three

352 82 59
                                    

Hal pertama yang terlintas di benakku saat mulai bangun adalah hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hal pertama yang terlintas di benakku saat mulai bangun adalah hangat.

Ini adalah jenis kehangatan yang nyaman dan membuat aku semakin ingin meringkuk lebih dekat ke sumber hangat. Aku merasakan sebuah tangan melingkari pinggang dan merengkuh tubuhku.

Tunggu, ada yang aneh....

Mataku tak pernah terbuka lebar dan secepat ini. Rasa kantukku langsung hilang saat mendapati tubuhku didekap oleh Jay. Aku menatap dada bidang Jay yang tertutup kemeja biru tua.

Perlahan-lahan mataku memandang ke atas. Kancing kemeja paling atas terbuka sehingga memperlihatkan collarbone-nya yang sedikit menonjol. Aku bersusah payah menelan salivaku. Mataku menatap jakunnya, lalu dagunya, bibirnya, dan seluruh wajahnya yang terlihat tenang.

Aku benci mengakuinya, tapi dia kelihatan tampan.

Tiba-tiba telingaku mendengar derap kaki yang berjalan ke arahku. Sial, sekarang pasti sudah pagi.

Aku berusaha melepas tangan Jay, tapi justru dekapannya semakin erat. Aku bahkan bisa mencium aroma parfum mahal dari kemejanya. Darahku berdesir panas dan jantungku berdetak tidak karuan.

Jay berengsek, bangunlah. Kalau kita ketahuan sedang tidur berdua (dan dalam posisi seperti ini), aku yakin orang-orang akan salah paham.

"Jay! Bangun anjir!"

Aku menampar pipinya pelan, masih tidak bangun juga. Derap kaki itu semakin dekat, lalu ruangan ini mendadak terang. Tubuhku berontak panik, bodoh amat kalau Jay terbanting ke lantai. Akhirnya, kelopak mata Jay terbuka dan memandangiku sebal.

"Ap—"

"Bangun anjir, ada orang datang." potongku panik.

Aku terduduk dan menarik tangannya untuk bangun. Bukannya berhasil membuatnya terbangun, ia malah menarik tanganku sehingga membuatku kehilangan keseimbangan.

Aku nyaris terjatuh menimpa tubuhnya. Tangan kananku refleks bertumpu di samping wajahnya. Mata kami saling beradu. Ada perasaan aneh dari perutku dan jantung sialan ini berdetak terlalu cepat.

"Ekhemm."

Kami cepat-cepat bangkit saat mendengar dehaman seseorang. Mata Jay terbelalak, ia menelan salivanya. Sepertinya kantuknya benar-benar hilang.

"Ayah ... Jay bisa jelasin."

Sialan.

Itu ayahnya Jay?

Aku berharap badai petir dan gempa bumi terjadi saat ini juga.

———

Aroma sedap kaldu rebus menyeruak. Kami sampai di sebuah restoran Jepang yang terlihat mewah. Aku duduk di sebelah kiri Jay, dan di depan kami ada ayahnya. Nuansa Jepang dengan warna merah dan cokelat menyatu.

Stuck with You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang