two

357 83 84
                                    

Bodohnya aku mengiyakan ajakan Jay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bodohnya aku mengiyakan ajakan Jay.

Aku mengikutinya pergi ke tempat istirahat yang tepat, katanya.

Tapi siapa sangka kalau tempat yang dimaksud Jay ada di lantai tiga, lantai khusus yang menjual perabotan kamar. Penerangan semakin minim sehingga membuat jarak pandangku semakin kecil.

Ponselku kehilangan sinyalnya, pun kalau ada sinyal, mustahil untuk menelepon seseorang karena aku tidak punya pulsa maupun kuota internet. Jay tadi sempat menggerutu karena ponselnya habis baterai. Ponsel mahal memang cepat habis baterai, ya?

Di sini semua jenis dan ukuran ranjang tidur tersusun rapi. Aroma kasur baru menyeruak di indra pernapasanku.

Ruangan luas ini benar-benar sunyi, bahkan aku bisa mendengar deru napasku dan napas Jay. Belum lagi dinginnya atmosfer ruangan rasanya bisa membekukan sel-sel darahku.

Aku terbiasa melihat ruangan semacam ini ramai akan kehadiran manusia, tapi saat hanya ada aku (dan Jay), rasanya aneh. Lebih merasa takut kalau harus berlama-lama di situ. Aku pengin kabur, tapi kabur kemana kalau semuanya sudah gelap dan terkunci?

Jay berjalan menuntunku hingga sampai di sebuah ranjang empuk yang besar dan mewah. Aku menatap Jay tajam. "Mau ngapain lo?" seruku.

"Tidur lah. Gak capek lo abis banting kursi?"

Maksudnya tidur satu kasur, begitu?

Seolah bisa membaca pikiranku, Jay berkata, "Sumpah, gue gak akan ngapa-ngapain kok. Serius." ia membentuk tanda peace.

Orang sinting. Sinting. Sinting. Sinting!

"Gak, gue mau pilih kasur aja."

"Lo gak takut tidur sendirian?" Pertanyaannya sukses mengenai titik lemahku.

Aku takut kalau seandainya ada setan yang iseng tidur di sebelahku. Ya, aku memang penakut.

Aku takut kalau seandainya saat aku tertidur, lalu saat hendak memutar badanku, mencari posisi tidur yang nyaman, tapi mataku malah bertemu setan yang sedang tersenyum.

Shit.

Kalau bukan karena hantu, aku pasti akan memilih tempat tidurku sendiri.

"Awas kalo lo macem-macem. Gue jamin besoknya lo gak bakal bisa ngeliat matahari lagi." ancamku.

"Ngeri." ujarnya bernada sarkas.

Stuck with You ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang