13. Mulai Meresapi

1K 193 35
                                    

Seingat Ardhani, ia meninggalkan Bintang sendirian di depan teras rumahnya. Namun saat ia bersiap akan menemui laki-laki itu, ada punggung laki-laki lain yang duduk tepat di sebelahnya. Punggung yang Ardhani kenal karena pernah sekali bersandar penuh di sana.

Ya ampun!

Ardhani menggeleng sesaat dan terus melangkahkan kaki. Obrolan dua laki-laki yang duduk di teras rumahnya pun terhenti.

"Nitip jus ya!" teriak Aofar yang sedang mencuci vespa di halaman.

"Siap, Bang." Bintang berdiri dan mendekati Ardhani. "Udah siap? Yuk!"

Kedua mata Ardhani mencuri-curi pandang ke arah Adam yang memilih menatap halaman. "Um, bentar."

Ardhani meletakkan tas dan ponselnya di atas meja teras. Ia pun kembali berjalan masuk ke dalam rumah. Tak lama, ia keluar membawa botol minum dan menyerahkannya kepada Adam.

"Makasih jamunya."

Adam menerima botol tersebut dengan sedikit bingung. "Oh iya. Sama-sama."

"Yuk!" ucap Bintang lagi.

Ardhani meraih tasnya, lalu berjalan bersama Bintang menuju mobil laki-laki itu.

"Dhani!"

Langkah Ardhani terhenti di gerbang, sedangkan Bintang telah lebih dulu membuka pintu mobil. Adam berjalan cepat ke arahnya dan menyodorkan ponsel.

"Ketinggalan."

"Oh." Hanya itu respon yang bisa Ardhani berikan.

Adam tersenyum tipis, lalu mengedikan dagu ke arah mobil. "Ditungguin Bintang."

Ardhani menoleh Bintang yang menatapnya datar. "Makasih, Dam." ucapnya kemudian.

"Hm. Hati-hati."

.

.

"Adam sering main ke rumah kamu?"

Ardhani menoleh Bintang yang menyetir di sampingnya. "Kita tetangga."

"Sering?"

"Iya."

Bintang membelokkan mobil ke arah bangunan cafè bernuansa monokrom minimalis. "Tunggu aku kerja di sini, ya? Dua jam aja."

"Hm." Ardhani memperhatikan cafè di depannya seraya melepas sabuk pengaman. "Kamu bukannya sering ke sini, ya?"

"Kok tahu?" Bintang tersenyum sumringah.

"Sering kamu upload di sosmed."

Senyum Bintang belum luntur hingga dia berjalan menuju pintu masuk. "Aku dulu nembak Melinda di cafè ini," ucapnya seraya membuka pintu.

"Penuh kenangan berarti?"

Tawa Bintang mengalun. "Nggak juga."

Mereka berdua memesan makanan dan minuman di meja pesan. Setelah itu, Bintang kembali berjalan di depan, memilih meja yang berada di sudut ruangan. "Di sini aja, ya? Enak."

Ardhani mengangguk, lalu tersenyum tipis. "Nggak mau di meja favorit kamu dan Melinda aja?"

"Nggak ada, kali."

"Masa', sih? Biasanya orang pacaran kan punya tempat favorit."

Kening Bintang mengerut. "Kan kami LDR."

"Ups, lupa," sahut Ardhani datar.

Bintang membuka laptopnya, dan mulai memfokuskan diri dengan apa yang ia kerjakan. Sepasang alis tebalnya terbentang datar. Bulu matanya yang lentik, sesekali berkedip setiap kedua bola matanya bergerak. Dalam hitungan detik, meja yang sebelumnya penuh obrolan itu menjadi hening dan diselimuti suara ketikan jari Bintang.

SoulmateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang