Sepadan.
Antara aku dan kau yang sama-sama memutuskan berhenti. Memindahkan luka dari satu sudut ke ruangan yang lain. Mengganti air mata dengan air selokan yang kau tampung dengan tanganmu sendiri, lantas kau bagi dua denganku.
Kita tertawa. Menangis. Tertawa lagi. Seperti orang gila yang kesepian, merangkak di tengah kerumunan orang-orang yang tengah berlari.
Aku dan kau sama-sama mengantongi bom waktu yang kapan pun bisa meledak atau pun yang sewaktu-waktu akan mereda karena terlalu lama memendam perasaan busuk itu.
