tiga

7 1 0
                                    

Recommended songs :

TREASURE - IT'S OKAY
TREASURE - GONNA BE FINE
Seokman Cheon, Blue Mangtto - When You Want To Give up On Everything

.
.
.

Belakangan, budaya hallyu dari Korea Selatan semakin ramai saja.

Mungkin efek dari pandemi, banyak orang yang memilih melarikan diri ke dunia lain yang tampak seperti utopia.

Sebenarnya, aku pribadi menyukai genre musik dari negeri ginseng ini sudah sejak lama jauh sebelum pandemi mengurung kita semua.

Bahkan, aku justru lebih dahulu terjun menonton serial drama mereka sebelum menyelami musiknya.

Ah, tidak. Bukan karena aku paling up to date tapi aku hanya tidak sengaja menonton salah satu serial drama yang ditayangkan oleh televisi swasta lokal.

Lucu sekali. Sekarang, aku bahkan sudah sangat fasih dengan hallyu maupun kwave padahal dulu hanya ketidaksengajaan.

Ngomong-ngomong soal kpop, beberapa minggu yang lalu aku menonton siaran langsung dari member sebuah grup.

Mereka adalah TREASURE. Haha. Iya aku TEUME dan aku sudah mengikuti mereka sejak era predebut.

Oke. Cukup intermezonya.

Baiklah begini ceritanya.
Siaran langsung itu dihadiri oleh tiga dari duabelas member. Park Jihoon, Yoshi, dan Kim Junkyu.

Jihoon-Nim bilang kalau mereka sedang senggang dan tidak ada jadwal makanya mereka memutuskan untuk melakukan siaran langsung sekadar menyapa para penggemar.

Siaran langsung hari itu adalah siaran dadakan jadi mereka pun tidak menyiapkan tema tertentu sebagai bahan obrolan.

Meski begitu, percakapan diantara Jihoon-Nim, Yoshi-Nim dan Junkyu-Nim tetap berlangsung seru walau Junkyu-Nim lebih banyak diam dan menyimak saja. Jiwa introvertnya sedang menggebu-gebu. Hehe.

Banyak sekali hal-hal random yang mereka bahas, mulai dari cerita dibalik keseruan konser pertama mereka, menjawab pertanyaan penggemar yang minta tips untuk ujian dan lain-lain. Mereka bersenang-senang meskipun hanya melakukan siaran random dan menjawab pertanyaan-pertanyaan juga random. Mereka anak-anak yang sederhana.

Saat sedang seru-serunya membahas tips ujian, Jihoon-Nim tiba-tiba berkata seperti ini,

"Bagaimana ya cara kita hidup dengan baik didunia ini?."

Seketika suasana jadi lebih serius. Aku juga tercekat saat mendapati pembahasan ini karena aku juga sering berfikir demikian.

Jihoon-Nim melanjutkan, "Di hidup kita, kadang kita gak mendapatkan penghargaan dalam hidup kita. Lalu, apa perlu aku bekerja keras untuk hidup ini?."

Aku benar-benar hilang kata. Aku jadi mengangguk tak sadar seolah setuju.

Ya. Aku memang sangat setuju dengan pernyataan itu.

Jihoon-Nim kembali melanjutkan, "Lalu, kalau aku gak kerja keras, terus aku ini apa? Buat apa aku hidup? Apakah hidup kita berarti?."

Setelah mendengar itu, aku jadi khawatir dengan Jihoon-Nim. Tapi, aku mungkin akan jauh lebih khawatir ketika dia memendam segala keresahan itu sendirian. Aku bersyukur dia mau membaginya hari itu.

Aku menyadari, rupanya bukan hanya aku yang khawatir. Yoshi-Nim juga nampak khawatir dan langsung menimpali pernyataan Jihoon-Nim.

"Semua orang punya kesempatan. Ada orang-orang disekitarmu yang mendapat penghargaan atas kerja kerasnya sejauh mereka sudah berusaha."

"Tapi bukan hanya itu..", Jihoon-Nim ingin menambahkan pernyataannya.

"berarti apabila mereka punya kesempatan kan? Bagaimana jika aku tidak melihat ada kesempatan untukku, apakah artinya oke-oke saja jika aku tidak melakukan apa-apa?."

Aku hampir menangis mendengar kalimat itu. Aku seringkali merasa bahwa aku tidak berguna dan tidak punya kesempatan.

Yoshi-Nim juga menambahkan pernyataannya, "Sederhananya, kamu harus berinvestasi pada dirimu."

Mungkin maksud Yoshi-Nim adalah hukum tabur-tuai. Aku bisa memahaminya.

Jihoon-Nim masih memperpanjang kalimatnya, "Katakanlah, aku bekerja sangat keras terlepas orang melihatku atau tidak. Jika aku ingin mendapatkan penghargaan, apakah itu seperti sebuah kompensasi mental?"

Jujur, aku tidak bisa menangkap dengan baik apa maksudnya tapi aku mungkin bisa mengerti arah pernyataan Jihoon-Nim.

Sepanjang obrolan serius itu, Junkyu-Nim hanya mendengarkan sambil mengangguk sampai pada akhirnya ia ikut memberi pendapat.

"Aku pernah mendengar kalau semuanya (yang kita lakukan) itu berbalik seperti bumerang."

Ya. Pada intinya mereka membahas tentang hukum tabur-tuai.

Obrolan itu mungkin akan terus berlanjut tapi salah seorang penggemar berkomentar, "kenapa kalian jadi sangat serius."

Mereka bertiga pun hanya tertawa dan deep talk singkat itu menguap begitu saja terganti topik lain.

Namun, sesingkat apapun deep talk itu tetaplah deep talk yang dalam dan berkesan.

Aku jadi berfikir, hidup yang kita jalani ini layaknya seperti lautan. Dalam, gelap dan misterius. Kita seringkali sudah ketakutan lebih dahulu sebelum menyelaminya.

Setelah merenungi siaran langsung hari itu, hari ini aku hanya ingin hidup menjadi orang baik agar aku bisa bertemu dengan orang baik lainnya.

Begitu kan hukum tabur-tuai?

Apa Kabar Hari Ini ?Where stories live. Discover now