05

855 95 14
                                    

Matahari mulai terbenam, menunjukkan keindahan senjanya. Kedua sejoli itu pergi ke tujuan akhir mereka yaitu ke mall untuk makan malam setelah seharian pergi ke berbagai tempat wisata yang ternyata tidak hanya kebun binatang saja.

Hari ini benar-benar menyenangkan. Hanabi bercerita panjang lebar tentang apa-apa hal menakjubkan yang dilihatnya. Sementara Hanzo menjadi pendengar setia dan memberikan respon secukupnya yang ia bisa.

Setibanya di salah satu restoran mall pilihan Hanabi, mereka duduk mengambil posisi ternyaman di samping sisi jendela. Sambil menunggu pesanan tiba mereka berbincang-bincang tentang serunya acara jalan-jalan hari ini. Dan sungguh itu adalah pertama kalinya bagi mereka menghabiskan waktu bersama. Sesekali Hanabi tertawa ceria ketika Hanzo mengatakan hal-hal yang lucu. 

Namun hingga tibalah pada sebuah pembicaraan dimana Hanzo sepertinya sedang tidak bercanda dengan apa yang ingin ia bicarakan.

"Hanabi"

Panggil Hanzo.

"Ya"

Seorang pelayan datang membawakan pesanan mereka. Hanzo menghela nafas sejenak layaknya ada iklan yang lewat. Sementara Hanabi langsung menyeruput minuman pesanannya.

"Menurutmu..  selama ini kau memandangku seperti apa?"

Hanabi mendongak dari jusnya melihat Hanzo sekilas.

"Tentu saja keluarga ku"

"Keluarga?"

"Ya"

Hanabi kembali menyeruput jusnya, setelah selesai membasahi kerongkongannya ia kembali fokus menghadap pada lawan bicaranya.

"Kau sudah kuanggap seperti ayahku, pamanku, ataupun juga kakak laki-laki ku. Kau sudah merawatku, melindungiku, memberiku tempat tinggal, menyekolahkanku, memenuhi biaya hidupku, memberiku uang saku.. kau sangat baik seperti seorang keluarga"

"Keluarga ya"

Hanzo tertawa kecil sarkastik mengacak-acak rambutnya sejenak. Ia menghela nafas panjang seakan jawaban Hanabi bukanlah yang ia inginkan namun itu bukanlah salah Hanabi.

Hanzo menautkan kedua tangannya di atas meja dan menopang dagunya. Menatap lurus Hanabi yang duduk di depannya.

"Tak pernahkah kau memandangku sebagai laki-laki"

"Laki-laki? Tentu saja sudah jelas kau laki-laki siapa yang mengatakan kau banci"

Hanzo menghela nafas lagi.

"Bukan.. bukan laki-laki seperti itu yang kumaksud. Tetapi pernahkah kau memandangku seperti kau memandang Haya--"

HANABIII


Sebuah suara melengking yang memekakkan telinga memanggil nama Hanabi. Spontan Hanabi langsung menoleh dan heboh ketika tau siapa pemilik suara itu berlari mendekati meja mereka.

"WANWAN!!"

Hanabi berdiri senang dan langsung dihambar pelukan oleh gadis yang bernama Wanwan itu.

"Kau ada disini juga rupanyaaa"

"Ah iya kebetulan sekaliii"

"Aku baru saja tiba di Tokyo hari ini"

"Wah senangnyaaaa"

KYAAAAA

Kedua gadis itu heboh sendiri saking senangnya. Sementara di sisi lain seseorang pria berambut merah hanya bisa memijit keningnya. Benar-benar merusak suasana.

Dan untuk beberapa waktu selanjutnya perhatian Hanabi benar-benar hanya untuk Wanwan seorang. Hanzo telah terabaikan dan ia hanya bisa menjadi pendengar pembicaraan konyol khas para perempuan itu. Seperti apakah Hanzo tak mengajak Ling juga. Dari dulu Wanwan sangat menyukai asistennya tersebut sejak pernah mengantarkan Hanabi ke sekolah.

Terserah kalian saja

Matahari sudah terbenam menunjukkan waktu malam namun tidak terlalu larut malam. Ketiga orang itu masih berjalan bersama melihat-lihat isi mall setelah selesai makan malam.

Ditengah asyiknya Hanabi dan Wanwan bercerita tentang masa-masa sekolah mereka dulu, tiba-tiba mal mengalami mati lampu. Semuanya mendadak menjadi gelap. Para pengunjung diminta untuk tetap tenang oleh para pegawai keamanan.

Tak membutuhkan waktu yang lama ternyata lampu sudah dapat kembali menyala. Hanabi yang awalnya ada di dekat Wanwan langsung mendekat dan menggandeng lengan Hanzo ketakutan.

"Oji-san aku takut. Ayo kita pulang"

Hanzo menatap tajam ke arah Hanabi.

Ia melepas kasar tautan tangan gadis itu dari lengannya dan langsung menarik bagian leher gaun Hanabi. Wanwan yang menyaksikan aksi kasar Hanzo pada sahabatnya itu tak bisa tinggal diam. Ia langsung mendekati mereka mencoba untuk melepas cengkeraman Hanzo sebelum pria itu mengeluarkan pemantik api nya. 

Begitu pemantik diayun keluarlah besi tajam yang tiba-tiba memanjang.

Sebuah pedang

Wanwan berteriak tidak bisa percaya dan ketakutan, Hanzo sudah kehilangan akal sehatnya. Para orang-orang yang melintas seketika berhenti melihat apa yang terjadi. Beberapa ada yang berteriak memanggil petugas keamanan.

"Aku tidaklah bodoh"

SRAATTT

Hanzo menebas cepat tubuh gadis yang ada di hadapannya

AAAAAAAAAAAAA


Para pengunjung sekaligus Wanwan berteriak histeris tidak tega atas apa yang mereka lihat. Namun diluar dugaan bukan darah yang keluar dari tubuh Hanabi yang terbelah itu. Melainkan debu hitam yang berubah menjadi asap hitam dan perlahan menghilang.

Para petugas keamanan yang dipanggil baru saja datang dan mereka tak menemukan ada korban yang jatuh manapun. Satu hal yang membuat Hanzo langsung menyadari hal itu adalah Hanabi tak lagi memanggilnya Oji-san semenjak hari dimana gadis itu mencoba membunuhnya. Dengan cepat Hanzo segera menatap tajam ke seluruh penjuru sekeliling isi Mall. Mencari-cari sesuatu yang hanya ia yang bisa memahami. Tatapannya tertuju pada salah satu dinding kaca di lantai 8 mall itu. Terdapat 2 orang petugas bermasker hitam membawa sebuah karung hitam yang ukurannya cukup untuk sebesar manusia.

"Itu dia!!!"

Tidak terima Hanzo langsung melompat dari satu benda ke benda lain yang bisa ia pijak lalu memanjat cepat dari lantai ke lantai untuk sampai di lantai 8. Aksi itu bukanlah hal yang bisa dilakukan oleh sembarang orang.

Kedua orang petugas itu begitu menyadari aksi mereka telah ketahuan seketika itu juga menjebol dinding kaca mall hanya dengan sekali tinjuan. Tanpa basa-basi mereka langsung kabur melalui jebolan kaca itu. Hanzo ikut melompat keluar mengikuti mereka. Hanzo tau mereka juga bukanlah orang biasa, melainkan seorang ninja juga.

Ketiga orang itu berkejaran gesit dari atap ke atap dibawah sinar bulan purnama yang masih belum terlalu tinggi. Hingga sampai di sebuah pohon yang menjulang tinggi melebihi pohon-pohon yang lain dan bangunan apapun di sekitarnya,  kedua ninja yang menyamar itu menghilang menjadi abu begitu memasuki rerimbunan daun pohon tersebut.

Sial

Hanzo kehilangan jejak mereka. Ia mengusap wajahnya kesal. Sebuah daun kering yang berbeda dari daun yang lain jatuh tepat di atas kepalanya.

Bawa pedang itu sebelum Purnama penuh, atau dia yang akan berdarah penuh.

"Cara rendahan" 

Umpat Hanzo begitu membaca isi guratan tinta yang tertulis di atas daun kering tersebut. Seketika pria itu  langsung meremas daun kering itu hingga benar-benar hancur. Akakage Shadow baru itu menggunakan cara rendahan seperti ini hanya untuk mengancamnya.

"Hanabi, tunggulah"

Silly Girl ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang