4

16 3 0
                                    

"ini rumah mu" tanya chan menunjuk rumah sederhana dengan bunga-bunga cantik yang menghiasi bagian depannya

minho turun dari motor chan dan mengangguki pertanyaan chan

"iya yang ini, ayo masuk dulu akan ku buatkan teh hangat untuk mu, udara sangat dingin di luar" tawar minho

"tak apa, aku akan pulang lain kali aku janji akan mampir" tolak chan halus

bukan tak mau, tapi ada pekerjaaan yang harus ia selesaikan hari ini jadi mau tak mau ia harus menolak tawaran minho

"oh baiklah, tepati janji mu itu dan hati-hati di jalan" minho tau chan pasti punya urusan yang harus di lakukan

"siap komandan" chan hormat layaknya prajurit

minho tertawa melihat tingkah aneh chan

begitu melihat minho tertawa chan langsung tersenyum, mengapa minho sangat manis saat tertawa lepas seperti ini

tanpa sadar tangan chan bergerak mengelus puncak kepala minho, sedikit mengacak-acak rambutnya

minho yang tertawa pun langsung terdiam saat mendapat perlakuan itu, ia terkejut mengapa chan tiba-tiba mengelus rambutnya

chan sadar saat melihat raut wajah minho yang bingung, chan langsung menurunkan tangannya yang lancang

"m..maaf, kau terlihat sangat lucu saat seperti itu aku benar-benar minta maaf sudah lancang"

chan mencoba menjelaskan dan meminta maaf entah apa yang ia fikirkan hingga ia melakukannya

"ah...tak apa itu bukan masalah besar, tak perlu minta maaf seperti itu" minho mencoba neyakinkan chan kalau itu bukanlah masalah besar baginya, ia hanya terkejut dengan perlakuan yang ia dapatkan saja

chan pergi melaju dengan motornya

minho masuk ke dalam rumahnya terlihat wanita paruh baya yang terlihat sangat letih sedang tertidur di meja jahitnya, lee jung-nan ibu minho.

inilah alasan minho mencari pekerjaan, ia sangat kasihan pada ibunya selama 19 tahun ia berusaha keras bekerja untuk menghidupi diri dan anaknya tanpa di dampingi suami maupun keluarga

dimana keluarga ibu minho?

dulu ibu dan ayah minho adalah sepasang kekasih yang tak di restui, karna tidak dapat restu dari orang tuanya, ayah minho mengajak ibunya untuk melarikan diri dan membangun rumah tangganya sendiri

kehidupan mereka berjalan baik, dengan rumah sederhana dan pekerjaan yang pasti, hingga di mana munculah wanita itu di dalam hidup keluarga kecil minho, merampas kebahagiaannya, dan sekarang tinggalah ia dengan ibunya

minho tak bisa membayangkan jika ia berada di posisi ibunya, di jauhi keluarga untuk membangun cinta, tetapi..

"mm.. sayang? udah pulang?" ibu terbangun saat minho merenung, ternyata dia sudah menangis deras, dengan cepat ia hapus air matanya agar sang ibu tidak khawatir

"ah iya aku baru pulang, hujan sangat deras tadi jadi mau tak mau harus menunggu hingga hujan mulai reda" jelas minho

"benar, mau makan? bunda akan siapkan makanan ya?" ia bangun dari duduknya, belum sempat berdiri minho memeluknya erat

"tak apa aku bisa menyiapkan nya sendiri, bunda istirahat saja ya, bunda pasti capek aku bisa sendiri kok" minho tak ingin ibunya tambah capek karenanya

"bunda bisa, bunda kan kuat siapin makanan doang ga bakal cape kok" bundanya sangat keras kepala membuka pelukan anak tunggal nya dan berjalan menyiapkan makanan

minho berdiam memperhatikan ibunya yang menyiapkan makanan, sangat beruntung mempunyai seorang ibu yang sangat sayang padanya, minho tidak perlu kekayaan tahta atau apapun itu, dengan selalu bersama ibunya saja sudah lebih dari cukup baginya.

19 juni 2022

1987 [banginho]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang