Warning!
Cerita ini berpotensi mengandung racun dan tidak sesuai untuk anak di bawah umur.
Pastikan kalian sudah berusia cukup dewasa dan bijak dalam memahami sebuah cerita.
Apapun yang dipikirkan setiap tokoh tidak mewakili pikiran penulisnya.
Selamat membaca dan silakan berikan vote atau komen positif.
###
Degup jantung pria itu makin menggila. Tubuh pasrah gadis dibawah himpitannya membuatnya tak mampu mengendalikan diri. Napasnya terengah bersahutan dengan gadis cantik yang---sesekali merintih dan mendesah pelan--- berada di bawah kuasanya itu. Waktu seolah bergerak begitu cepat hingga tanpa ia duga beberapa saat kemudian terdengar suara pintu berdebam begitu keras diiringi teriakan seorang wanita. Wanita yang suaranya begitu ia hafal.
Pria itu seketika membeku, memejam. Ya Tuhan. Terkutuklah dirinya. Ia telah menyakiti dua orang wanita secara bersamaan. Istrinya dan gadis yang saat ini ikut membeku di bawah tubuhnya.
Gadis itu mendongak menatapnya dengan raut pucat ketakutan. Untung saja ia segera menguasai diri. Nafsu yang beberapa saat lalu membumbung tinggi lenyap seketika. Ia seketika meraih selimut yang bisa ia jangkau lalu membungkus tubuh gadis dibawahnya.
"Kalian!" Teriakan itu kembali terdengar. "Kalian benar-benar brengsek! Bajingan!"
Pria itu bangkit perlahan tanpa suara kemudian mengenakan pakaiannya kembali. Lalu tak lama kemudian ia mendekati gadis yang masih meringkuk ketakutan dan memberikan pakaian gadis itu.
"Pakai pakaianmu di kamar mandi," ucap pria itu pelan. Membuat gadis itu bangkit dari ranjang lalu membungkus tubuhnya dengan selimut menuju kamar mandi.
"Kamu benar-benar bajingan! Benar dugaanku. Pelacur kecil ini ternyata duri di keluarga kita. Biar aku bunuh pelacur tak tahu diri seperti dia!" teriak wanita itu lagi dengan nada penuh emosi. Namun, suara sang pria terdengar menenangkan.
"Tenangkan emosimu, In."
"Tenang kamu bilang!? Dengan mata kepalaku sendiri aku melihat kamu tidur dengan dia, kau suruh tenang? Ke mana otakmu!?"
"Sia-sia aku bersikap baik kepadanya demi Rico. Tapi dia justru menikam dari belakang. Setelah dia merayu Rico kini dia merayumu. Aku tidak akan membiarkan ini terjadi. Kamu benar-benar menjijikkan. Kalian berdua benar-benar hewan. Apalagi kamu," tunjuk wanita itu pada gadis yang sudah keluar dari kamar mandi. "Setelah kamu tidur dengan Rico sekarang dengan ayahnya juga. Biadab sekali! Sudah berapa banyak pria kaya yang kamu rayu dengan wajah sok polosmu itu. Berpura-pura hidup melarat demi mendapat simpati dari orang lain. Toh ujung-ujungnya kamu menjual diri."
Gadis itu seolah dihantam begitu keras saat mendengarkan kata-kata si wanita. Ia memucat, tak mungkin membalas ucapan wanita itu karena apa yang dia ucapkan tak sepenuhnya salah meskipun tak bisa dikatakan seratus persen benar.
"In, Maafkan aku. Semua ini salahku." Pria itu menyela.
"Memang kamu yang salah!" Wanita itu melotot. Kedua tangannya saling remas di depan. Seolah-olah hendak melumatkan apa saja di hadapannya. Lalu, karena tak mampu mengendalikan dirinya lagi, tangannya melayang menampar dan memukuli sang suami berulang kali.
"Kalian berdua yang salah. Sekarang keluar kamu dari tempat ini dan jangan pernah kembali atau bahkan menunjukkan batang hidungmu lagi." Wanita itu menunjuk wajah si gadis. Tak puas dengan hal itu, ia berderap cepat menghampiri. Meraih rambut panjang gadis itu yang terurai berantakan lalu menariknya dengan begitu kuat, mendekat pada wajahnya. Membuat si gadis meringis kesakitan.
"Kamu adalah lalat dalam rumah tangga saya. Jadi menyingkirlah sekarang juga atau kamu akan tahu akibatnya!" Tak puas hanya menarik rambut si gadis, wanita itu bahkan mendaratkan tamparan keras di wajah. Membuat sang suami seketika melepaskan tangan sang istri dari rambut gadis itu. Lalu berusaha menjauhkan mereka berdua.
"Jangan seperti ini, In. Kita bicarakan baik-baik."
"Tidak ada kata baik-baik di sini! Kamu bahkan lebih membela dia!"
"Aku tidak membela siapapun."
"Betapa menjijikkannya kamu. Rico harus tahu ini semua. Rico harus tahu agar matanya tidak terlalu lama buta. Pelacur yang dibangga-banggakannya ternyata selain tidur dengannya juga tidur dengan ayahnya. Kurang ajar sekali kamu!" Indriana kembali mengamuk. Kali ini wanita itu kembali memukuli sang suami lalu tak lama kemudian wanita itu menghentikan aksinya.
Dengan napas terengah-engah wanita itu menunjuk si gadis dan suaminya. "Kalian akan menerima akibatnya!" Setelah mendorong tubuh gadis itu hingga terjerembab ke belakang, Si wanita berlari keluar ruangan sang suami.
Seolah tersadar, pria itu mengejar sang istri dengan tergesa setelah sebelumnya membantu gadis yang memucat itu untuk berdiri. Ternyata di ruangan di depan kamar pria itu sudah ada beberapa orang yang berkumpul di sana. Terlihat takut-takut untuk mendekat. Namun, juga penasaran ingin tahu apa yang telah terjadi.
Wanita itu tak membuang kesempatan saat dilihatnya beberapa orang berada di depan ruang pribadi suaminya. Ia menunjuk satu persatu orang yang ada di ruangan itu. "Kalian semua brengsek! Menutupi ulah bejat mereka! Saya akan membuat perhitungan dengan kalian semua!" Lalu setelahnya wanita itu menuruni tangga. Membuat semua orang semakin kebingungan apalagi saat sang suami keluar kamar berlari mengejar istrinya.
"Prita, saya titip dia di dalam," ucap pria itu saat dilihatnya salah satu bawahannya ada di antara orang-orang yang berkumpul di tempat itu.
Pria itu menuruni tangga dengan cepat lalu menyeberangi lobi kemudian berlari menuju area parkir di depan kantor. Sejenak ia kebingungan mencari mobil istrinya diparkir di sebelah mana. Namun, setelah mengedarkan pandangan dan melihat sang istri menghampiri mobil yang diparkir di dekat pintu keluar, pria itu menyusul. Pria itu menyentak gagang pintu secepat yang ia bisa sebelum sang istri sempat mengunci mobilnya.
"Kamu mau ke mana, In? Kita bicarakan hal ini baik-baik. Jangan pergi begitu saja. Atau kita pulang ke rumah saja sekarang? Biar aku yang menyetir. Aku akan pindah ke situ." Pria itu berusaha menenangkan istrinya. Namun, gelengan yang ia dapat.
"Keluar dari sini! Aku akan menemui Rico. Dia harus tahu jika pelacur itu juga sudah tidur denganmu."
"Aku tidak tidur dengannya. Aku bersumpah." Sang suami berucap dengan penuh keyakinan. Membuat sang istri terbahak lalu menghidupkan mobil kemudian melesat di jalanan.
"Berhenti, In. Jangan lakukan ini. Sangat berbahaya."
"Kenapa? Kamu takut? Kamu takut tak bisa meniduri pelacur kecilmu itu lagi?" Wanita itu tersenyum mengejek.
"Demi keselamatanmu, In. Keselamatan kita."
"Persetan dengan semua itu. Kamu pembohong. Kali ini aku benar-benar terkecoh. Dia tidak hanya mengambil Rico tapi kamu juga. Bagaimana mungkin kalian menidurinya." Jeritan wanita itu memenuhi mobil.
"Maafkan aku, In. Aku salah. Tapi berulang kali aku katakan. Aku tidak menidurinya. Tidak juga Rico. Aku tahu bagaimana anakku."
"Kalian telanjang di atas ranjang. Lalu apa lagi!?"
###
Ditulis, Maret 2022
Publish 28062022POP 1 (the pursuit of perfection 1) bisa diakses di google playstore dan karya karsa Nia Andhika.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pursuit of Perfection 2
RomanceSetelah berbagai kerumitan yang ia jalani bersama pria sempurnanya berakhir tragis, Mayang akhirnya pergi. Pergi menata kembali hidupnya dan meraih kesuksesannya. Dua tahun kemudian Mayang mendapatkan apa yang ia impikan. Masa depan cerah dan harapa...