alright another chapter
[]
Roseanne menangkup kan kepala dengan kedua tangannya. Menatap Jennie dengan pandangan tidak percaya. Sedangkan yang di tatap hanya tersenyum lembut.
"Lantas bagaimana keadaan papah Jennie-ssi?" Roseanne bertanya dengan hati-hati.
"Papah sudah tiada, keputusan hakim adalah memberikan hukuman mati pada papah" Lirih, suara itu sangat lirih.
"Maaf saya tidak bermaksud" Roseanne menarik Jennie kedalam pelukannya.
Jennie menangis di dekapan Roseanne. Sungguh jika kalian mendengar nya, suara tangisan itu sangat lirih. Terlalu mengayat hati, Roseanne tidak berhenti mengelus pelan punggung yang bergetar itu.
"Jennie-ssi, sekarang saya sudah mengerti. Itu benar-benar tidak adil bagi Jennie-ssi" Ucap Roseanne pelan.
"Jangan di balas, aku sudah iklas Rosie" Jennie seolah mengerti arah pembicaraan Roseanne.
Roseanne menggelengkan kepalanya, tidak setuju ; bagaimana pun itu Jennie harus mendapatkan keadilannya sendiri — walaupun Roseanne sangatlah tau hukum itu tumpul.
Cuupphhh
Satu kecupan mendarat di pipi mandu Jennie. Roseanne mengusap air mata Jennie, air mata Jennie terlalu berharga.
"Maaf, sudah membuka luka lama di hati Jennie-ssi" Roseanne berkata pelan.
"Tidak Rosie, bukankah bagus jika kita saling membuka diri" Jennie tersenyum.
"Tapi, aku juga cemburu. Aku juga bisa dance, tidak hanya Vanessa saja yang bisa. Perlukah aku dance saat sidang besok? Untuk menberikan semangat" Ada kekehan kecil yang terdengar.
Roseanne menyesap kopi nya, menikmati angin malam ; yang entah kenapa rasanya sangat sempurna. Pikirannya tenggelam tentang Jennie, bagaimana bisa gadis itu sekuat ini sekarang setelah apa yang sudah terjadi.
"Sudah bertahun-tahun saya mendalami ranah hukum, tapi entah kenapa rasanya saya tidak percaya ternyata hukum sehancur itu" Roseanne menatap Jennie.
"Tidak apa, tapi aneh rasanya. Aku mungkin sudah mengenalmu terlebih dahulu. Tapi, bagaimana bisa aku tidak mengetahui pekerjaan mu" Roseanne mengangguk setuju.
"Mungkin dulu kita bertemu hanya saat aku mengunjungi Jisoo" Balas Roseanne, Jennie mengangguk.
Roseanne dan Jennie menghayati suasana mereka saat ini. Setelah bercerita tentang diri sendiri, rasanya menjadi sangat melegakan. Roseanne dan Jennie sudah membuat komitmen.
Roseanne berdiri, sedikit meregangkan badannya — wajar saja sudah 3 jam mereka duduk disana. Jennie memperhatikan dengan seksama, manusia tinggi di depannya penuh dengan pesona. Rahangnya, hidung mancung nya, bibir tebalnya, dan jangan lupa rambut blonde yang membuatnya semakin menawan.
"Bagaimana jika kita makan malam bersama Jennie-ssi?" Roseanne mengulurkan tangannya, bersambut.
Tangan Roseanne menggenggam lembut tangan Jennie, mengelus pelan punggung tangan gadia berpipi mandu itu. Roseanne mengambil kunci mobil di atas meja, lantas menarik Jennie untuk keluar. Tidak ada percakapan setelah Jennie mengunci apartemennya kembali. Bahkan saat berada di lift sekalipun, mereka hanya berdua.
Roseanne membukakan pintu mobilnya, mempersilahkan Jennie masuk. Tindakan kecil yang sangat Jennie suka, Jennie memperhatikan Roseanne ; hobi baru Jennie saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMPTY KISS
Romancejika saja waktu bisa berputar, jika saja diriku bisa menghilangkan masa lalu ; maka sungguh akan ku lakukan. aku jatuh sedalam itu ternyata. kau mengobati ku, tapi aku justru menanam luka yang hebat