Bagian 2

16 2 0
                                    

TAR!

mendengar suara itu para pelayan dan prajurit yang sedang berlalu lalang di sekitar taman kerajaan melonjak kaget, karena sungguh! cara Andreas berteleportasi sangat tidak biasa, kalau bangsa immortal lain bisa meredamkan suara teleportasinya sedangkan Andreas tidak bisa, kadang orang yang disekitarnya sampai berfikir "apakah ia tidak lulus ujian teleportasi?" ntahlah, hanya Andreas dan tuhan yang tahu.

Melihat sosok perempuan yang ada di gendongan Andreas para pelayan yang lumayan jauh jaraknya dari Andreas memekik sambil berbisik-bisik seru, bahkan tidak sedikit yang kecewa karena mereka bermimpi untuk menjadi pasangan yang mulia
"oh, apakah itu dia?"
"Akhirnya yang mulia!"
"Yaah... Padahal aku berharap bisa jadi mate nya yang mulia" ucap pelayan yang jaraknya hanya 5 meter dari Andreas
"Hei! Apakah kau bermimpi? Mana bisa pelayan seperti kita pendamping yang mulia!" celetuk pelayan yang ada di sebelahnya.

Namun, semua ocehan dan kekagetan serta kekaguman itu sirna setelah Andreas berteriak
"MINGGIR KALIAN SEMUA! PANGGILKAN TABIB DAN SURUH KE KAMARKU SEKARANG! BUAT DIRI KALIAN BERGUNA! DAN JANGAN BERBISIK-BISIK TENTANG MATE-KU" katanya marah.

Andreas bergegas berlari membawa sang mate menuju kamarnya, brak! tanpa peduli pada engsel pintu yang malang, Andreas langsung merebahkan mate-nya dengan penuh cinta dan kasih sayang seakan-akan mate-nya terbuat dari kaca yang bisa pecah kapan saja. Sang tabib yang sudah berada di kamar Andreas langsung memeriksa keadaan sang mate, lalu berkata,

"Yang mulia, keadaan nona baik-baik saja, beliau hanya pingsan karena kelelahan, kedinginan dan kelaparan. saya sudah mengobatinya menggunakan mantra,  mungkin sedikit lagi nona akan bangun"

Andreas tanpa henti melihat mate-nya dengan khawatir
"Baiklah, terimakasih tabib, silahkan keluar, aku ingin bersamanya saat ini"

"Hamba pamit undur diri yang mulia" sang tabib membungkuk penuh hormat lalu pergi.

Andreas bergegas ke pintu untuk menutupnya, tapi ia baru sadar kalau keadaan pintu malang itu sudah tergeletak  di lantai bagaikan benda rusak

"Oh sialan, harusnya aku lebih berhati-hati" umpatnya, karena seorang vampir mempunyai kekuatan yang luar biasa, dengan gampang ia memasang kembali  pintu jati ke engselnya seperti mainan.

Setelah berhasil memasang pintu malang itu, Andreas berjalan perlahan ke arah mate-nya yang masih tertidur lelap, lalu merebahi diri ke kasur bagian sebelah kanan, dan posisinya sekarang berhadapan dengan sang mate, ditatapnya lekat-lekat wanita cantik yang ada di hadapannya,

"Sayang, ayo bangun... Nanti kita main ke taman" ucapnya penuh cinta sambil mengelus surai kecoklatan itu.

Andreas tak tahu apa yang disukai mate-nya, bagaiamana kehidupannya, bahkan namanya saja pun belum tahu, itulah alasan kenapa ia menyebut "taman" karena Andreas yakin taman lah salah satu tempat favorit mate-nya.

"Yang mulia! Keadaan darurat! Para tetua vampir ingin menemui anda di ruang rapat saat ini juga"
Tiba-tiba suara itu muncul di kepala Andreas, dan ia tahu betul itu suara siapa dan bagaimana suara itu bisa ada di kepalanya

"Halah, para tua bangka bau tanah itu mau apa sih? Tak tahu kah mereka ada sesuatu yang lebih penting di kamarku?" kegusaran tampak jelas di wajah Andreas, karena ia tak ingin momen pertama kali bersama sang mate diganggu, apalagi dengan pak tua bangka itu.

"maafkan hamba yang mulia, namun ini suruhan langsung dari king Edgar"

"Maksudmu ayahku ada disini juga? untuk apa dia kesini tiba-tiba? baiklah aku kesana sekarang" Andreas memutus mind-link nya dengan Gal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alexa CassandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang