Estafet

254 31 3
                                    

Happy reading~




Sunoo meneguk isi botol air mineral dengan rakus. Tangannya yang bebas meraih handuk dan menyampirkannya ke pundak. Mata hazel nya melirik seisi lapangan yang ramai. Sorak sorai pendukung tim olahraga saat festival olahraga sekolah mendesaki udara.

Sunoo sendiri baru menyelesaikan tugasnya sebagai panitia lomba estafet putra. Menyiapkan pita di garis finish, tongkat sepanjang 30 cm untuk peserta, head band dengan nomor peserta dan membuat garis lapangan dengan bubuk kapur. Jungwon dan Haruto tak banyak membantu, sungguh. Mereka bahkan menghabiskan waktu satu jam untuk meratakan sunblock, katanya supaya kulit mereka tidak belang. Sunoo hanya mampu geleng-geleng kepala.

"Hei Sunoo, dukung kami ya!" sebuah teriakan ceria mengejutkan Sunoo. Ia menoleh, mendapati pemuda dengan ikat kepala warna merah sedang melambaikan tangan kearahnya. Tiga pemuda lainnya mengikuti dalam diam. Sunoo hanya tersenyum sambil melambaikan tangan. Sunoo menatap lamat-lamat keempat pemuda yang sekelas dengannya. Kombinasi yang aneh.

Pertama ada Shim Jake, pemuda ceria dengan senyum secerah mentari, pandai olahraga namun tidak untuk pelajaran lainnya. Lalu Park Jay, pemuda yang lebih sering bolos namun berotak jenius. Disampingnya ada Park Sunghoon si pangeran es namun menjadi tambatan hati 99% siswa-siswi Hybe High School dan merangkap sebagai wakil ketua OSIS. Dan yang paling belakang, Lee Heeseung si ketua OSIS. Pemuda yang kelihatannya mageran itu tidak kelihatan ahli dalam olahraga, serius. Tapi tidak boleh menilai buku dari sampulnya kan?

Sunoo merasakan lengannya disentuh oleh jemari-jemari dingin.

"Ddeonu, boleh minta tongkatnya? Kami ingin latihan menerima tongkat"

Sunoo mengangguk cepat saat mengetahui siapa yang menyentuh tangannya. Park Sunghoon. Tangannya membuka kotak kardus yang ditutup agak asal. Sebuah tongkat berwarna merah diserahkan. Sunoo masih menunduk, sepasang manik belum berhenti memperhatikannya. Sunghoon melirik kiri kanan, wajahnya mendekat kepada Sunoo.

"Tunggu aku di garis finish" diakhiri satu tiupan kecil pada telinga Sunoo.

"H-hah?" Wajah si rubah sontak memerah.

"Sunghoon, ayo!"

"Oke. Tunggu aku, ddeonu"

Sunoo masih memegangi telinganya yang panas.

'Awas kau, Park Sunghoon!' rutuknya dalam hati.

***

"Semua peserta diharapkan mengambil posisi di lapangan," ujar Jungwon. Ia memakai pengeras suara agar ia tak perlu lelah berteriak sampai serak.

"Siap!"

Serempak, gerombolan siswa segera menuju line masing-masing. Ada yang masih mengikat head band, membenarkan ikatan tali sepatu, ataupun sekedar melemparkan tongkat ke udara dan menangkapnya seperti mayoret tujuh belasan—siapa lagi kalau bukan Jake.

Haruto berdiri di pinggir garis start. Kali ini, ia yang memakai pengeras suara untuk memberikan aba-aba. "Semuanya berdiri di belakang garis."

"Bersiap?"

Wasit yang berdiri berseberangan dengan Haruto mengangkat tangan tinggi-tinggi, peluit akan segera ditiup.

"Mulai!"

Prittt!

Sunoo yang masih berada di tenda panitia menoleh, "Sudah dimulai ya?"

Sunoo menimbang-nimbang. Haruskah ia menonton seperti permintaan Sunghoon? Ah, mungkin tidak. Sang wakil ketua OSIS hanya suka menggodanya, itu saja. Sama sekali tidak serius. Sunoo mengangkat sebuah kardus berisi sampah yang harus dibuang. Ia masih punya pekerjaan lain di sini.

Relay: Oneshots [Sunsun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang