Kelopak mata bergerak-gerak pelan. Sasuke membuka sedikit kelopak mata yang menyembunyikan manik kelamnya.
Hal pertama yang hadir di lensa matanya adalah kedua pasang mata berwarna biru cerah, yang sangat indah seperti langit, melebar menatapnya.
Setitik warna biru yang kabur adalah yang pertama kali memasuki pikirannya.
Ia perlahan melirik surai pirang yang menyita perhatiannya juga.
Pirang...
Setitik warna biru yang kabur, tergantikan warna pirang yang tidak jelas menyapa memorinya kali ini.
Sasuke mengerjap lagi, dan ia melihat tiga garis di kedua pipi wajah di depannya. Tanda lahir...?
Sasuke masih dalam kebingungan mendapati bayangan-bayangan aneh yang terputar secara kabur di kepalanya.
“Kau sudah bangun!”
Kedua alis Sasuke mengerut mendengar suara asing bernada tinggi itu dari pria di depannya.
Dan ada suara kecil yang familier berdengung di telinganya, tetapi Sasuke tidak tahu suara milik siapa itu.
Sedikit demi sedikit kedua matanya terbuka normal setelah menyesuaikan intensitas cahaya dan sepenuhnya sadar.
Sasuke bangun, menduduki dirinya. Refleks memegangi keningnya saat merasakan sakit.
“Kau tidak apa-apa?”
Sasuke menggelengkan kepalanya untuk menghalau rasa sakit itu dari kepalanya dan saat itu juga Sasuke merasakan dadanya sedikit sesak, seperti sesuatu yang berat menekan dadanya.
Pandangan Sasuke turun ke bawah, ke dadanya, yang terbalut kemeja putih polos dan jas hitam sebagai luarannya, yang tidak dalam keadaan tertekan apa pun.
Sasuke memilih untuk mengabaikannya, dan mengabaikan ingatan aneh beberapa saat lalu, yang utama adalah mengetahui di mana ia berada. Seutuhnya memusatkan perhatiannya pada pria pirang yang berpenampilan nyentrik di depannya, yang berjongkok memerhatikannya dengan kedua mata yang masih melebar mencari tahu tentang keadaannya.
Pria pirang itu memakai sweater oversize berwarna oranye, celana denim biru dongker dan sepatu oranye dengan garis hitam.
“Hn.” Sasuke bergumam.
“Eh? Itu artinya iya atau tidak?” Tanya si Pirang, memiringkan sedikit kepalanya ke samping, menatap lebar penuh kebingungan pada Sasuke.
Sasuke tidak memedulikan kebingungan pria di depannya, ia langsung mengalihkan perhatiannya ke sekelilingnya.
Terakhir yang ia ingat—
“Hai! Aku sedang bicara padamu!”
...apa yang terakhir yang ia ingat?
“Jangan abaikan orang yang sedang bicara!”
Apa yang terjadi—
“Kenapa kau tidak sopan sekali!?” Kegiatan mengingat-ingatnya terinterupsi suara cempreng di dekatnya, Sasuke hampir menutupi kedua telinganya.
“Kau bisa diam?”
“YAK!”
Pria pirang yang berjongkok itu berdiri. Berkacak pinggang dan berteriak padanya. Sasuke menaikkan satu alisnya, bingung dengan si Pirang.
“Aku mengerti kata-kata itu!” Pria pirang itu berseru kencang. “Itu adalah bahasa lain yang mengartikan aku ini berisik, bukan, yang kau maksud!?” Jari telunjuk dari tangan kanan pria pirang menunjuk wajahnya yang hampir menyentuh hidungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
20 YEARS AND MORE [ SasuNaru ] ✓
Fanfiction[ Six Universes ] Sasuke memasuki mobilnya, mengabaikan panggilan ayahnya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menjauh dari masalah yang tidak pernah berhenti mengejar. Kejadian begitu cepat terjadi. Fokusnya terpecah, membanting setir...