"Maaf, ya, [Name]."
Aku dibuat tertahan olehnya, menahan perih dalam dada, namun di atas lara aku terus mengembangkan birai dan menahan mataku yang hendak meneteskan airnya, karenanya yang baru saja menuturkan lontaran perpisahan. Kendati mengeratkan genggaman pada kain yang melapisi bagian kaki, kemudian mendongak—menyamakan pandangan sang pemuda di depan mata.
"Tidak masalah, kak! Aku mengerti Kak Kita ingin membahagiakan nenek kakak dengan jalan ini, kejar cita-cita kakak dengan serius, ya! Aku tunggu kabar suksesnya!" jawabku penuh bohong.
Yang jelas, semua tutur bibirku ini hanya sebuah kiasan belaka. Aku tak ingin dia pergi, aku ingin terus berada di sampingnya. Lara yang membawa nestapa ini mengudara bersama perginya matahari pada cakrawala. Andai kata sang pemilik hati mengembalikan keputusannya, aku akan mendekapnya erat.
Namun kenyataan dengan beringasnya membabi buta angan dalam benak, status kita tak lagi sama. Hubungan ini telah berakhir sepenuhnya setelah Kita Shinsuke ini menyatakan padaku perihal keputusannya mengejar cita-citanya. Frasa yang telah terucap kembali tertutup, namun ditutup dengan luka.
Bersamaan dengan hadirnya interupsi dari ricuh klakson mobil yang tertuju pada Kak Kita, dia melambaikan tangan padaku setelahnya melemparkan senyum yang selalu diberikan untukku. "Aku pamit, ya. Jaga dirimu baik-baik, [Name]." ujarnya, yang mungkin akan menjadi penuturan terakhir yang dilontarkan kepadaku.
Lantas aku membalas lambai pada dirinya kendati memperlihatkan punggungnya dan menghilang tatkala mobil melaju dan menyatu dengan jarak yang jauh dari sorot mata.
Dirinya telah pergi, meninggalkan tanah kelahiran dan menjejakkan kaki pada negara yang jauh.
Dan kini nama Kita Shinsuke hanya akan berbaur dengan memori yang telah berakhir.
· · · ・ • 𓆩♡𓆪 • ・ · · ·
Dari tempatku berpijak, ada puluhan insani yang meninggalkan tapak tilas dalam langit temaram di Kota Paris. 'Pemandangan romantis', itulah yang aku ucapkan kala menginjakkan kaki pada kota ini. Segala pelosok metropolitan tak pernah mati, nuansa romansa akan terus menjaga kota ini. Dan aku jatuh hati dengan keindahannya.
Jemariku menangkap benda tebal yang mengalung pada leherku, peranti fotografis dengan cepat menangkap potret menara legendaris—Eiffel yang menjadi pusat perhatian dari negara Perancis. Selepasnya jemariku menekan layar dari kamera, menilik dan memastikan hasilnya.
Sejak beberapa hari sebelumnya, aku telah mengunjungi beberapa wilayah negara Perancis dan mengabadikan seluruh panorama dalam kamera. Hatiku melonjak menerjang harsa melihat hasil-hasil potret, menurutku semuanya indah.
Syaraf-syaraf wajahku tertarik, utamanya pada ujung bibir hingga berakhir membentuk sebuah senyum.
Kuperhatikan detail dari foto yang terakhir kupotret, jemariku mengutak-atik layar, membesarkan layar dengan senyum yang tak lekas hirap. Hingga akhirnya diriku tersentak dengan salah satu kenampakan yang telah kupotret.
KAMU SEDANG MEMBACA
𖥔 𝐅𝐋𝐔𝐅𝐅 𝐖𝐄𝐄𝐊 ۪ ⊹ ˑ 𝗵𝗾
Fanfiction─┄ 𝐏ungut 𝐏roject 𝐏resent ࣪ ˖ 「 𝓔 」❝ Love, it is life; love, it is sight; love, is to be. ❞ This book was written entirely by @R-EVERIE, all character are belongs to Haruichi Furudate.