Syarat dari ayah

3 0 0
                                    

Sudah lebih dari satu jam yang lalu, seorang gadis dalam sebuah ruangan itu tidak henti-hentinya mengeluarkan air mata. Sore tadi ia baru saja mendapat kabar bahagia karena bisa diterima di kampus impiannya dan berencana memberitahukan orang tuanya yang sebelumnya tidak tahu bahwa gadis tersebut sudah mendaftarkan diri.

Namun siapa sangka kedua orangtua nya terlebih sang Ayah tidak mengijinkan untuk kuliah di luar Jakarta. Gadis tersebut terus memohon dan pada akhirnya diijinkan dengan syarat yang di ajukan kedua orangtua.

"Baiklah, Ayah ijinkan kamu kuliah disana." putus sang Ayah "tetapi... syaratnya kamu harus menikah!".

"Apa Ayah bercanda?" tanya gadis itu dengan nada yang tidak percaya.

"Ayah serius Sheeva, agar kamu juga aman disana dan Ayah bisa tenang kamu kuliah disana saat kamu jauh dari kami."

"Tapi kenapa harus dengan menikah? aku bisa menjaga diriku sendiri Yah... dan mana mungkin Ayah percaya semudah itu dengan pria asing yang tidak aku kenal."

"Ayah percaya dia bisa tanggung jawab," ucapnya untuk meyakinkan.

"Bundaa..."-Sheeva sambil berlari menghampiri bundanya yang baru saja bergabung-"Sheeva gak mau, hiks-hiks-hiks Sheeva belum siap Bunda." rintih Sheeva dengan menpererat pelukan kepada bundanya

"Ada apa ini Yah?" tanya bunda Sheeva kepada suaminya dengan membalas pelukan anak gadisnya sambil mencoba untuk menenangkannya.

Ayah Sheeva kemudian menceritakan alasan kepada istrinya tanpa mengurangi sepatah katapun, awalnya bunda Sheeva tidak rela harus melepas anak gadisnya kepada seorang pria dan pergi dari rumah besar yang ia tempati. Tetapi ia sadar bahwa memang sudah waktunya untuk mengikhlaskan semuanya demi keamanan anak gadisnya.

"Sayang dengerin Bunda yah," ucap Bunda Sheeva sambil menghadap ke arah Sheeva. "Dengan kamu menikah Ayah dan Bunda bisa tenang di sini, dan kamu pergi dengan mahram kamu."

Sheeva merasa kecewa, karena bundanya juga memihak Ayahnya. Bagaimana bisa ia menikah dengan orang yang sama sekali tidak dikenal, apalagi untuk berhubungan dengan laki-laki saja ia sungkan. Sheeva kemudian pergi dan memasuki kamarnya di lantai atas.

"Sheeva tungg-" ujar Bunda ketika Sheeva melangkah pergi.

"Biarkan dia menenangkan diri dulu Bun, kasih dia waktu untuk berpikir." Ayah Sheeva mencoba merangkul bahu istrinya untuk menenangkannya.

***

Sheeva Nandita Adhitama seorang gadis cantik dari keluarga pengusaha yang cukup terkenal di Indonesia. Surya Putra Adhitama dan Nadia Maheswari adalah kedua orangtua Sheeva. Kakak laki-lakinya Ariyo Yusuf Adhitama sudah tidak tinggal bersama lagi, karena ia sudah berkeluarga dan hidup bersama anak dan istrinya.

Kali ini Sheeva merasa bimbang, disatu sisi ia sudah punya kesempatan untuk kuliah di tempat yang ia impikan, tetapi di lain hal ia harus mengikuti syarat Ayahnya yang menurutny sangat konyol.

Sheeva berusaha menangkan hatinya yang sangat tidak dalam keadaan baik. Entah sudah berapa lama ia mengunci diri di dalam kamar, bahkan ia melupakan makan malamnya. Air matanya terus saja keluar dan memikirkan bagaimana kehidupan kedepannya. Apakah ia bisa melawati semua ini?

***

Sinar mentari mulai memasuki celah jendala kamar dan suara kicauan burung yang saling beradu tidak mengusik tidur gadis tersebut yang baru saja terlelap seusai sholat subuh tadi karena pusing dikepalanya.

Bundanya sedari tadi cemas, karena anaknya tidak keluar kamar sejak kejadian tersebut. Ia berusaha untuk kembali naik ke kamar gadis tersebut dan ternyata pintunya sudah tidak dikunci. Langsung saja ia memasuki kamar tersebut

"Sayang... kamu dimana nak? ini Bunda bawakan sarapan," ujar Bunda Sheeva sambil mencari keberadaan anaknya.

