Selamat Datang Dunia

1.7K 312 13
                                    

Kalian benar-benar brengsek! Bajingan!"

"Kamu benar-benar bajingan Mahesa. Benar dugaanku. Pelacur kecil ini ternyata duri di keluarga kita. Biar aku bunuh pelacur tak tahu diri seperti dia!"

"Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat kamu tidur dengan dia, kau suruh aku tenang? Ke mana otakmu!"

"Sia-sia aku bersikap baik kepadanya demi Rico. Tapi dia justru menikam dari belakang. Setelah dia merayu Rico kini dia merayumu.

"Betapa menjijikkannya kamu. Rico harus tahu ini semua. Rico harus tahu agar matanya tidak terlalu lama buta. Pelacur yang dibangga-banggakannya ternyata selain tidur dengannya juga tidur dengan ayahnya. Kurang ajar sekali kamu Mahesa. Kalian akan menerima akibatnya."

"Keluar dari sini. Aku akan menemui Rico. Dia harus tahu jika pelacur itu juga sudah tidur denganmu."

"Kenapa? Kamu takut? Kamu takut tak bisa meniduri pelacur kecilmu itu lagi?"

"Persetan dengan semua itu. Kamu pembohong. Kali ini aku benar-benar terkecoh. Dia tidak hanya mengambil Rico tapi kamu juga. Bagaimana mungkin kalian menidurinya."

Kalimat-kalimat itu terus menerus terdengar di telinganya. Suara seorang wanita yang tengah bertengkar dengan seorang pria. Mungkin lebih tepatnya seorang wanita yang murka pada suaminya. Entah suara siapa itu. Bahkan saat mendengarnya saja tubuhnya seolah menggigil ketakutan.

Ia seolah merasa jika tuduhan-tuduhan dan semua kalimat wanita itu tertuju kepadanya. Kalimat yang menunjukkan betapa murkanya sang istri kepada suaminya atas perselingkuhan yang dilakukannya.

Perselingkuhan yang begitu mengerikan karena wanita itu menyebutkan jika gadis yang berselingkuh itu selain tidur dengan sang anak juga tidur dengan suaminya. Betapa brengseknya mereka.

Pria itu berusaha membuka mulut. Ingin bertanya siapa pria brengsek yang wanita itu maksud. Mungkin ia bisa membantu wanita itu meskipun ia juga tak tahu akan membantu untuk melakukan apa. Namun, tak ada apapun yang keluar dari mulutnya. Pria itu hanya mampu berucap tanpa satu kata pun keluar. Ia berusaha. Terus berusaha. Namun, semuanya tetap sama. Wanita yang masih terdengar murka itu sama sekali tak bisa mendengarkannya hingga ia pun kelelahan mencoba dan kembali jatuh tak ingat apa-apa.

***
"Kamu masih bisa mengandalkan saya."

"Sebagai apa?"

"Sebagai sandaran hidup kamu. Orang yang bisa kamu ajak berbagi, yang bisa menjaga dan melindungi kamu."

"Sebagai apa? Sebagai apa, Om?!"

"Rico mencintai kamu, Yang."

"Tapi saya mencintai ayah Rico."

***

"Om kok di sini?"

"Mau memastikan kamu baik-baik saja dan siap menghadapi dosen penguji kamu,"

"Makasih banyak, Om. Kedatangan Om sangat berarti bagi saya."

***

"Bangun Mahesa... Tolong bangun. Jangan tinggalkan aku. Cepatlah buka matamu. Berikan senyummu."

"Kamu harus bangun. Kamu harus sembuh. Kamu harus kuat. Jangan biarkan aku sendirian menghadapi ini semua. Kamu pernah berjanji aku bisa mengandalkanmu, bukan? Menjadi sandaranku. Tempat aku mencari perlindungan. Kali ini aku butuh semua itu. Aku menagih janjimu. Aku membutuhkanmu. Bangunlah. Aku mohon."

"Aku mencintaimu, segeralah bangun dan buka matamu."

###

Pria itu perlahan berusaha membuka mata. Namun rasa lelah dan mengantuk luar biasa menyerangnya. Ia tak tahu apa yang terjadi pada dirinya hingga sengatan rasa sakit yang teramat sangat terasa di tubuhnya.

The Pursuit of Perfection 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang