Kanpeki na Haru, Sensei!

3

Esok telah tiba. Aku sengaja datang lebih pagi ke sekolah agar rencana ini berjalan semestinya. Suasana masih cukup sepi. Baru sedikit siswa-siswi yang kulihat di loker uwabaki ini. Meski begitu aku harus tetap waspada. Langkahku sekarang tertuju pada loker milik Iwata-kun. Mengambil selembar kertas yang sudah terlipat jadi dua dari dalam tas. Isinya bertuliskan, “Aku menemukan Kartu Pelajarmu terjatuh di koridor. Jika kau ingin mengambilnya, temui aku di bawah pohon sakura samping gerbang sepulang sekolah.” tentunya tanpa kuberitahu siapa yang menulis. Yaiyalah! Kemudian kertasnya aku masukkan ke dalam loker itu melalui celah-celah. Pasti dibaca.

“Rencana bagian 1, selesai!” aku segera melangkah menjauh dari sini.

Di ruang kelas, baru ada empat orang. Kemudian waktu berlalu dan siswa-siswi lain berdatangan termasuk Iwata-kun. Selalu saja kucuri-curi pandang dalam memperhatikannya. Sejauh ini tidak ada yang berbeda walau kata hatiku telah membisiki bahwa kemungkinan besar dia sudah membaca kertas itu. Oke, tenang saja. Mari kita lihat sampai kelas berakhir nanti.

Jam makan siang, sudah tertebak bagaimana aku menjalaninya. Sekarang Sano-kun menemani Nonoka yang selalu sepaket denganku untuk memakan bento masing-masing di kantin. Untungnya mereka berdua tidak pamer kemesraan di depanku, jadi aku terhindar dari julukan sebagai ‘obat nyamuk’. Kami bertiga mengobrol hal random, sampai satu titik Sano-kun mengatakan, “Oh ya, Nonoka-chan, apa Kartu Pelajarmu aman? Kau juga Haru, bagaimana?”

“Ada kok..” jawab Nonoka yang diikuti olehku dengan jawaban yang sama.

“Soalnya tadi si ketua cerita padaku, kalau kartu punyanya hilang. Tapi katanya bakalan ketemu sama yang menemukan kartunya nanti sepulang sekolah, sih.” jelas Sano-kun.

Pikiranku langsung tertuju pada Iwata-kun. Sudah bisa diketahui siapa ketua yang pacarnya Nonoka ini maksud. Aktivitas makanku terhenti sejenak, perlahan saling pandang dengan gadis di depan yang semalam sudah kuberitahu tentang aksi ini. Seolah suara hati kami kompak mengatakan, “Itu adalah bagian dari rencanaku!”

Jangan sampai Sano-kun yang tidak tahu apa-apa jadi curiga. Kami harus tetap bersikap normal. Nonoka kembali menanggapi ucapan pacarnya, “Oh, hilang ya? Berarti nanti dia sungguh akan menemui orang itu?”

“Pasti.” timpal Sano-kun.

Ketegasan dari jawaban siswa laki-laki itu mengindikasikan bahwa Iwata-kun akan benar-benar menemuiku sepulang sekolah nanti. Keyakinan ini sudah penuh. Usaha pertamaku tidak sia-sia. Yes!!

Kembali kami masuk ke ruangan kelas untuk melakukan kegiatan belajar mengajar lagi hingga jam kepulangan tiba. Aku terus menjaga perhatian diam-diamku pada Iwata-kun, seolah mengawasi. Semua murid berhamburan keluar kelas, aku pasang kuat-kuat pandangan dalam membuntuti Iwata-kun agar tak kehilangan jejak namun dengan tetap memperhitungkan jarak. Ketika sampai di tangga, dia berhenti. Mengobrol dahulu bersama seorang siswa kelas lain yang berpapasan dengannya. Otomatis aku pun menahan langkah dan mundur perlahan, mengintip dari dinding tangga yang lebih tinggi sembari pura-pura merapikan pakaian agar orang lain yang masih lalu lalang tidak curiga. Aku terus berdoa agar Iwata-kun tidak pergi ke tempat lain dulu sebelum mendatangi pohon sakura itu.

Percakapannya sepertinya telah selesai, kini Iwata-kun melanjutkan perjalanannya lagi. Sampai kusaksikan dia sudah melewati gerbang sekolah, aku mempercepat langkah ini. Morogoh tas untuk mempersiapkan sang surat cinta yang terbungkus sebuah amplop berwarna merah muda. Tak lupa di dalamnya aku sisipkan pula Kartu Pelajar miliknya.

Dua langkah lagi aku melewati gerbang.. tinggal beberapa senti..

Kakiku mengerem secara tiba-tiba! Berbalik seketika bersembunyi pada dinding pembatas samping gerbang. Jantungku dagdigdug karena rasa kaget. Nyatanya.. Iwata-kun tak berada di sana sendirian!