00

996 96 15
                                    

Book baru... Artinya ngegantung again.... Hehe :)
.
.
.
.













































Dengan pandangan kosong, ia menatap dirinya sendiri pada sebuah cermin disana. Cairan kental semerah darah mengalir, membuatnya mengingat apa yang ia alami.

Kotor....


Satu kata yang menggambarkan jiwa dan raganya. Harapan yang hancur dengan serpihan-serpihan yang membekas di dinginnya malam tanpa bulan maupun bintang tersebut.

Tersenyum miris,

Ia kemudian menarik kumpulan sutra yang telah dipadukan tersebut, menutupi raga yang telah hancur.


Hanya karena itu,



Hanya karena sebuah pertolongan,



Ia mendapatkan balasan yang tak pernah menjadi kenangan indah, namun menjadi awal seribu luka.


Apakah... Ia pantas?


Apakah masih pantas disebut sebagai manusia dengan kesetaraan?


Apakah masih pantas... Ia disebut sebagai orang dengan sejuta rasa hormat?


















































Atau... Apakah pantas... Mendapatkan cinta dari orang orang terkasih....

Yang bahkan enggan melihat sosoknya.





















































Semua terjadi...




Semua diakibatkan..




























































Oleh peristiwa di malam itu.








°ρѕу¢нσ°



SENANDUNG kecil terdengar menghiasi sepi nya malam dikota. Hanya ada suara dari beberapa serangga malam yang bisa didengar hanya saat kesenyapan melanda.

Pemuda dengan paras tampan dan manis ini berjalan dengan santainya sambil menenteng dua kantung belanja. "Malam ini agak berbeda ya" Monolognya.

Menoleh secara bergantian kearah kiri dan kanan, netra mata indah nan tenang tersebut menangkap sebuah objek yang bergerak di sunyi nya malam. Ditambah dengan lampu jalanan yang kini meredup, menandakan fungsi yang tak lagi sempurna.

"Shhh.. " Ringisan pelan tersebut membuatnya meneliti lebih jauh. Seakan tak dibutakan oleh rasa takut, ia kemudian melangkah kearah objek yang tampaknya adalah seorang pria dengan pakaian serba hitam.

"Oh Tuhan! Apa kau baik baik saja tuan?" Sosok tersebut sepertinya terkejut kala mengetahui fakta bahwa bukan hanya dia yang berada disini.

Dengan tatapan tajam seakan sebuah isyarat dari ancaman, sosok tersebut perlahan mundur sesekali meringis kala luka pada lengannya tak sengaja terkena tembok kumuh dipenuhi lumut.

"J-jangan takut tuan! Aku hanya ingin menolongmu.lihat lukamu! Ada banyak darah disana. Kau akan kekurangan banyak darah jika terus dibiarkan!" Oh astaga! Siapa pemuda dengan surai blonde yang berani sekali menceramahinya?!

Dengan cekatan, tangan putih susu tersebut mengikatkan robekan baju putihnya kemudian menutupi luka pria tersebut dengan perlahan dan lemah lembut. Sementara yang diberi pertolongan hanya diam tak merespon bahkan tatapannya sangatlah dingin.


Dari air yang ia beli, pemuda itu kini membersihkan tangan putih pucat yang berlumur kan darah sesekali menatap pria yang ia selamatkan. "Sudah! Sebaiknya kau pergi ke rumah sakit untuk mendapat pengobatan tuan. Aku hanya bisa melakukan ini"

Ia tersenyum menampilkan deretan gigi putih yang tersusun rapi.


"Siapa"

Pria itu bersuara membuat senyumnya terhenti.

"Maaf?"


"Namamu" Ucap pria itu. Pemuda tersebut mengangguk pelan lalu mengeluarkan sesuatu dari kantung belanja yang ternyata adalah sebuah permen susu stroberi.

"Yoshinori.kau bisa memanggilku yoshi" Ucap yoshi. "Kalau kau? Siapa namamu?"

Pria itu tak menjawab maupun bersuara. Hanya terdiam menatap permen pemberian yoshi yang ada ditangannya.

Merasa diabaikan, yoshi menggaruk tengkuknya tak gatal, karena merasa tak enak.

"Jadi... Kau tidak mau memberikan namam-

"Hyunsuk"



"Hah?"



"Namaku hyunsuk" Jawabnya.


Belahan bibir yoshi membentuk 'o' kala mendengar jawaban dari pria-ah tidak, maksudnya hyunsuk.



"Baiklah hyunsuk. Apakah kau mau...aku antar ke rumah sakit?" Tanya yoshi. Dan hyunsuk hanya memberikan gelengan. Tak berniat menjawab pertanyaan pemuda didepannya.


"O-oh... Kalau begitu.. Jaga dirimu baik baik ya. Aku harus pulang. Sampai bertemu lagi!" Ucap yoshi. Ia lalu mengangkat barang belanjaannya dan pergi dari pandangan hyunsuk secara perlahan. Hembusan angin malam bagaikan intro pemisah pada momen yang baru ini.



"Sampai bertemu lagi ya... " Gumamnya. Pandangannya kini tertuju pada balutan kain yang kini ternodai oleh warna merah dari darah yang mengalir.


































































Lalu ia menyungging senyum miring yang menyeramkan.























































































































"Kita pasti akan bertemu lagi, Yoshinori" Setelahnya, ia dengan santai menarik karung yang cukup besar dengan tangan seseorang  yang menggantung disana.


Tebece...



Sepi pasti kan? :)))

Sumpah, ini gaje sih.

°Psycho° 🔞|| Hyunori/hyunshiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang