01

1.7K 137 31
                                    

WARNING : Cerita ini sedikit mengandung unsur agak dewasa 18+ seperti kesadisan dan beberapa hal vulgar, mohon bijak dalam membaca!! Terimakasih 🙏


                                             ||


"HUWAAAAAA.."

Gadis kecil itu menangis ketakutan. Menyaksikan pemandangan yang terjadi di depan matanya. Darah kedua orangtuanya, kakeknya, pamannya serta semua orang terdekatnya di rumah ini berceceran di mana-mana. Seorang pria kejam datang menghabisi semuanya di saat ia sedang tertidur lelap di malam hari sebelum ia mendengar jeritan suara wanita yaitu ibunya, dan terhenti seketika itu juga saat pedang menancap menembus dadanya.

"O.. Okaa-san huwaaaaa"

tangis gadis mungil itu menyadari semuanya. Pembunuh bertopeng misterius itu berganti mendekatinya yang sudah ketakutan, kini yang bersisa benar-benar hanyalah dirinya seorang.

Hanabi kecil memejamkan matanya menunggu giliran pedang pria itu menghunusnya juga. Namun yang ia rasakan hanyalah sebuah tangan hangat yang mengangkat tubuh mungilnya. Menggendongnya keluar dari kediamannya entah kemana.

                                             🍁

Setidaknya itulah yang Hanabi ingat kelakuan pria berambut merah yang tengah makan bersamanya di meja makan hadapannya.

Hanabi membecinya.

Kejadian 10 tahun yang lalu itu masih mengiris hatinya. Mengingat pria di hadapannya dulu telah membantai habis keluarganya tepat di hadapannya. Ia bahkan masih bertanya-tanya atas insiden itu. Namun ia belum pernah menemukan jawabannya, karena ia memang tak pernah berani menanyakan itu.

"Kau tidak pergi latihan hari ini?"

Tanya pria berambut merah berusia 30 an dihadapannya itu karena merasa diperhatikan. Meskipun sudah berusia kepala 3 namun aura tampan juga mengintimidasinya tetaplah menawan dan tidak berubah. Hanabi akui rupa Hanzo tidaklah buruk seburuk kelakuan bejatnya dulu.

"Uhm.. tentu saja Oji-san. Aku akan pergi setelah menghabiskan makananku dulu"

"Jujur aku lebih suka kau memanggilku Onii-chan seperti waktu kecilmu dulu" ucap Hanzo sambil menyalakan pemantik api di ujung rokoknya, kemudian ia beranjak hendak pergi.

"Daripada Oji-san rasanya aku sudah tua saja" sambungnya lagi kemudian menghilang di balik pintu keluar.

Hanabi hanya terdiam sambil menghabiskan makanannya. Pamannya telah pergi berangkat ke kantor perusahaan tempatnya bekerja. Dan ia ada jadwal latihan bela diri hari ini.

Hanzo sepertinya tidak pernah berpikir, bahwa Hanabi mengikuti pelatihan bela diri di sebuah perguruan ninja ialah tidak lain dan tidak bukan ia akan membalaskan dendamnya. Pembunuhan keluarganya tak akan pernah ia maaafkan.

Walau sudah jelas hanya dirinyalah yang Hanzo biarkan hidup bahkan merawat dan menghidupi dirinya, namun sampai saat ini ia belum pernah tau alasan pria itu melakukannya. Yang Hanabi tau ia membencinya . Selama ini ia hanya berpura-pura patuh pada Hanzo demi nyawanya jikalau ia membangkang. Namun ia kini sudah dewasa, tinggal menunggu ia lebih kuat hingga tiba saatnya menemukan kesempatan untuk membalaskan dendamnya.

Hanabi menyelesaikan makanannya. Membereskan semua peralatannya kemudian bersiap berangkat ke perguruan ninja tempat ia berlatih.

Ia sengaja berjalan kaki menuju tempat itu tanpa menggunakan jasa sopir pribadi di rumahnya. Sengaja agar ia lebih sehat dan kuat. Selama ini tujuan hidupnya hanyalah ingin lebih kuat.

Silly Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang