MENUNGGUMU

18 7 20
                                    

Kara benar-benar di buat penasaran. Penasaran dengan apa yang terjadi sebelum ia sadar.

"Gak, gak mungkin." Kara langsung berbenah dan merapikan riasan ini yang sedikit agak menor.

"Udah siap?" tanya Nola berbalik melihat Kara yang menarik napas dengan dalam.

"Emm," sahut Kara dengan melas.

"Semangat donk, kan hari ini ulang tahun lho, Kar," seru Nola.

"Bagaimana mau semangat, Arya aja pulang," batin Kara dengan wajah yang ditekuk.

"Kar! Semangat!" Seru Nola sekali lagi.

"Emm, semangat!" Sahut Kara menirukan gaya Nola yang memberikannya semangat.

Mereka pun turun ke bawah. Suara alunan musik masih terdengar jelas, bahkan sekarang tamu undangan Kara semakin banyak. Padahal seingat Kara ia tidak terlalu banyak mengundang.

Nola yang begitu sibuk dengan keadaan sekitar, mencoba mengambil alih suasana, yang awalnya mereka sibuk dengan obrolan masing-masing, diminta Nola untuk kembali fokus kepada yang punya acara.

Nola yang diberikan kepercayaan, untuk membantu Kara dalam acara ini dengan sesempurna mungkin, membantu agar acara sahabatnya ini berjalan lancar.

Setelah semuanya kembali mengarah ke hadapan Kara, dilihat Kara sudah tampak lelah, Nola pun meminta Kara langsung menghidupkan lilin, dan seluruh tamu pun menyanyikan lagu happy birthday untuk Kara.

Kara yang tersenyum lebar menawan mendengarkan lagu tersebut. Masih tidak bisa membohongi perasaannya sekarang, apa yang ia rasakan, siapa yang ia harapkan di depannya sekarang.

Mata Kara tak bisa diam, berkali-kali Kara tak bisa fokus dan terus mencari sesuatu yang amat menggangu pikirannya di balik keramaian.

Nola yang menyadari itu berkali-kali pula memberikan kode ke Kara, agar fokus kepada acaranya.

"Kar! Ada nyokap bokap, dan kaka lho tuh, fokus!" Bisik Nola.

Kara pun kembali fokus dan tersenyum menyambut kedatangan kedua orang tua dan kakaknya, dan tidak lupa sebuah kado besar yang di bawa oleh empat orang, yang membuat Kara langsung terkesima melihat kado yang masih belum ia buka tersebut.

"Wah! Apa ini? Pa? Ma?" tanya Kara.

"Buka donk," sahut Ayu dengan senyumnya yang merekah.

"Semoga kamu suka ya," sahut Ramlan.

"Bentar, kamu kasih harapan dulu buat ke depannya apa," ucap Rasti.

"Iya, iya," sahut kakak Kara yang lain.

Kara mengangguk.

"Harapanku ke depannya, aku, aku pengen Arya bisa mencintaiku, kalau bisa melamarku," batin Kara yang spontan keluar dari isi kepalanya.

Kara membuka kedua matanya.

"Sebentar banget," goda Rasti.

"Simple aja kak," sahut Kara.

Kara pun meniup lilin dan di sambut tepuk tangan yang gemuruh dari seluruh tamu undangan pesta ini.

"Nah, sekarang buka kadonya," ucap Ramlan.

Kara pun membuka Kado tersebut dengan pelan dan pasti. Begitu penasaran ia ingin segera mengetahui apa yang ada di dalamnya.

Selangkah demi selangkah kado besar itu, sudah demi sedikit menunjukan jati dirinya.

"Wah! apa ini!" Seru Kara yang sudah melihat kotak dari kado tersebut.

Ramlan, Ayu, dan kakak-kakak Kara, sudah begitu tersenyum senang melihat keriwehan Kara membuka Kado tersebut.

"Wahhh! Papa! Mama! Yang bener ini?" tanya Kara yang begitu senangnya.

"Daebak! Saham perusahaan! Bukan main!" Seru yang lain.

"Saham, Pa? Yang bener papa memberikan ini ke Kara?" tanya Kara yang masih tidak menyangka.

"Iya sayang, kamu senang?" tanya Ramlan yang langsung menyambut pelukan hangat Kara kepadanya.

"Senang banget, inikan keinginan Kara dari dulu, makasih, Pa," seru Kara.

Lalu Kara melepas pelukan kepada Ramlan dan beralih memeluk Ayu kembali.

"Makasih mama," ucap Kara.

"Sama-sama sayang,"

"Nah! Sekarang kamu buka kado dari kami ya," ucap kaka-kakanya Kara.

"Kadonya jadi satu nih," goda Kara.

"Kamu lihat deh sendiri," ucap Rasti.

Semua orang ikut penasaran dengan apa yang akan diberikan oleh kakak-kakanya Kara.

"Ini kadonya," ucap Rasti yang memberikan sebuah kado yang tidak berukuran besar.

"Apa ini? Kak?" tanya Kara.

"Buka donk," seru Rasti.

"Wahhh!! Gilaaa! Mobil!!" Seru yang lain yang begitu heboh.

"Aaaaa mobil! Yang bener ini kak! Kalian beliin aku mobil?" tanya Kara.

"Iya, kamu kan sering banget curhat dengan kami, kalau kamu pengen banget punya mobil, jadinya ini deh hadiah buat kamu, semoga suka ya dek," ucap Rasti mewakili.

"Makasih kak," ucap Kara yang langsung memeluk Rasti dan kakak-kakanya yang lain.

Berderai air mata bahagia, Kara mendapatkan hadiah yang begitu mewah dan mahal ini.

Semua orang begitu merasa ingin di posisi Kara sekarang, cantik, disayang, dicintai, dan dibanggakan.

"Kapan ya bisa kayak Kara, pengen banget," ucap mereka.

"Iya ya, kapan ya,"

Semua orang menikmati pandangan yang begitu menggiurkan keinginan. Melihat Kara mendapatkan beberapa hadiah yang sangat spesial dan begitu mewah.

Tamu-tamu Kara bergantian memberikan hadiah mereka, Kara yang antusias menerima hadiah, sudah dengan senyum lebar berdiri di depan mereka untuk menyambut hadiah mereka semua.

Hingga yang terakhir yang tersisa adalah Nola. Nola pun memberikan hadiah nya kepada sahabatnya ini.

"Ini Kar, buat lho," ucap Nola yang menyodorkan kado yang ukurannya tidak sebeberapa ini.

"Makasih, La," ucap Kara.

"Buka donk," perintah Nola.

"Sekarang nih?"

"Iya, buka aja," ucap Nola.

Kara pun membuka hadiah Nola dengan rasa tak sabar.

"Nola, ini, inikan syall yang modelnya limited edition yang pengen gue beli dua tahun yang lalu itu, lho rajut sendiri?"

Nola mengangguk menahan air matanya, yang hampir jatuh.

"Makasih, La, gue senang banget, makasih!" Kara langsung memeluk Nola.

"Sama-sama, Kar." Mata Nola yang terus berair.

Saat Kara lagi menyeka air matanya yang mau jatuh. Bola mata Kara spontan mengikuti arah sesuatu dari keramaian.

Kara kembali meyakinkan kembali apa yang ia lihat. Kara mengusap-ngusap kedua matanya.

"Apa aku tidak salah liat, itu Arya." Kara berusaha melebarkan kedua kelopak matanya, agar pupilnya bisa melihat lebih jelas.

"Kenapa?" tanya Nola yang heran melihat Kara.

"Itu." Kara kembali melihat bayangan Arya lebih jelas namun begitu saja pergi.

KARAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang