3 || Ketidaknormalan

596 71 9
                                    

NARUTO MENGHABISKAN LIMA menit penuh untuk menjelaskan bahwa dia bukanlah seorang omega. Selama rentang waktu itu, dia tak yakin jika sang bos baru mendengarkan penjelasannya.

Kecurigaan Naruto berbasis pada reaksi pasif pria itu.

Sasuke Uchiha hanya menatapnya tanpa memberi respons apa pun. Setengah menit pasca penjelasan Naruto, dia masih tetap diam. Sunyi yang mengisi terasa benar-benar mencekam.

Anko sepertinya benar, sorot mata pria ini cukup mirip dengan laser yang terlampau tajam.

"Aku tidak peduli." Adalah balasan yang terlontar setelah jeda yang menakutkan.

Naruto mengeratkan pegangan pada tablet. Dia menarik napas pelan. Kepalanya menunduk. Dia membungkuk rendah.

"Saya meminta maaf atas perilaku kurang ajar saya saat bertemu dengan Anda di taman gedung," ujar Naruto, sarat akan penyesalan. "Tidak seharusnya saya teledor dengan minum-minum di tempat kerja. Saya meminta maaf atas keteledoran saya."

Naruto masih menunduk untuk menunjukkan kesungguhannya dalam meminta maaf. Jauh dalam lubuk hatinya, dia menyesal. Dia menyesal sudah terbawa emosi dan melampiaskannya pada minuman sehingga dia tak bisa menggunakan otaknya ketika jelas-jelas berhadapan dengan seorang alpha dominan.

Naruto benar-benar merasa bodoh. Jumlah alpha dominan di negara mereka memang tak lebih dari sepuluh. Salah satu di antaranya adalah keturunan keluarga Uchiha, pemilik dan pendiri perusahaan Crimson, sosok yang kini hadir tepat di hadapannya.

Dibandingkan Shin Uchiha, sosok ini puluhan kali lipat lebih penting dan berpengaruh. Jika bos barunya tersinggung, dia bisa dengan mudah mendepaknya pergi dari Kirin.

Naruto menahan ringis. Segala skenario buruk telah menari-nari di dalam kepalanya.

Dia menatap kosong lantai kantor ketika mendengar dengkusan tawa.

"Kau menyesal karena hanya membayar pematik apiku seharga setengah dolar?" komentarnya dengan suara terhibur.

Crap. Dia mengungkitnya.

"Tidak seharusnya saya bertindak kurang ajar. Sekali lagi, saya memohon maaf."

Sasuke menegakkan diri, tidak lagi bersandar pada punggung kursi. Dia mengetukkan jemari ke atas meja.

"Mari kita lihat," awalnya. "Pematik api yang kau pinjam itu seharga tiga ratus ribu dolar." Dia menunjuk Naruto. "Tiga kali lipat dari gaji tahunanmu."

Sasuke Uchiha benar-benar mempunyai watak yang jauh lebih sampah dari bos lamanya yang merupakan seorang player.

Dia mengeratkan pegangan pada tablet, kemudian kembali menunduk dengan sopan.

"Saya akan mentransfer jumlah tersebut sebagai biaya ganti," balasnya dengan nada yang semoga saja terdengar tenang dan normal.

Sasuke menatapnya lurus. Dia kembali mendengkuskan tawa.

"Aku tidak ingin kau membayarnya dengan uang." Naruto kontan menatapnya. Dia melihat Sasuke kembali bersandar pada punggung kursi. "Bayarlah dengan tenagamu."

Naruto terdiam, mencoba mencerna ucapan sang atasan.

"Mohon maaf, sepertinya saya tidak begitu paham dengan maksud ucapan Anda."

"Sederhana saja," timpal Sasuke spontan. "Simpan tabunganmu. Selama tiga tahun dari sekarang, kau akan bekerja untukku tanpa gaji."

Naruto mematung.

Sasuke menelengkan kepala, tersenyum samar ketika melihat reaksi Naruto.

"Bukankah cukup adil? Tiga ratus ribu dolar sama dengan tiga kali gaji tahunanmu. Aku akan menahan gaji itu hingga tahun keempat. Artinya, kau membayarku melalui tenagamu, bukan melalui uang."

Fated String (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang