BULLY (1)

8 6 0
                                    

"itu si randi kenapa jadi gitu?" tanya wildan pada temen-temennya yang lain mengangkat bahunya tidak tahu.
Wildan menatap punggung Randi yang kian menjauh meninggalkan kantin.

"Paling bentar lagi itu anak beneran jadi bahan bully-ann" komentar Aiden

"Ayo balik bentar lagi mau bel," ajak naura. Kemudian berdri dari duduknya menggandeng Raisa dan meninggalkan putri yang masih menyeruput jusnya. Putri menggerutu, segera menghabiskan jusnya dan ahkirnya berdiri menyusul naura dan Raisa yang sudah berjalan duluan.

"Eh!" Kaget Raisa saat seseorang tiba-tiba menariknya kasar dari gandingan naura. Ah, itu khaila. Temen sekelasnya yang sempet ditergur oleh bu rani tadi, dan siswa yang entah siapa Raisa tidak kenal. Yang jelas Raisa tau mereka adalah antek-antek khaila.

"Lo! Jagan sok cantik! Lo pikir disini? Anak baru aja udah songong, gak usah deketin Randi deh! Lo itu cuma bakteri, jadi gak usah centil deketin dia, ya! Awas aja kalau sekali lagi gue liat lo deketin wildan, gue habisin lo!"cerocosnya sambil menunjuk-nunjuk Raisa. Setelah itu gadis bernama khaila melepaskan cengkraman tanganya pada lengan raisa. Mendorong raisa menjauh darinya.

"Kamu pikir dengen giniin aku, bakalan takut? Aku gak takut!" Sementara naura dan putri mengikutinya dari belakang, tak lupa menatap sinis pada khaila dan dua temenya.

Khaila yang mendenger ucapan raisa tadi, lagsung berbalik badan. Mengehntakkan kesel. "Heh miskin! Gak usah belagu lo! Paling masuk karena beasiswa, belagu banget!" Balas khaila menggebu-gebu

Raisa menghentikan jalannya.lalu berbalik menatap khaila, "nyadar diri makanya! Ayah kamu perusahaannya udah mah bangkrut aja belagu! Bales Raisa dengen suara lantang. Setelah itu raisa kembail melanjutkan jalannya. Putri dan naura hanya bisa melongo dibuatnya. Tidak menyangka bahwa raisa akan membales khaila seperti itu sangat tidak cocok dengen penampilan Raisa.

Sementara keadan di koridor kelas 12 tadi, orang-orang yang berdiri disono menatap khalia sinis karena ucapan raisa barusa. Tidak menyangka bahwa khaila masih bisa dengen percaya dirinya mengatakan orang lain miskin padahal kelurgnya bangkrut.

"Apa liat-liat?! Lo pada percaya sama ucapan dia? Bego lo semua!" Semprotnya pada anak-anak yang menatap aneh. Khaila menghentkan kakinya karena kesel. Gadis itu meninggalkan koridor menuju kamar mandi diikuti oleh kedua antek-antek setianya.

***

Rafa masuk kedalam kelas dengen tersenyum sinis, "gue bilang juga apa, itu anak pasti dibully. Tuh liat kerjaan si khaila. Ngancam anak orang karena lo deketin tadi" kata Rafa, ia menunjuk randi yng duduk didepannya.

Randi menatap Rafa tidak sepenuhnya percaya. "Beneran lo?" Tanyanya. Randi kalut merutuki dirinya yang harusnya tadi bisa mengirimkan pesen saja lewat handphone dengen begitu adiknya tidak perlu melalau hal yang diucapkan Rafa.

Walaupun randi sering jailin raisa mengangu Raisa bukan berati tak sayang tak tau kenapa randi senengg saat mengangu Raisa. Tapi sayangnya Randi pada Raisa jagan ditanya , sekarang ia tampak cemas kepada adik yang ia cintai

"Iya, tapi si cupu ngelawan katanya bokap si khaila udah mau bangkrut tapi masih aja belagu, soalnya si 'cabe' manggil dia miskin." Rafa menjelaskan dengen tepat. Padahal tadi dia tidak ada ditempat kejadian. Tetapi bisa dengen cepet tahu masalah tersebut entah bagaimana caranya.

Randi mengglengkan kepalanya "tapi kalian semua juga tau, kan. Keluarga dia emang bakalan bangkrut kalau aja bokap gue gak mau bantu , mungkin udah malu tuh anak," kata aiden. Melipat tanganya didada dan duduk diatas meja.

Randi menganguk membenarkan, menatap Rafa. "Tolong, kalau lo tau ada kasus bully lagi bilang sama gue", pintanya kepada Rafa.

"Lo suka sama dia?"

Randi mengglengkan kepalanya menatap wildan yang bertanya.
"Enggak, pokonya kalau kalian liat lagsung panggil gue" kata Randi keukeuh tidak mau memberitahu yang sebenarnya.

Rafa menatap Randi dalem diem. Sebenarnya apa yang disembunyikan?

***

"Ayo , rais..." Ajak putri. Raisa menganggukkan kepalanya. Betapa senengnya dia melihat kedua temen barunya sangat perhatian kepada putri dan naura khawatir sekali setelah insiden bersama khaila tadi. Sekarang pun mereka akan menemani raisa untuk ke halte, takut ada yang mengangu raisa lagi. Padahal tadi raisa juga sudah menolaknya, tapi keduanya tetep bersikeras ingin menemaninya

"Heh!" Baru saja di bahas khaila kembali memanggilnya.

Khaila menghampiri raisa dengen gaya songgongnya sambal bersedikap dada. " Lo gak usah sok berani gue penguasa diisini, jadi lo gak usah sok-sokan deh .lo ga cocok sekolah disini, ini sekolah elit! Isinya kaya semua, gak kayak lo miskin cupu iiih..." Ucapnya sambil memandang jijik kearah raisa

Raisa menatap khaila datar.
"Tsrus kamh pikir aku peduli? Kamu pikir kamu siapa bisa ngatur aku se-enaknya? Oh ya, Maslah bang Randi. Aku punya hak buat deketin siapa aja, kamu gak punya hak buat larang aku. Kamu kan bukan siapa-siapa, jadi gak usah sok berkuasa buat nyuruh aku jauhin dia! Bales raisa berani

"Oh , udah berani ngelawan ya?" Tanya khaila, tangannya terayun untuk menamper raisa.

FAKE NERDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang