Dahi Naruto mengerut bingung mendengar pria yang mengenalkan namanya sebagai Uchiha Sasuke. Nama itu terdengar familier di telinga Naruto namun tidak memunculkan bayangan apa pun di kepalanya.
Naruto melihat pria yang dipanggil Sasuke itu meringis, memegangi kepalanya. Refleks, ia maju ke depan ke tempat Sasuke terduduk di tanah yang kesakitan pada kepalanya, memegang bahu kanan Sasuke, hendak mengatakan apakah ada yang bisa ia bantu ketika sesuatu yang cepat menyeruak ke dalam pikirannya saat tangannya menyentuh bahu Sasuke, menghentikan kata-katanya di ujung lidah.
Satu per satu kejadian memasuki kepalanya, berurutan secara beruntun menggeledah memorinya.
Semua hal yang terjadi dari pandangan Sasuke bisa Naruto lihat di dalam kepalanya yang berputar cepat.
Naruto tidak tahu apa yang terjadi, ia tertarik ke sebuah ruang kamar. Melihat anak kecil, Sasuke kecil, yang bersedih karena tidak bisa bermain dengan kakaknya. Sasuke kecil berlari tidak memerhatikan sekitarnya hingga langkah kecilnya membawanya ke taman.
Naruto mendengar suara tawanya sendiri, ia melihat ke depan, di sana dirinya versi kecil dengan kedua orang tuanya yang sedang bermain ayunan dengannya, Naruto menundukkan pandangannya ke bawah setelah mendengar suara isak tangis kecil, dan menemukan Sasuke kecil yang menangis menatap kesenangan masa kecil dirinya dengan orang tuanya.
Naruto tidak mengerti dengan apa yang sedang ia alami tetapi ia menyentak kepalanya saat mendengar suara lembut ibunya yang berjongkok di depan Sasuke kecil, menawari bermain bersama dan ia melihat ibunya mengusap air mata Sasuke kecil yang tidak sadar telah menangis.
Naruto memperhatikan pertemuan pertamanya dengan Sasuke. Berkenalan. Pertengkaran pertama mereka karena ramen juga tawa pertama mereka saat itu.
Naruto mengalihkan tatapannya ke samping mendengar suara tersengal-sengal dari kehadiran seseorang, Sasuke kecil. Naruto mengerutkan keningnya, menoleh ke depan untuk melihat dirinya dan Sasuke kecil bermain ayunan kini telah tiada, digantikan dengan dirinya yang duduk sendirian di ayunan dengan jari telunjuk yang mengarah ke ayunan di sampingnya. “Sasuke! Sini, sini, sini!”
Naruto melihat pertengkaran main-main dirinya dan seorang anak lain bersurai coklat memperebutkan ayunan yang akan ditempati Sasuke. Ia menoleh lagi pada kehadiran kecil di sampingnya, melihat Sasuke yang tersenyum dan berlari ke arahnya dan anak laki-laki itu dengan senyum kekanak-kanakannya.
Naruto melihat antusias yang besar di mata kelam Sasuke yang tahu bahwa dia satu kelas dengannya dan buru-buru duduk di dekatnya. Ia tersenyum kecil melihat kegiatan Sasuke yang selalu bersamanya.
Kemudian bayangan yang ada di sekolah memudar, digantikan dengan perundungan yang dialami Sasuke ketika berjalan ke taman dan tak lama ia mendengar suaranya sendiri menghentikan mereka sebelum memukul Sasuke. Ia tersenyum kecil ia bisa menolong Sasuke tepat waktu saat itu dan berhasil membuat mereka lengah hingga berhasil melarikan diri dari mereka.
Dirinya terbawa pada ruang kelas, di depan meja bundar yang berisi satu kelompok dirinya, Sasuke, Kiba si anak laki-laki bersurai coklat, dan Hinata si anak perempuan bersurai indigo. Naruto memerhatikan Sasuke yang menggunting kertas lalu terkalihkan oleh suaranya yang melengking dan Naruto melihat Sasuke kecil bersemu merah melihat sesuatu di depannya, Naruto menoleh, ia melihat dirinya yang dikuncir.
Ia tersentak saat mendengar Sasuke meletakkan gunting dan kertasnya dengan keras di atas meja, ia bisa melihat ketidak-sukaan di wajah Sasuke, yang menghampiri dirinya yang kecil dan Hinata lalu merebut ikat rambut dari tangannya, menguncir rambut Hinata dan Kiba yang meminta untuk dikuncir juga.
Lalu ia melihat Sasuke mengulurkan tangannya, meminta ia untuk menguncirnya seperti yang lain dari tangannya sendiri. Naruto terkekeh dengan sikap lucu Sasuke kecil. Ia melihat guru mengabadikan momen mereka ke dalam kamera dan memajang foto itu di papan kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
20 YEARS AND MORE [ SasuNaru ] ✓
Fanfic[ Six Universes ] Sasuke memasuki mobilnya, mengabaikan panggilan ayahnya. Ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Menjauh dari masalah yang tidak pernah berhenti mengejar. Kejadian begitu cepat terjadi. Fokusnya terpecah, membanting setir...