Day 5

27 3 0
                                    

Happy reading and sorry for typo
_____________

Hari ini, Jihan menepati janjinya pada Tian. Ia ada di kamar Tian untuk membuat sketsa rumah untuk pemuda itu.

"Tian.."

Tian yang sedang sibuk dengan konsol game nya menoleh, memberi raut bertanya pada Jihan.

"Mau minum dong." Jihan menyengir, memamerkan deretan giginya yang putih.

"Ck, ngerepotin Lo. Awas aja hasilnya ga bagus." Tian keluar dari kamarnya sambil menggerutu.

Sedangkan Jihan hanya terkekeh menanggapi gerutuan Tian. Tangannya sibuk menggores kertas putih, membuat sketsa rumah impian sang pemuda. Garis-garis tipis terlukis dengan rapi. Dari mulai ruang tamu hingga dapur. Jihan juga menambahkan beberapa keterangan bahan yang akan digunakan pengisi ruangan-ruangan didalamnya.

Misalnya kasur king size, lemari berbahan jati, standing mirror, single lazy sofa. Dan masih banyak lagi.

Jihan juga menambahkan beberapa ornamen yang diinginkan Tian dalam gambarnya. Seperti lukisan dari Leonardo da Vinci. Juga beberapa patung dari pemahat ternama. Merepotkan, memang.

Tapi Jihan menyukai sensasinya. Ia menyukai sensasi saat dapat menyelesaikan sketsa dengan baik. Ada kepuasan tersendiri baginya. Apalagi jika bangunan yang ia gambar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi.

Seperti sketsa milik Tian ini. Pemuda itu menginginkan rumah dengan model Victoria clasic. Dengan sedikit ornamen. Pemuda itu terlihat lebih baik mengambil jurusan sejarah, arkeolog, dibanding jurusan hubungan internasional.

Jihan juga menggambar sebuah lemari besar di tengah-tengah ruang keluarga, di belakang sofa sebagai tempat untuk pemuda itu menyimpan berbagai koleksi gamenya.

Saking seriusnya ia, ia bahkan tak sadar kalau Tian sudah berada di dalam kamar dengan dua gelas jus jeruk.

"Serius banget, neng."

Jihan hanya mendelik tajam kearah Tian. Membiarkannya kembali tenggelam dalam permainan yang sebelumnya dimainkan sang pria.

"Udah?"

"Belum"

Selang lima menit kemudian, Tian kembali bertanya.

"Sekarang udah?"

"Belum."

.........

"Udah?"

"Belum."

Begitu saja setiap lima menit hingga Jihan mengumpati sang pemuda.

"Diem kek, gimana mau selesai kalau Lo nanya terus?"

"Lagian gue dicuekin dari tadi."

Jihan hanya menghela napas panjang, sebelum menyerahkan sketsanya yang baru saja selesai.

"Tuh, udah."

Tian menatap lekat sketsa ditangannya itu. Sebelum beralih memeluk erat tubuh sang gadis.

"Makasih Jihan."

_________

Hahahaha, pendek banget ya?? Gpp lah, namanya juga short story'

Dah ah, see you

~Jnawa

24/7 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang