Beberapa bulan kemudian...
"Setiap tahun ke lumah kakek sama nenek... pulangnya main di lagunan..." Renjun berbicara pada Papa nya yang sedang menyetir di jalanan yang cukup padat siang itu.
Chanyeol hanya bisa mengucek puncak kepala anak semata wayangnya itu dengan gemas.
"kenapa? Renjun gak mau ke rumah kakek sama nenek ya?"
Renjun menghela napasnya, "njun malu... tiap kesana.... kakek sama nenek ga sayang sama aku"
Sepasang mata Renjun menyiratkan kesedihan sekaligus trauma, Chanyeol bisa rasakan itu sejak pertama kali mereka berkunjung. Ketika Renjun baru saja berusia 1 tahun dan masih belum bisa berjalan, kakek dan neneknya sama sekali tidak pernah menyapa atau bertanya mengenai kabar Renjun. Chanyeol tersenyum pahit, walau bagaimanapun sebagai seorang Ayah ia berkewajiban untuk memperkenalkan anaknya pada kedua orangtuanya untuk menjaga silaturahmi. Dan, bagaimana jika suatu hari nanti Chanyeol meninggal, Renjun harus punya sosok orangtua pengganti yang tidak lain adalah Kakek dan Nenek atau bahkan saudaranya.
Tetapi, Renjun memang bukanlah anak yang diinginkan. Dia anak yang lahir dari hubungan diluar pernikahan. Sampai orangtua Chanyeol sangat murka sekali ketika mengetahui anak kebanggaannya justru menghamili seorang perempuan saat masih duduk dibangku sekolah.
"Pah... jangan ke lumah kakek sama nenek ya. Langsung ke lagunan aja" mohon Renjun dengan lembut, Chanyeol tak membalas permohonan putranya dan lebih memilih untuk sibuk bersama nostalgia kesedihan.
.
.
.
Keadaan Jennie sudah jauh membaik, ia mendapatkan lagi sebuah pekerjaan sebagai freelancer dari situs freelance indonesia. Jennie menjadi penerjemah bahasa asing yang job nya tidak terlalu padat karena ia masih tergolong baru. Jennie juga belum berani keluar rumah setelah berbulan-bulan berlalu dari kasus pelecehan seksual yang ia alami.
Papa dan Mama sedang bekerja, Kak Irene juga mengantar Alya sekolah. Hanya Jennie yang selalu berada di rumah dan bertugas sebagai tukang nyapu, ngepel, masak, sampai mencuci pakaian. Karena, Mama sangat mengandalkan Jennie untuk pekerjaan rumah sebab hanya Jennie yang Mama pikir tidak punya pekerjaan alias pengangguran.
Jennie harus terima semua perilaku buruk itu, tidak bisa membantahnya sebab semua ini berawal dari keputusan gegabah Jennie yang pernah meninggalkan rumah karena amarah dalam dirinya.
Jennie menyesali perbuatannya, sejak kecil ia memang sudah dibentuk untuk selalu menyalahkan dirinya sendiri. Iya, ini semua salah. Tapi Jennie tak punya pilihan lain selain menerimanya dan berusaha untuk bersabar setiap saat.
Ting nong!
Baru saja santai di sofa, Jennie mendengar bel rumahnya berbunyi. Gadis itu bangkit dari sofa dan keluar untuk membuka pintu.
"pasti tukang paket nih..." bisik Jennie agak jengkel.
Klik...
Jennie diam mematung ketika orang dihadapannya tampak menatap penuh rindu kearahnya. Penampilannya luar biasa rapi dan wajahnya tentu saja masih ganteng seperti dulu.
"Jen, kita harus ngomong sekali lagi"
Jeffrey menarik lengan Jennie agar gadis itu ikut dengannya, tenaga Jeffrey yang kuat tentu saja tidak bisa Jennie tolak begitu saja. Lagipula, memang benar apa kata Jeffrey bahwa urusan mereka belum selesai dan harus bicara sekali lagi untuk benar-benar menyelesaikan hubungannya.
Jennie duduk disamping Jeffrey yang mengemudi, entah kemana lelaki itu akan membawa Jennie sekarang. Dalam perjalanan, Jeffrey tidak mengeluarkan sepatah katapun dan berhasil membuat Jennie juga terdiam tanpa banyak membantah.
KAMU SEDANG MEMBACA
McD= Mengejar Cinta Duda!
Romancependapatmu aja lah, soal duda anak satu gimana?