"Bunda?" panggil Sheeva saat melihat Bundanya ada di kamar dan melihat album foto masa kecil miliknya. "Bunda dari kapan ada disini, tadi aku di kamar mandi Bun, tidak mendengar suara dari luar"

"Iya Bunda tau, kemari sayang!" ajak Bunda agar Sheeva duduk di sampingnya. "kamu masih marah sama Bunda dan Ayah!" tanyanya dengan hati-hati.

"Bukan marah Bun, aku bingung harus bersikap bagaimana," jelas Sheeva. "Disatu sisi aku gak bisa terima ini, tapi di sisi lain aku yakin keputusan Ayah pasti sudah dipikirkan matang-matang dan aku sebagai anak apa bisa membantah perintah kalian? selagi itu memang bisa membuat Ayah dan Bunda senang aku juga pasti ikut senang Bunda, kalau memang ini udah takdir-Nya yah Sheeva bisa apa Bun?" jelas Sheeva sambil berusaha tersenyum di depan bundanya.

"Maafin kami yah nak, kamu anak yang baik!"-sambil mengelus rambut putrinya. "Dia baik kok sayang, coba nanti kalian bertemu setelah itu bulan depan kalian menikah, masih ada waktu sebelum masuk kuliah kan?"

"Ada bun, tapi-" Sebenarnya Sheeva masih ragu dengan keputusannya, tapi yasudahh.

"Tidak apa-apa sayang, semuanya akan baik-baik saja," Bunda memeluk Sheeva dari samping dan akhirnya ia bisa bernafas lega. "Yaudah sekarang coba temui Ayah dan bicarakan baik-baik ya sayang?"

"Ayah tidak pergi kerja Bun?"

"Bagaimana Ayah bisa kerja, kalau pikiran Ayah saja tentang kamu?" Nadia yakin jika suaminya tidak bisa fokus pada pekerjaannya, maka dari itu suaminya tidak berangkat hari ini.

"Baiklah, aku turun dulu ya Bun! cup." ujar Sheeva sembari mengecup pipi bundanya dan pergi menemui Ayahnya.

Nadia tersenyum melihat kepergian anaknya, semoga keputusannya kali ini memang yang terbaik dan Sheeva bisa hidup lebih bahagia walaupun ia masih belum mengetahui siapa pria tersebut

***

Sheeva menuruni tangga mencari keberadaan sang Ayah dan ia melihat Ayahnya sedang memberi makan ikan-ikan di kolam. Halaman belakang rumah Sheeva memang dimodifikasi layaknya taman, ada kolam ikan yang lumayan luas serta gazebo untuk bersantai. Sheeva tahu setiap ada masalah pekerjaan atau yang lainnya, Ayahnya itu pasti berada di halaman belakang.

"Ayah, Sheeva minta maaf!" ucap Sheeva sembari merangkul pundak Ayahnya dari belakang. "Sheeva udah buat Ayah sedih, Sheeva mau kok menikah jika menurut Ayah itu yang terbaik Sheeva yakin pilihan Ayah tidak mengecewakan Sheeva," lanjutnya sambil mencoba untuk menahan air matanya.

"Sayang, seharusnya Ayah yang minta maaf sampai membuat kamu sedih kaya gini," ujar menyuruh Sheeva untuk duduk di sampingnya. "Kamu yakin Va dengan keputusan Ayah? kalau kamu tidak mau tida-" ucapan Ayah terpotang karena Sheeva langsung membalasnya.

"Yakin Ayah, kenapa sekarang jadi Ayah yang khawatir?" tanya Sheeva dengan tersenyum manis.

"Baiklah, nanti coba bertemu dulu ya sayang,"-sambil mengelus rambut Sheeva. "Lusa dia akan datang ke rumah, kalian dirumah dulu aja ketemunya masih belum mahram nanti setelah menikah baru deh mau kemana aja terserah kalian gak akan kita larang hehehe."

"Ayah apaan sih, Yah dia gimana orangnya?" tanya Sheeva penasaran.

"Nanti juga kamu tahu, Ayah jamin pertama kamu liat dia pasti kamu langsung suka."

Sheeva penasaran siapa pria itu sampai bisa meyakinkan Ayahnya, setau Sheeva Ayahnya orang yang sangat pemilih. Bagaimanapun juga sudah memilih dan ia harus berani menghadapi kenyataannya. Yang penting ia senang bisa berkuliah di tempat impiannya.

My Cold Lecturer Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang