningkai dan menodong Hueningkai dengan pedangnya. "Aku hanya rakyat yang diutus oleh Sang Raja untuk menemuimu. Aku mohon kepadamu untuk menghilangkan kutukan terhadap Putri Wonyoung."
"Tidak akan! Mereka dengan mudahnya menyebarkan kisah menyedihkanku. Maka aku tak akan dengan mudahnya menurutimu!" Hueningkai berniat menyerang Sunghoon dengan pedangnya. Namun Sunghoon dengan cepat menyingkirkan pedang dari tangan Hueningkai dengan pedangnya.
"Dengarkan aku. Raja dan Ratu Jang kini sudah menyesali perbuatannya. Lagipula, yang terkena kutukan justru Putrinya yang tak tahu apa-apa. Selama ini Putri Wonyoung bersabar atas perbuatanmu. Apa yang kau rasakan jika kau berada di posisi Putri Wonyoung? Apa kau bisa sesabar Tuan Putri?"
Sepertinya, perkataan Sunghoon membuat Hueningkai menyadari perbuatannya di masa lalu. Sunghoon membantu Hueningkai bangun dan berkata, "Kumohon maafkan mereka dan hilangkan kutukan terhadap Putri Wonyoung."
🌸
To Be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
About Princess Wonyoung ✔
Fanfiction[Jangkku] Pada sebuah pesta musim semi di Istana Kerajaan Jang, terdapat seorang rakyat biasa yang penasaran dan berusaha mencari tahu tentang keberadaan Putri Wonyoung karena baru menyadari pertanyaan dari kakaknya. ❝Apa kau tidak sadar dengan keti...