Kata orang-orang, Bokuto Koutarou adalah entitas manusia yang tak dapat dipahami dari segala sudut pandang.
Namun sebenarnya tidak.
Memang kepribadiannya yang bombastis dan dramatis tidak menutup kemungkinan tingginya probabilitas dirinya menjadi sosok yang teramat emosional, layaknya seorang anak kecil jika mengalami perubahan suasana hati, sehingga sulit untuk orang lain memahami dirinya. Tetapi dia selalu menjadi sosok yang adil, baik, dan ekspresif begitu membentuk pola interaksi pada waktu tertentu, membuat presensi lawan merasa bahwa Bokuto Koutarou ini bukanlah sosok yang teramat buruk.
Sejauh ini hanya hal itu yang bisa aku deskripsikan tentang dirinya.
Seperti saat ini dengan bilah pipi memerah alami, dan seutas senyum pada birai yang lebar nan tulus saat aku membukakan pintu. Mataku menalaah torsonya yang melipat kedua tangan di sebalik punggung kekarnya.
Kejutan apa lagi yang akan dia berikan padaku?
Sementara itu di sana dia masih tersenyum, kemudian sekilas dapat kudengar kekehan tepat darinya. Kulihat ada kepulan uap yang keluar dari bibirnya, mengingat laporan cuaca pada berita yang disiarkan, temperatur suhu perlahan menurun di sebagian daratan Jepang. Musim dingin kali ini terasa lebih cepat menyebar ibarat tak sabar memenuhi daratan pada bumi manusia dengan saljunya.
Lantas aku meneriakinya dari ambang pintu, "Kakak! Cepat kemari!"
Titahku menjadi pembuka pembicaraan antara kami. Tepat selepasnya dia berlari, menerobos asal pada salju-salju yang memenuhi alas berinjaknya.
Kak Koutarou masih bertahan dengan lengkuk pada birai, kini berdiri tepat di hadapanku sebelum akhirnya menangkap tanganku pada salah satu tangan sang dominan. "Aku rindu kamu!" ujarnya.
Terbesit satu inisiatif dari anganku, syaraf-syaraf tanganku tertarik tatkala lengan merentang, merangkup Kak Koutarou. "Sangat rindu atau hanya rindu?" tanyaku berniat menggoda.
"Sangat sangat sangat sangat rindu!" Kendati berkata demikian, Kak Koutarou beringsut mendekat, membalas dekapan.
Gemas. Tawa lepas begitu saja dari bibirku begitu Kak Koutarou memberi tanggapan selayaknya tadi. Aku akui memang valid kala orang lain mengatakan tingkah Kak Koutarou sama seperti tingkah anak kecil.
Dan itulah salah satu hal manis yang aku cintai dari seorang Bokuto Koutarou.
"Masuk dulu, kak. Pasti kakak kedinginan, malam-malam seperti ini mengunjungi rumahku."
"Bukan masalah besar, deng! 'Kan jarak rumah kita tidak jauh!"
Dia, yang kini mendudukkan diri di sofa dan masih melipat satu tangannya di sebalik punggung, terdiam sejenak sembari menelaah langit-langit ruangan.
Hal yang biasa memang bagiku bila mengetahui Kak Koutarou diam seperti ini, namun anganku merapalkan pertanyaan.
Kali ini Kak Koutarou menginginkan apa?
KAMU SEDANG MEMBACA
𖥔 𝐅𝐋𝐔𝐅𝐅 𝐖𝐄𝐄𝐊 ۪ ⊹ ˑ 𝗵𝗾
Fanfiction─┄ 𝐏ungut 𝐏roject 𝐏resent ࣪ ˖ 「 𝓔 」❝ Love, it is life; love, it is sight; love, is to be. ❞ This book was written entirely by @R-EVERIE, all character are belongs to Haruichi Furudate.