02 - Masalah

73 11 9
                                    

Gilang memarkirkan mobilnya di depan sebuah sekolah yang merupakan sekolah Steve. Libur natal dan tahun baru telah usai, Steve dengan semangat menyambut hari pertamanya bersekolah di tahun yang baru ini.

Gilang melambaikan tangannya dari dalam mobil kepada Steve yang sempat berbalik dan melambaikan tangannya juga dengan riang. Setelah Gilang memastikan Steve sudah memasuki area sekolah, ia melajukan mobilnya menuju rumah.

Tidak seperti Steve yang bersemangat, Gilang tampak banyak pikiran. Suratnya dari Farhan dan undangannya untuk datang ke acara reuni itu masih memenuhi kepalanya--juga tentang si pengirim syal hijau itu. Gilang rindu mereka semua.

Sesampainya di rumah, ia melihat Ely yang tengah bersantai sambil menonton televisi. Di depannya ada hadiah dari Indonesia. Gilang cukup terkejut karena barang-barang itu ia letakan di gudang dengan niat awal tidak ingin bertemu mereka. Gilang tidak berani menampakan diri di depan mereka setelah menghilang begitu saja--walau mereka juga pasti merindukan Gilang. Namun, sepertinya memang Gilang harus menyelesaikan urusannya dengan semua hubungannya di Indonesia.

"Pergi saja," kata Ely

"What do you mean?" tanya Gilang

"Apa kamu sekarang tidak mengerti bahasa Indonesia? Aku saja makin jago," sombong Ely

"I mean. Kenapa kamu tiba-tiba minta aku pergi?"

"You miss them, right? Temui mereka."

"Lalu kalian?"

"Aku dan Steve akan ikut! Lagi pula cuma beberapa hari 'kan? Anggap saja liburan yang terlambat."

Gilang tertawa kecil. Ely terlihat bersemangat dan tidak merasa khawatir sama sekali. Masalah itu juga setidaknya tidak akan datang dalam waktu dekat ini. Apa yang sebenarnya dirinya khawatirkan?

"Dan soal Irma... selesaikan urusanmu dengannya."

Menyinggung soal Irma, sepertinya kini Gilang tahu apa yang ia khawatirkan--kehadirannya. Apakah kehadirannya akan diterima oleh Irma? Setelah ia pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun. Meninggalkan Irma dengan semua tanda tanya tentang kepergiannya.

Ely yang melihat perubahan ekspresi Gilang kemudian menenangkan, "Hei, dia mengirimkan hadiah. She's waiting for you."

"Thank you, Ely." Ely tersenyum mengangguk.

Terserah lah kehadirannya diharapkan atau tidak. Gilang akan menggunakan kesempatan ini untuk memberikan perpisahan yang layak untuk Irma dan teman-temannya. Ia tidak tahu harus berapa lama lagi menetap di negara ini.

.
.
.

Acara reuni itu masih 2 minggu lagi, tapi Gilang ingin tiba lebih awal dan bertemu sahabat-sahabatnya sebelum pergi ke acara reuni tersebut. Jadi dia sudah mulai bersiap. Ely juga terlihat sangat semangat. Ini pertama kalinya ia pergi ke Indonesia dan akan bertemu dengan orang tua Gilang--setelah sebelumnya hanya berbicara lewat telepon.

Sementara mertuanya terlihat malas-malas mengemasi barang-barangnya. Tidak mungkin Gilang meninggalkan wanita tua ini sendirian disini. Mereka tidak punya kerabat yang bisa menjaga ibu mereka selama mereka pergi.

Sebenarnya Maria juga senang diajak pergi ke Indonesia, tapi bagian tidak menyenangkan baginya adalah mengemas barang yang harus dibawa dan perjalanan menuju kesana. Maria tidak suka melakukan pekerjaan apapun selain memasak. Tidak satupun. Jika saja dunia ini memiliki teknologi teleportasi, Maria pasti sudah menggunakannya.

"Mom, are you happy?" tanya Ely

"Of course! But..." Maria melihat anak dan menantunya dengan tatapan penuh makna, memberi kode agar ia tidak perlu mengemas barang-barangnya sendiri.

Irama Dalam Hutan || Gilang UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang