1

76 6 0
                                    

Tahun ajaran baru telah dimulai sejak dua minggu lalu, sejalan dengan datangnya musim semi yang membawa kehangatan bagi jiwa. Aroma manis tercium dari embusan angin khas musim tersebut mengiringi langkahku pada pagi hari ini menuju sebuah gedung tempat menimba ilmu sebagai siswi tahun terakhir. Di mana di sana, kisah pergaulan masa-masa remajaku tengah terlukis. Dan kisah dari kasih yang sudah kupendam cukup lama, akan segera terungkap. Kupertaruhkan gejolak asmara ini. Perasaan yang tertanam di lubuk hati terdalamku akan kubuat bermekaran seperti bunga-bunga sakura yang kini menjadi sasaran pandanganku. Semoga.

Langkahku terhenti saat fokus ini beralih ke depan lagi. Mendapati seseorang yang amat kukenal datang dari arah berlawanan. Pakaiannya rapi seperti biasa. Dan pesona kewibawaannya selalu terpancar jelas mengelilingi tubuh 178 cm itu. Semakin ia mendekat dengan pandangannya yang membalasku, semakin jelas pula guratan senyum di bibirnya. Meski tipis, itu malah sudah berhasil membuatku tersenyum dengan lebar.

"Ohayou gozaimasu, Sensei!" sapaku pada salahsatu penghuni sekolah yang pertama kutemui di hari ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ohayou gozaimasu, Sensei!" sapaku pada salahsatu penghuni sekolah yang pertama kutemui di hari ini. Sosok seorang guru laki-laki. Guru yang berbeda dari guru-guru lainnya. Biar kuberi tahu dulu satu alasan pasti di antara ribuan alasan, karena guru ini adalah wali kelasku! Baik di tahun sebelumnya dan juga di tahun ajaran baru. Bukan tanpa sebab ia kembali bertugas untuk menjadi penanggungjawab kelasku. Tentu saja, itu melalui kesengajaan yang sama sekali tak bisa dirinya tolak.

"Ohayou!" balasnya santai. Ia ikut mengistirahatkan langkahnya di hadapanku. Sementara para penghuni sekolah lainnya terus berdatangan menerobos gerbang yang berada sekitar 20 meter di samping kananku. Ada yang datang sendiri, bersama kawan dan adapula yang tak sengaja berpapasan seperti kami lalu saling bertegur sapa.

"Bagaimana pagi hari Sensei?" tanyaku kembali dengan senyuman yang masih merekah sebagai perwujudan dari suasana hatiku.

"Cukup baik.." singkatnya. Sepasang mata indah dengan tahi lalat di bawah mata kanannya itu tetap memandangku, seolah menyelidik, "..dan pagi harimu.. pasti sudah sangat menyenangkan!" ia coba menebak lewat ekspresiku.

Aku mengangguk berkali-kali semakin melebarkan senyuman. Apa yang Sensei katakan itu, akurat!

"Hmmm namamu bukan hanya sekadar nama saja, tapi benar-benar melambangkan musim semi!" menyaksikan keadaanku saat ini, Sensei bisa memastikan tentang hal tersebut. Menyandingkan namaku, Haru Midori, bersama musim semi yang juga berarti 'Haru'. Dengan kanji yang sama pula maka nama margaku hanya memang memiliki satu arti itu saja.

"Karena.. musim semi selalu jadi musim terindah yang membawa seluruh harapanku." tandasku.

Sensei menimpali, "Benar! Hanya musim ini yang paling indah, juga sempurna."

"Sempurna sesuai versimu?"

"Tentu saja! Dan saya akan menyempurnakan musim semi milikmu juga setelah kau tiba di kelas." tanpa membiarkanku untuk lama-lama mengobrol dengannya, Sensei kini membuka lagi langkahnya mengikuti mereka-mereka masuk ke dalam gedung sekolah ini. Siap pada pekerjaannya.

Kanpeki na Haru, Sensei!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang