tak sadarkah, selama ini
ku juga s'lalu menginginkanmu?Terkadang dunia memang sangat lucu. Mereka dibebaskan untuk menyusun rapi yang bernama rencana. Tetapi, jangan lupa perihal mempersiapkan diri untuk bertemu kekecewaan nantinya.
Sebab di sini semua tidak ada yang tahu setelah sudah menyusunnya didalam kepala. Sewaktu-waktu bisa saja berantakan.
Mendengar perkataan konyol dari Nadira saat itu juga Fathea rasanya ingin tertawa. Apakah Fathea sebodoh itu? Jelas. Mungkin saja. Tapi memang iya.
"Pulang sekolah lo harus mampir ke salon, Thea. Jangan bilang mau ngapain di sana! Lo kira tiap orang ke salon tuh ngapain?"
"Hehe, iya-iya. Bawel banget lo," balas Fathea sedikit ada kekehan kecil.
Nadira sempat berdecak pelan. "Kalau soal outfit lo bisa kan milihnya. Apa yang mau lo pakai buat acara ngedate?" tanyanya.
"Um .... masih bingung. Tapi tenang aja! Lo kan tahu baju gue seabrek-abrek! Nanti tinggal pilih yang pas dan cocok di gue."
"Ya udah. Moga aja lo bisa milih baju yang pas ya!"
"Hm oke!"
"Make up juga jangan terlalu tebal."
"Ck, iyaaa. Asli deh lo -"
"Ini gue kasih tahu ke elo, Thea! Nanti kalau berlebihan kan jatuhnya malu sama Skala. Terus mau taruh di mana muka lo?"
Skakmat. Fathea tidak bisa menjawab pertanyaan beruntun dari sang sahabat. Jadinya ia harus fokus untuk mendengarkan ocehan Nadira yang berguna untuk acara makan malam berdua dengan Skala.
"Untuk make up natural. Tipis-tipis aja gue saranin," ucap Nadira untuk sekian kalinya.
Sore itu Fathea sudah selesai melakukan hal-hal yang disarankan oleh sahabat terbaiknya, Nadira.
Justru sekarang yang dilakukan Fathea hanya berdiri sambil mengetuk-ngetuk tangan didagu. Seolah sedang memperhatikan sesuatu dengan seksama sejak tadi.
Keadaan rambutnya masih dibentuk menggunakan roll. Fathea sudah melukiskan wajah dengan make up yang terlihat sangat pas. Tidak terlalu tebal juga tidak setipis itu. Kini yang dilakukan Fathea, ia sedang memperhatikan pakaian yang akan dikenakan untuk malam hari.
Terakhir, karena sudah bosan memandangi baju itu, Fathea menghela napas panjang. "Huft, kurang PD nih gue. Kok aneh, ya?" monolog Fathea sembari berjalan ke arah kasur.
Ia membaringkan tubuhnya di sana. Sebenarnya masih ada waktu kurang lebih tiga jam lagi sampai tiba pukul delapan malam itu.
Menilik atap yang selalu disebut langit rumah. Kedua netra Fathea berhasil dihipnotis oleh langit-langit yang ada di dalam kamarnya.
Membayangkan apa saja yang akan dilakukan oleh Fathea saat makan malam tiba. Juga berkhayal, apakah dirinya akan berdansa sebuah tarian klasik bersama Skala?
Berbagai imajinasi itu berhasil memenuhi segalanya di dalam kepala Fathea. Sebuah pemikiran yang tak kunjung selesai. Awal dari perasaan gundah gulana yang dirasa. Sedikit aneh. Tetapi, Fathea segera menepis kasar pemikiran itu. Ia buang jauh-jauh dasar pikiran yang mengganggu kesenangan hatinya hari ini.
Ponsel Fathea bergetar. Ada satu pesan dari seseorang. Ketika dilihat olehnya ternyata dari Nadira. Berlangsung mereka bertukar pesan hingga beberapa menit.
Setelah itu Fathea melempar kembali ponselnya ke sembarang tempat. Lalu seulas senyum terukir di bibirnya. Jujur saja, Fathea tidak bisa menyembunyikan perasaan ini. Rasanya sangat senang berkali-kali lipat!
KAMU SEDANG MEMBACA
kalbu ✓
Short Storybagian 1 "Saling mencintai, tapi masing-masing." Pepatah itu pernah mengatakan hal demikian. Aku tahu, akhir dari cerita ini seperti apa. Namun aku masih mencari celah untuk kita tetap bersama. Sayang, semuanya telah berubah. Tidak ada lagi aku. Tid...