mengapa bukan kamu, yang memiliki aku?
andai engkau bisa mengertiSetiap orang di pertemukan karena satu alasan. Untuk sesaat atau selama mungkin. Tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Alasannya untuk mengajarkan atau diajarkan.
Menjadi bagian terpenting atau justru tidak sama sekali. Sesuatu yang dilakukan dengan tulus walaupun tidak pernah berakhir seperti apa yang diinginkan.
Disembuhkan oleh diri sendiri. Ada patah hati yang mampu disembuhkan oleh sendirinya. Namun semua itu, ada sesuatu yang memang sepenuhnya bukan milik kita.
Ingin sekeras apapun mengejar, justru yang dikejar malah menghindar dan semakin jauh. Yang dikejar sudah lari jauh entah ke mana. Keberadaannya pun tidak dapat diketahui.
Fathea.
Mempunyai luka lebam.
Luka itu akan sembuh.
Namun entah kapan. Tapi pasti akan.Kejadian itu memang berat. Entah Fathea ataupun Nadira yang merasakannya. Bisa jadi, begitu juga dengan Skala.
Percaya dengan kalimat ini?
Apa-apa yang hilang akan berganti dengan yang lebih baik. Dan setiap hati yang hancur akan kembali terobati.
Apa kalian mempercayainya?
Karena semua rasa yang hancur perlu waktu untuk dibangun lagi. Membutuhkan usaha untuk dapat berdiri kembali. Meskipun waktunya sangat lama.
Akhirnya setelah cukup lama melamun Fathea terkejut di bangkunya sendiri. Sontak langsung menilik orang yang berada di sampingnya dengan seksama.
Kejadiannya terulang kembali.
Pada waktu itupun, Fathea pernah merasakan insiden seperti ini bersama dengan mantan sahabat. Tepatnya sedang berada di dalam kelas yang sedang kosong jam pelajaran.
"Apa?"
Orang yang tengah bersama Fathea menaikkan dua alisnya menatap balik Fathea. Sepertinya heran dengan perubahan sikap Fathea yang terbilang mendadak. Mengapa jadi seperti ini gadis itu?
Dalam detik berikutnya waktu terus berjalan tanpa henti. Membiarkan suasana di antaranya menjadi canggung dan tentunya merasa kaku. Perasaan tadi hangat dan bersahabat.
"Habis ini kelas kita bahas apa?" orang itu bertanya, diselingi kekehan yang membingungkan, "Gue nanya udah lebih dari sepuluh kali. Lo sama sekali belum jawab dari tadi."
Fathea melongo kala mendengarnya. Jadi sejak tadi, dirinya hanya diam entah memikirkan apa. Tapi yang jelas, pikiran Fathea mulai membuyar kehilangan konsentrasi. Entah dalam mengobrol atau hendak melakukan sesuatu.
Ia mengusap belakang lehernya. Merasa tidak enak dengan laki-laki di sampingnya ini. "Um ...."
"Sorry, Rak, sorry banget. Gue lagi kurang fokus," kata Fathea dengan jujur.
"Mau gue beliin minum? Kali aja lo butuh aqua," sahut laki-laki itu menaikkan sebelah alisnya. Menatap dalam Fathea sampai sang empu gelagapan dibuatnya.
"Enggak usah. Makasih, Rak."
Seseorang yang bernama Raksa itu mengangguk memaklumi. "Sama-sama." lalu tersenyum simpul. Dipikir, gadis ini lucu sekali jika sedang kebingungan.
"Tadi sampai mana?" ulang Fathea.
"Baru sampai kantin Mba Ayu," jawab Raksa dengan asal. Habisnya gemas dengan Fathea.
"Serius, Raksa," dumel Fathea, "Kayaknya politik luar negeri Indonesia." akhirnya Fathea menjawab juga. Di sampingnya Raksa manggut-manggut kecil.
"Pengin cepat-cepat ke materi Diplomasi. Atau enggak, isu-isu Internasional dan Domestik." kemudian Raksa menyandarkan punggungnya ke bangku panjang yang saat ini keduanya singgahi.
Fathea mengangguk dengan malas. Ia menghela napas begitu panjang. Hari-hari yang melelahkan. Tetapi, Fathea sudah ada di tengah perjalanan untuk sampai ke garis akhir.
Ia harus menunggu beberapa waktu lagi untuk sampai ke semester empat. Hari itu, hari yang begitu teramat menyakitkan. Setelah mengatakan itu Fathea mulai meninggalkan semua peristiwa dan masa sedihnya.
Sekarang Fathea berharap, tahun-tahun mendatang dapat mengembalikan bahagianya ia yang sudah lama menghilang. Hingga sekarang alur hidup Fathea hanya diisi oleh lara dan pilu saja. Sisanya dari itu hanyalah kekosongan dalam waktu panjang.
Dia banyak bertemu orang-orang. Adakalanya yang tidak saling mengenal satu sama lain, dan orang-orang baru itu. Cukup menyenangkan. Dan sedikit menambah daya tarik. Tapi Fathea, akan berterus terang dalam mencoba.
"Gue si sebenarnya enggak pengin buru-buru banget. Santai aja buat nikmatin masa kuliah kita," ucap Fathea menatap ke depan. Namun tampaknya, pemandangan yang dilihatnya tidaklah cukup menarik. Begitu membosankan.
"Jadi Mahasiswa itu berat. Segalanya harus ditampung ke kita. Udah harus mikirin masa depan-yang menurut sebagian orang .... mereka belum ada persiapan apa-apa," sahut Raksa. Mungkin setuju saja dengan ucapan Fathea.
Fathea mengangguk saat mendengarkan. "Makanya, banyak dari mereka penginnya tuh langsung ke intinya," lanjut Fathea.
Raksa langsung menoleh ke arah Fathea. "Intinya? Nikah?"
"Ya."
"Ayo? Boleh banget! Mau kapan?" tanya Raksa spontan. Mengerlingkan mata dengan jahil kepada gadis itu.
Fathea menatap sinis Raksa dari samping. Terkadang Raksa itu sangat menjengkelkan. Sifat jahil dan juga sewaktu-waktu bisa mesum secara dadakan. Dasar Raksa, tidak tahu malu!
"Enggak usah enggak jelas deh, Rak. Obrolan kita lagi serius. Kebiasaan!" omel Fathea.
Di sana Raksa terkekeh. Dia itu ganteng dan baik ke semua orang. Namun rasanya, sikap baik ke Fathea melebihi apapun jika menyangkut gadis itu dan kedekatan mereka.
Hubungan mereka hanya sebatas teman kuliah saja. Selebihnya tidak ada yang harus dikhawatirkan. Lagipula, mahasiswi Universitas Nasional telah mengidolakan sosok Raksa. Tetapi, semesta memiliki kejutan spesial untuk orang-orang yang tak terduga.
"Iya-iya. Serius nih ya ....," kata Raksa. Terus Raksa mendekatkan diri ke Fathea hingga jarak di antaranya hanya berbeda senti saja, "Serius nih? Oke! Malam ini gue segerakan acara lamaran dan besoknya kita langsung ke KUA."
"Gimana?" Raksa mengedipkan mata.
Fathea merenggut kesal di tempat duduk. "RAKSA!" teriaknya menggelegar. Membuat orang-orang yang ada di sekitar mereka menoleh ke Fathea dengan keterkejutan masing-masing.
Sialan laki-laki yang bernama Raksa Blue Algeero.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
kalbu ✓
Short Storybagian 1 "Saling mencintai, tapi masing-masing." Pepatah itu pernah mengatakan hal demikian. Aku tahu, akhir dari cerita ini seperti apa. Namun aku masih mencari celah untuk kita tetap bersama. Sayang, semuanya telah berubah. Tidak ada lagi aku. Tid...