meet again

57 10 4
                                    

Happy reading and sorry for typo
____________

Entah ini hari sial bagi Jihan, atau malah hari keberuntungannya.
Pagi-pagi sekali, Tian datang kerumah. Mengajak Jihan jogging pagi mengitari taman kompleks.

"Lo enggak lupa kan kalau gue punya riwayat jantung koroner?"

Tian hanya terkekeh kecil.
"Lo enggak bakal mati, kita cuma jogging. Bukan marathon. Kalau Lo mau jalan santai, ya gak apa."

Jihan mendengus kesal. Memilih memandangi sekeliling, menikmati suasana taman. Setidaknya taman ini memiliki suasana yang sejuk.

"Lo tahu kompleks ini dari mana?" Tian bertanya sambil menyodorkan sebotol air mineral pada Jihan

"Lo enggak perlu tahu." Jihan menjawab ketus sebelum menenggak air mineralnya

Tian tersenyum tipis mendengar jawaban Jihan. Kasar dan terus terang. Tak peduli pada perasaan orang lain. Benar-benar sosok seorang koleris.

Jika ditanya kenapa Tian suka sekali mengganggu Jihan, jawabannya karena reaksi Jihan saat dijaili selalu lucu. Seorang koleris yang mudah tersulut dan keras kepala.

Padahal kalau dipikir-pikir, sejak dulu Tian tipe pemuda yang enggan berinteraksi dengan lawan jenis. Tapi sejak membukakan pintu untuk Jihan, sepertinya perangainya berubah.

"Jihan."

Gadis bersurai hitam itu hanya menggumam kecil. Tak berniat menyahuti panggilan Tian.

"Lo pernah ada di fase pengen nyerah, putus asa, ga tahu mau ngapain lagi, sampe akhirnya pasrah sama yang maha kuasa enggak?"

Jihan mengernyitkan keningnya mendengar pertanyaan Tian yang tiba-tiba mencomot topik yang 'lumayan' berat itu.

Kedua netra almond gadis itu menatap langit jauh menerawang. Sembari menikmati hembusan angin.

"Jujur, orang yang penyakitan kayak kita pasti pernah ada di fase itu. Apalagi sosok gue yang emang koleris, Lo pasti udah tahu, kan? Orang-orang sekali liat gue pasti tau gue koler. Dan Lo tahu sendiri gimana perlakuan dan penilaian orang lain ke orang koler?

Gue lebih sering sendiri, bingung harus bersikap gimana ke orang-orang. Tapi gue masih bisa nikmatin hidup. Gue masih bisa melapangkan hati atas perlakuan orang-orang. Gue terima segalanya. Tapi, sejak gue divonis jantung koroner....

Gue pernah ngerasain fase itu. Dulu, dua bulan sejak dokter bilang kalau gue mengidap jantung koroner. Waktu itu gue semester lima, lagi sibuk-sibuknya sama tugas. Dan Lo pasti tahu, tugas anak arsitektur gimana beratnya? Disitu gue marah, kecewa, enggak terima sama takdir tuhan yang udah terjadi. Gue nyalahin tuhan atas apa yang waktu itu terjadi. Sebelum akhirnya frustasi, pengen nyerah, pengen rehat dari dunia. Dan Lo bener, gue sempet pengen pasrah sama yang kuasa. Gue pengen pergi aja rasanya dari dunia.

Tapi, gue liat kedua orang tua gue. Mereka yang udah susah payah bikin gue mendingan, mereka yang pengen gue tetep hidup.

Mungkin bagi yang meninggalkan, kematian bukan perkara sulit. Apalagi jika ia pasrah, sama kayak gue waktu itu. Tapi, bagi yang ditinggalkan? Itu adalah mimpi buruk. Ditinggal pergi oleh orang yang kita sayangi adalah mimpi buruk.

Bukan karena soal melepasnya. Tapi soal melanjutkan hidup tanpa ada mereka yang biasanya selalu ada disisi."

Tian menatap Jihan lekat. Ia tahu bahwa sosok koleris adalah orang yang memiliki pemikiran dewasa atas setiap permasalahan, dengan dua sudut pandang yang digunakan. Seimbang.

Tapi Tian tak menyangka, bahwa pemikiran Jihan seperti itu. Benar-benar hasil tempaan hidup yang keras.

"Gak nyangka gue, Lo bisa bijak begini." Tian berdecak kagum

Jihan membalas ucapan Jihan dengan lemparan botol air mineral yang telah kosong.

"Sialan, Lo!"

Tian hanya tertawa menanggapi makian yang dilontarkan oleh Jihan.

"As always, Jihan Ayesha Kanra selalu berterus terang meski kasar."

"I'm a koler, and i proud of myself." Jihan memasang wajah bangganya



_______
Hola readers ku tersayang!!
Gimana part ini?
Gausah dug dig dag bacanya...
Karena aku udah bilang kan, ini hanya cerita pendek yang bahkan sama tokohnya pun enggak dipikirkan...

Tokohnya bisa ikhlas apapun endingnya, jadi kalian harus siap....

Happy ending? Or sad ending?

Dah ah, sekian prakata dari aku...

With luv
~jnawa

24/7 [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang