-Usia dua puluhan akan terekam sebagai jejak petualangan seorang manusia di muka bumi ini-
Kondisi rumah sakit yang terletak di kota Bandung itu terhitung ramai, terutama di bagian Instalasi Gawat Darurat yang hampir kewalahan menangani pasien. Dokter, perawat sampai beberapa orang yang turut mengantar pasien gawat pun berbaur disana.
Ada sesosok gadis jelita, berperawakan tak begitu tinggi namun juga tak bisa dibilang pendek. Usianya sekitar 20tahunan awal, berkulit kuning langsat, rambutnya panjang tergerai sampai punggung. Ia duduk cemas dengan keadaannya yang tak juga baik, kaki kirinya di gips karena tulang betisnya terbentur berkat kecelakaan lalu lintas yang dialaminya, lengan kanan atasnya juga tergores dan sudah dibalut cairan luka. Kepala nya di perban lantaran sama nasibnya.
Wajahnya berantakan, tangis diwajah tak dapat dihentikan.
"DOKTER... GIMANA KEADAAN KAKAK SAYA?!" gadis itu berhambur dengan jalan terseret-seret kearah pintu IGD saat dokter yang menangani kakaknya telah usai memeriksa.
Dokter tersenyum miris melihat keadaan gadis pincang yang kini berada dihadapannya.
"pasien yang didalam itu kakaknya?" tanya dokter dengan lembut.
Gadis itu mengangguk sembari mengusap wajahnya dengan kasar, "hu-um!"
"hm, keadaannya sudah stabil. Tadi hanya syok ringan sehingga tidak sadarkan diri. Sejauh ini luka di tubuhnya juga tidak begitu parah. Tinggal menunggu hasil rontgen keluar, nanti saya akan berikan diagnosa lebih lanjut."
"makasih dokter!" tangisan gadis itu berhenti, kelegaan membuatnya tanpa sadar tersenyum pada si dokter.
"ya, tenang saja ya... silakan, duduk"
Dokter itu pun pergi begitu saja meninggalkan gadis yang kini memasuki ruangan IGD untuk memindahkan kakaknya ke ruangan intensif.
"mbak!!!"
"kenapa?"
Seorang lelaki menghampiri gadis yang berjalan terseok-seok itu sembari mendorong sebuah kursi roda.
"ini..."
Gadis itu mendongak kecil, "makasih..."
"mau saya bantu?"
Si gadis menggeleng pelan, "ga usah... saya masih bisa jalan kok" gadis itu pamit begitu saja pada lelaki yang sangat bersimpati padanya. Apa boleh buat, bagi si gadis mendapatkan kebaikan dari seseorang sungguh sangat menyakitkan pada situasinya sekarang ini.
.
.
.
Irene sudah sangat membaik, dia adalah anak sulung dari dua bersaudara. Irene dan adiknya Jennie mengalami kecelakaan lalu lintas kemarin malam di jalan raya. Beruntung motor yang dikendarai Jennie tidak sampai terlindas truk muatan besar, namun akibatnya dua gadis cantik itu harus mengalami kecelakaan lantaran menabrak tugu pembatas jalan karena ketidakseimbangan Jennie saat berkendara.
"AAA...." Irene yang cantik, perhatian dan lemah lembut menyuapkan jeruk pada adiknya Jennie yang diterima gadis yang lebih mudah lima tahun dari nya itu senang bukan main.
"Kak, maaf yaa... gara-gara aku, kakak jadi masuk rumah sakit."
"engga apa kok. Lagian, luka kakak tuh ga seberapa dibandingkan kamu."
Jennie terkekeh pelan, kebaikan Irene kadang membuat Jennie sebagai adiknya selalu mempertanyakan asal-usul mereka. Apakah benar mereka kakak-beradik kandung? Sebab, Irene baik sekali, penurut, ramah, bertanggungjawab, bahkan idaman di kampus. Berbeda sekali dengan Jennie yang cenderung judes, galak, malas, moody-an, manja, suka merengek dan yang pasti... Jennie itu tidak pernah pacaran seumur hidupnya karena sikapnya yang sangat sangat intoleran terhadap lawan jenis.
KAMU SEDANG MEMBACA
McD= Mengejar Cinta Duda!
Dragostependapatmu aja lah, soal duda anak satu gimana?