Balon-balon berterbangan menghiasi langit hari ini, asap asap di sana sini membuat seluruh tempat di sekolah tertutupi oleh kepulan asap warna warni oleh mereka yang begitu merayakan kelulusan hari ini.
Berlarian menikmati semburan air dari selang yang sengaja mereka angkut langsung dari belakang sekolah. Baju mereka semua basah, canda tawa, keriangan, melihat tulisan kelulusan begitu menggemakan sekolah.
Angkatan 35 kini sudah menjadi kenangan hari ini, tidak ada lagi yang bolos sekolah, tidak ada lagi yang menikmati masa pacaran satu kelas, dan diam diam menyukai teman sebelah kelas.
Mereka kini sudah siap dengan kehidupan baru, memasuki masa di mana kehidupan awal akan di mulai.
Semuanya begitu terasa nyata, apalagi sekolah ini menjadi sekolah salah satu di kota ini, dengan murid terbanyak yang lulus masuk ke kampus besar ibukota yang terkenal.Kebahagiaan ini tidak lepas dari apa yang di rasakan oleh dia, seorang gadis yang begitu menikmati masa kelulusan ini.
Teman-teman yang bergelimang di sana sini, membuatnya terharu, bahwa pertemanan terasa begitu singkat, hanya antara kata mulai dan selesai.
"Kara!" Teriak seorang perempuan dari kejauhan.
Dia berbalik menatap ke arah asal suara yang memanggilnya. Lambaian tangan tersebut membuatnya langsung menemui perempuan tersebut, yang tak lain adalah teman sebangkunya.
"Ada apa?" tanya Kara.
"Lho gak mau ngomong sesuatu ke dia?" tanyanya.
******
Karaya Zea Anala gadis berusia 18 tahun, yang akan menjadi topik di perjalanan cerita kali ini, besar dari keluarga yang sangat berada, hangat, dengan kedua kakak yang sangat mencintainya. Terlahir sebagai anak bungsu membuat Kara begitu di sayangi, apa yang ia inginkan selalu di penuhi.
Tapi semua itu tidak membuat Kara menjadi anak yang manja atau pun sombong, ia akrab kepada siapa saja, dan tidak pernah membedakan teman.
Sedangkan temannya ini, namanya Nola Adira, sahabat perjuangan Kara dari duduk di bangku kelas 10, persahabatan mereka begitu erat, bagai amplop dan perangko.
Kini mereka begitu merasakan artinya perpisahan yang sebenarnya, dimana Nola akan melanjutkan kuliah di bali, sedangkan Kara tetap di Jakarta untuk mengambil studi jurusan Bisnisnya.
"Bagaimana? Gak mau? Atau gengsi?" Ucap Nola.
"Apaan sih La!" Sahut Kara menunduk menahan apa yang ia rasakan.
"Udah, gue tau apa yang lho rasakan, tuh dia lagi duduk di taman sendirian, mumpung orang-orang pada asik di lapangan, lho ke sana," ucap Nola dengan senyuman genitnya menggoda Kara.
Kara tak bisa menutupi senyumnya, sahabatnya ini benar-benar tau apa yang ia rasakan, dan apa yang ia pikirkan sejak tadi.
Anggukan Nola membuat Kara kembali ke semangat awalnya dulu. Anggukan ketiga Nola membuat langkah nya langsung bergerak menemuinya.
"Hwaiting!" Seru Nola melihat kepergian Kara.
Dengan senyum pasti Kara pergi ke taman, di belakang sekolah. Sepanjang melewati koridor sekolah Kara tak bisa menahan rasa gemetar di tangannya, entah apa yang ia rasakan, tangannya serasa di celup dengan air es, begitu dingin.
Ucapan Nola terus bergema di telinga Kara, apakah kedatangannya ini benar-benar menjadi penantian, atau bagaimana?
Hingga kaki Kara terhenti beberapa langkah dari tempat di mana ia berada. Laki-laki dengan garis wajah tegas, tangannya yang begitu tampak kuat menyala, di tambah alisnya yang hitam membuat laki-laki yang sedang termenung ini begitu tampan bak pangeran di mata Kara.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARAYA
Romance"Apakah salah, seorang istri mencintai suaminya, meskipun suaminya tidak mencintainya," Isak tangis pecah membasahi pipi ranum gadis 19 tahun ini. Ia sudah tak kuasa menahan sakit yang mengganjal di hatinya selama ini. "Maaf! Sampai kapanpun, gue g...