Jam menunjukan jam satu siang. Kara menikmati cemilannya sambil menonton drakor kesukaannya.
Hujan mulai reda, suhu dingin mulai berkurang.Kara beranjak dari sofa empuk ini, dan berjalan ke dapur, mengambil beberapa toples berisik beberapa cemilan dan kue kering kesukaannya.
Hari ini Kara terlihat banyak makan, padahal ia sendiri sudah memastikan kalau tamu bulanannya masih jauh.
Saat Kara berjalan kembali ke sofa tadi, suara bel rumah berbunyi."Pasti itu Nola,"
Kara langsung menaruh beberapa toples tersebut, lalu menarik langkah menuju pintu depan.
"Tumben banget nih orang cepat,"
Kara langsung memutar kunci tersebut lalu membukanya.
Kara terdiam sambil memandangi siapa di depannya ini. Ia berulang kali mengerenyitkan keningnya dengan mengingat sesuatu."Iya? Ada apa ya?"
"Ada paket mbak," ucap pria ini dengan menyodorkan sebuah paket ke arah Kara.
"Paket, Pak?"
Kara memastikan lagi kepada kurir di depannya ini. Sambil merasa bingung kenapa tiba-tiba ada paket, secara seingat Kara, kakak-kakanya tidak pernah berbelanja di online shop dan ia pun beberapa bulan ini gak ada pesan sesuatu secara online atau apapun juga, kalau kedua orang tuanya gak mungkin, secara kedua orang tua Kara adalah kategori orang tua yang gak percaya olshop-olshop online.
"Iya mbak, ini." Kurir tersebut menyodorkan sebuah kotak berlapis-lapis warna hitam.
Kara yang heran, dengan paket ini terus memperhatikan kotak di tangannya sekarang ini.
"Paket dari siapa ini." Kara menggigit kukunya kebingungan.
Setelah kepergian kurir tersebut, kara yang penasaran langsung masuk dan melangkah cepat mengambil gunting di kamarnya. Ia benar-benar penasaran.
Saat gunting sudah di tangannya, Kara langsung mengeksekusi benda di depannya ini dengan pasti. Paket ini benar-benar layak terkunci. Lem yang merekat membuat Kara kesulitan rasa nya membuka paket tersebut. Beruntungnya ada gunting lumayan memudahkannya.
Lima menit berlalu, akhirnya paket ini sudah bisa keluar dari kotak pengap ini.
"Plastik apa ini." Kara kembali heran.
Kara pun dengan berhati-hati membuka plastik tersebut dengan yakin, Ia takutkan isinya adalah bom, atau mungkin sesuatu yang membahayakan.
"Foto?"
"Foto siapa ini,"
Kara berusaha mengenali foto-foto usang tersebut dengan detail.
"Hah, ini, ini kan papa." Kara langsung di tambah bingung.
"Tapi, ini siapa,"
"Apakah ini temannya papa? Tapi." Kara mengerenyitkan keningnya dengan sesuatu yang menganjal di kepalanya.
Kara bangkit dari duduknya dan berjalan menemui Mamanya untuk menanyakan perihal foto di dalam paket ini.
Kara bergegas dengan langkah cepat dan rasa penasarannya. Kakak-kakaknya yang tengah sibuk ngobrol di ruang makan sambil ngemil, menengok ke arah Kara yang berjalan dengan langkah cepat, serta wajah yang serius.
"Kenapa tuh anak,"
"Lagi mode serius kak,"
Tiba di depan kamar mamanya, Kara mengetok sebentar dan langsung masuk.
"Kara?" Ucap Ayu yang tengah duduk di atas kasur, heran melihat kedatangan Kara dan wajahnya yang serius.
Kara menyodorkan gambar yang ia terima ke Ayu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KARAYA
Romance"Apakah salah, seorang istri mencintai suaminya, meskipun suaminya tidak mencintainya," Isak tangis pecah membasahi pipi ranum gadis 19 tahun ini. Ia sudah tak kuasa menahan sakit yang mengganjal di hatinya selama ini. "Maaf! Sampai kapanpun, gue g...