Tidak 'dara' lagi

17.3K 83 4
                                    

Sungguh mulus tubuh Anis. Tanpa sedar kami berdua telah telanjang bulat tanpa seutas benang pun yang melindungi tubuh kami. Tubuhnya yang pada pandanganku sekitar 34-24-34 cukup merangsangkan ghairahku. Mataku masih belum puas menatapi tubuhnya yang mulus itu.

Mataku menjelajahi tubuhnya dari atas hingga ke bawah. Rambut yang separas dada telah memenuhi kriteria pertama gadis idamanku. Matanya yang jernih, bola matanya putih bersih dan dilengkapi dengan anak mata yang sedikit coklat. Lehernya tidak terlalu jinjang.

Pandanganku turun menatapi dadanya yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil sesuai dengan ketinggiannya. Putingnya yang kecil cukup menggambarkan berkemungkinan besar, Anis masih 'anak dara'. Areolanya hanya sebesar duit syiling 20 sen berwarna agak gelap cukup kontra dengan warna kulitnya yang putih.

Kulit yang tidak kelihatan satu pun parut membuatkanku terasa seperti ingin terus menerkam dan menjilat seluruh tubuhnya. Namun mataku belum puas menikmati keindahan bidadari ciptaan Ilahi di hadapanku.

Aku terus jelajahi tubuhnya. Pandangan mataku tertumpu pada segi tiga syurga dunianya. Kelopak yang masih tertutup rapat dihiasi dengan bulu ari-ari yang tumbuh jarang-jarang dan terjaga rapi. Pandanganku terus turun ke kaki yang sederhana panjang hinggalah ke tumitnya yang masih merah.

Memang sah Anis masih lagi dara, tetapi mengapa begitu mudah Anis menyerahkan diri kepadaku. Mungkinkah ada sejarah silamnya yang masih belum aku ketahui.

Anis: Abang jangan laa tatap Anis macam tu. Anis malu. Anis.. Anis..

Aku: Abang kagum dengan keindahan di depan mata Abang ni. Umpama bidadari syurga turun ke bumi.

Anis: Abang.. Abang dah pernah lihat bidadari ka sebelum ini?

Aku: Sebelum ini belum.. tapi sekarang, dah pernah laa. Anis cukup 'perfect' bagi Abang. Tapi...

Anis: Tapi apa Abang?

Aku: Errrr.. Maaf bertanya.. Anis dah pernaaahhh....?

Anis: Perlukah Anis cerita sekarang?

Kata-kata Anis menimbulkan tanda tanya dalam diriku. Rasanya tidak perlu aku mengetahuinya sekarang. Biarlah Anis menceritakannya dengan rela hati. Aku perlu banyak bersabar.

Anis menghampiriku yang masih diam terpesona tanpa sebarang kata-kata.

Anis: Huurrrmmmmph..

Kini giliran Anis pula menatapku. Namun, matanya tidak pula menjelajahi seluruh tubuhku melainkan hanya tertumpu kepada butuhku sahaja.

Anis: Besar!. tidak seperti yang pernah Anis lihat sebelum ini.

Anis mula menyentuh butuhku yang sedang mengeras. Walaupun masih belum keras 100% tetapi sudah cukup menunjukkan kebesarannya.

Anis: Abang.. izinkan Anis merasanya..

Belum sempat aku mengizinkannya, Anis sudah menggenggam dan mengocoknya dengan tempo yang perlahan. Tersentak tubuhku bila saja tangan Anis menyentuh dan mengocok butuhku. Hari ini dalam sejarah buatku. Dan Anis telah tercatat dalam lipatan sejarahku itu.

Aku: Terus terang Abang katakan. Inilah julung kalinya terjadi dalam hidup Abang. Dan Anis merupakan gadis pertama yang menyentuh butuh Abang. Abang belum pernah melakukannya. Anis dah pernah melakukannya?

Anis tidak menjawab sebaliknya terus menarik butuhku menghampiri mulutnya. Anis keluarkan lidahnya lalu mula menjilat sekitar kepala butuhku.

Aku: Aaahhhh...

Anis terus menjilat sekeliling batang butuhku. Menjilat dari kepala ke pangkal dan mengulanginya dari pangkal ke kepala berulang kali.

Aku memejamkan mataku menghayati aktiviti 'oral sex' yang sedang Anis praktikkan. Dalam pada masa aku yang sedang keasyikan, tiba-tiba aku terasa satu kelainan. Terasa suam dan kebasahan. Aku menundukkan pandanganku. Anis telah memasukkan butuhku ke dalam mulutnya. Mengulum. Menjilat. Dilakukannya silih berganti. Tangannya pula tidak dibiarkan kaku sebaliknya mengocok-ngocok batang butuhku yang tersisa dari mulutnya.

PEGAWAI PERUBATAN SISWAZAH Where stories live. Discover now